NovelToon NovelToon
Duda Kaya Itu Suamiku

Duda Kaya Itu Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahmuda / Duda / CEO
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yayuk Handayani

Janda hanyalah statusku.


Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.


Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.


Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Wanita Ini ?

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Malam indah yang penuh rahmad ini, selalu dimanfaatkan oleh sepasang ibu dan anak itu untuk mendapat ridho dari sang ilahi. Semenjak usia Alvin hampir menginjak usia tiga tahun, semenjak itu pula Nadira membimbing putranya untuk mengaji bersama, dan kebiasaan itu sudah menjadi rutinitas mereka setelah sholat maghrib hingga menjelang waktu Isyak.

Malam ini pun rutinitas bocah kecil itu sudah selesai, dan itu artinya sudah saatnya bagi Alvin untuk duduk bersantai entah itu menonton kartun yang memberikan edukasi bagi anak usia dini, maupun Alvin mengobrol bersama dengan bundanya.

Alvin si bocah kecil itu sedang duduk bersama dengan bundanya Nadira. Sepasang ibu dan anak itu sedang menonton kartun kesukaan Alvin.

" Bunda ". Seru Alvin dengan menengadahkan wajahnya menatap sang bunda.

" Iya sayang, ada apa nak? ". Sahut Nadira lembut dengan mengelus pucuk kepala putranya Alvin.

" Alpin tapan ya bunda bisa setolah sepelti meleta? ". Sahut Alvin dengan menunjuk beberapa anak kecil yang masuk ke gerbang sekolah yang ada di film kartun yang ia tonton.

" Alvin mau sekolah sayang?, tunggu dulu sabar, usia Alvin kan masih tiga tahun, masih harus menunggu satu tahun lagi sayang untuk bisa sekolah seperti mereka ". Sahut Dira lembut.

" Belalti masih lama ya bunda? ". Tanya Alvin lagi yang ingin memastikan.

" Ya cukup lama sayang, tapi Alvin tenang saja, menunggu satu tahun itu tidaklah lama sayang jika Alvin menantinya dengan santai ". Sahut Dira yang mencoba memberikan pengertian pada putranya.

" Alvin mau langsung sekolah TK nak? ". Lanjut Nadira lagi.

" Emmm... Alpin mau setolah sepelti meleta bunda ". Sahut Alvin dengan segala keyakinannya dengan kembali menunjuk film kartunnya.

" Iya bunda paham, itu artinya Alvin mau sekolah TK, ya sudah sabar dulu ya sayang, tunggu sekitar satu tahun lagi ya nak ". Sahut Nadira lagi.

Alvin pun mengangguk mengerti. Ia yakin jika apa yang diucapkan oleh bunda nya memanglah benar. Dan akhirnya sepasang ibu dan anak itupun kembali melanjutkan menonton film kartunnya.

Ibu dan anak itu cukup lama memperhatikan animasi yang memberikan edukasi itu dengan cukup lama, hingga sekitar hampir satu jam mereka menonton, tiba - tiba saja...

Drtt... drtt... drtt...

Suara getaran handphone itu berhasil mengalihkan mereka. Sepertinya ada seseorang yang sedang menelfon.

" Sebentar ya sayang, bunda mau ambil handphone dulu, siapa tahu penting nak ". Seru Nadira, lalu wanita muda itu pun beranjak dari posisinya dan meraih handphonenya itu.

Sebuah senyuman kecil nampak tersemat dikedua sudut bibirnya. Ternyata ini bukan panggilan telepon biasa, tapi, suaminya Dani sedang melakukan panggilan video padanya.

" Alvin, ayah mu yang video call nak ". Seru Dira senang.

" Asyik... mana bunda, Alpin mau bicala sama ayah ". Seru Alvin kegirangan.

Bocah kecil itu begitu sangat antusias setiap kali sang ayah menghubunginya. Mungkin karena ayahnya Dani tak pernah menemui nya secara langsung, sehingga jika setiap sang ayah melakukan panggilan video, Alvin begitu sangat tak ingin melewatkan momen seperti ini.

" Halo ayah, assalamualaitum, ayah ". Seru sapa Alvin senang setelah bocah kecil itu membuka panggilan dari sang ayah.

" Waalaikumsalam anak ayah, kabar Alvin bagaimana sayang? ". Sahut Dani dengan tersenyum yang nampak dari layar handphone Nadira.

" Tabalnya Alpin baik ayah... ayo, ayah tapan pulang, tok ayah tidak pelnah pulang sih ". Sahut Alvin yang ingin ayahnya segera pulang.

" Iya, ayah akan segera pulang sayang, Alvin sabar dulu ya ". Sahut Dani.

" Hemm, dali dulu Alpin selalu nunggu, tapi ayah tetap tak pulang - pulang ". Gerutu Alvin, menurutnya dirinya terlalu lama menunggu.

Nadira yang melihat dan mendengar bagaimana putranya berkomunikasi dengan ayahnya hanya bisa merasakan perasaan yang sama semenjak dulu.

Ya, setiap kali Dani menghubunginya, tak pernah sekalipun Dani menanyakan kabar tentang dirinya. Apakah dirinya baik - baik saja selama ia tinggal?, ataukah dirinya merasakan lelah disaat merawat Alvin?, semua itu tak pernah suaminya Dani tanyakan.

Tapi sebenarnya tak mengapa jika suaminya Dani tak menanyakan kabarnya, karena Nadira pun juga tak mengharapkan hal itu, hanya saja, setidaknya sebagai seorang laki - laki yang berstatus sebagai suaminya, sudah sewajarnya menanyakan kabar tentang istrinya yang sudah lama ia tinggalkan.

" Alvin ". Serunya.

" Iya ayah ". Sahut Alvin.

" Alvin selalu ingin kalau ayah harus segera pulang, memangnya kalau ayah sudah pulang, Alvin mau ikut dengan ayah kemanapun ayah pergi? ". Tanya Dani.

Alvin tak langsung menyahut. Bocah kecil itu nampak sedang memikirkan tawaran dari ayahnya.

" Iya, mau ayah, Alpin mau itut ayah ". Sahut Alvin pada akhirnya.

Deg...

Mendengar jawaban dari putranya Alvin, entah mengapa tiba - tiba saja Nadira merasakan dadanya terasa begitu sesak. Entah mengapa sahutan dari kalimat dari putranya itu seolah mengisyaratkan jika akan terjadi suatu perpisahan.

Nadira sendiri pun tak mengerti, perasaan macam apa ini yang tengah dirinya rasakan. Rasa bahagia yang tadi sempat dirinya rasakan meski itu hanya secuil, kini mendadak hilang dan berganti kebingungan serta kekhawatiran.

" Alvin, apa kamu yakin benar ingin ikut ayah ". Tanya Dani lagi yang ingin memastikan.

" Iya ayah, Alpin mau itut ayah, asaltan ayah tidak pelgi - pelgi lagi ". Sahut Alvin.

" Baiklah nak, tidak akan lama lagi ayah akan segera pulang, dan Alvin harus mau ya ikut ayah ". Sahut Dani lagi.

" Iya ayah, pasti ". Sahut Alvin mantap.

" Ya sudah, kalau begitu ayah tutup dulu ya telfon nya nak, Alvin tunggu saja ayah pulang ". Sahut Dani.

" Iya ayah ". Sahut Alvin.

" Assalamualaikum ". Sahut Dani lagi untuk mengakhiri obrolan dengan sang putra.

" Waalaitumsalam ayah ". Sahut Alvin.

Setelah saling menanyakan kabar antara sang ayah dengan putranya, akhirnya usai juga sudah. Nadira menatap wajah putranya Alvin. Sangat terlihat jelas senyuman dengan wajah berseri - serinya, rupanya putranya sangat bahagia karena ayahnya akan segera pulang.

" Ini bunda handphone nya ". Seru Alvin dengan memberikan handphone itu pada bundanya.

" Alvin senang nak karena sebentar lagi ayah Alvin akan pulang? ". Seru Nadira tersenyum, namun perasaannya begitu teriris.

" Iya bunda, Alpin senang setali talna ayah mau pulang ". Sahut Alvin dengan masih berurai senyuman.

" Ya sudah, ini kan sudah pukul tujuh malam lewat, saatnya Alvin tidur sayang, ingat, Alvin harus istirahat yang cukup, agar nanti kalau ayah Alvin sudah pulang, Alvin bisa main sepuasnya dengan ayah ". Seru Nadira tersenyum agar putranya itu mau menurutinya.

" Baik bunda ". Sahut Alvin patuh.

Lalu Nadira pun membimbing putranya itu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu, sebelum akhirnya mereka tidur dan meraih mimpi indah.

*****

Semburat mentari pagi mulai nampak menyinari hamparan permukaan bumi bagian timur. Cahaya mentari itu semakin memancar dengan begitu terang kala sang mentari semakin menampakkan wujudnya hingga benar - benar terpampang nyata sehingga cahayanya mulai hampir sempurna menyinari permukaan bumi.

Nadira dengan putranya pun telah usai sarapan. Mereka selalu sarapan dengan semangat karena Nadira selalu mengajak bi Asih dan juga bi Ida untuk ikut sarapan bersama, tak peduli meski yang diajak itu adalah pembantunya sekalipun.

" Ngeeeng... ngeeeng... ngeeeng... tin... tin... tin... ". Alvin begitu lihai memainkan motor mainannya.

Kedua tangan mungil bocah itu begitu sangat terampil dalam memainkan mainannya. Alvin menggerakan dan memutar - mutarkan motor balap mainannya itu dengan begitu semangat. Hingga tak lama dari itupun bundanya datang menghampirinya.

" Alvin, Alvin mau buah melon nak?, ini bunda sudah potong - potong buahnya ". Seru Dira lembut dengan meletakkan mangkuk yang berisi potongan buah melon itu di dekat putranya.

" Alpin mau bunda ". Seru Alvin senang, dan bocah kecil itu mulai menggunakan garpu mininya untuk memakan buah melon itu.

" Eummm, enak bunda ". Serunya dengan mulut mungilnya yang masih menguyah.

" Enak sayang, bagus kalau Alvin su... ".

Tok... tok... tok... adanya suara ketukan pintu itupun telah berhasil membuat kalimat Nadira menjadi terpotong.

Tok... tok... tok...

" Iya, sebentar ". Sahut Nadira.

" Siapa ya pagi - pagi begini sudah bertamu? ". Gumam Nadira dengan melangkah menuju pintu.

Ceklek..... pintu rumah itupun telah berhasil Nadira buka. Wanita muda itu mulai mengarahkan pandangannya pada lantai. Ia mencoba memperhatikan sepasang kaki jenjang tamunya itu, namun ternyata tamunya bukan hanya satu orang tetapi dua orang, yaitu laki - laki dengan perempuan.

Nadira terus mengarahkan pandangannya itu menuju atas untuk memastikan siapakah sepasang tamu yang masih pagi ini telah bertamu ke rumahnya. Hingga tatapan Nadira benar - benar tertuju pada mereka berdua.

Deg...

Nadira begitu sangat terkejut. Ia membelalakkan kedua bola matanya tak percaya saat telah melihat siapa tamu yang datang di pagi ini.

" Di mana Alvin? ". Seru Dani dengan nada dinginnya.

Ya, tamu yang datang adalah Dani, oh tidak bukan tamu, tapi yang datang adalah sang tuan pemilik rumah, yang tak lain adalah suami Nadira sendiri.

" Menyingkir lah, aku ingin bertemu Alvin ". Seru Dani lagi.

Nadira tak menyahut. Wanita muda itu terdiam di tempat bak sebuah patung.

" Kenapa kamu diam Dira?, aku menyuruhmu menyingkir, aku ingin masuk ". Sentak Dani.

" Eh, i-iya kak ". Sahut Nadira dan reflek tubuh mungilnya itupun langsung bergeser ke samping pintu.

Dani pun menggandeng tangan kiri wanita yang ada di sampingnya ini, dan mengajaknya masuk. Dengan tanpa mempedulikan keberadaan Nadira di dekatnya, Dani pun bersama wanitanya ini melangkah begitu saja seolah tak menganggap kehadiran Nadira yang jelas - jelas adalah istrinya.

Apa yang terjadi di hadapannya dapat Nadira lihat semuanya dengan begitu jelas. Sebenarnya apa dengan maksud semua ini?. Mengapa suaminya Dani baru datang setelah sekian lama, bahkan dengan membawa seorang wanita?.

" Ya Allah, kenapa hatiku terasa panas seperti ini, sebenarnya siapa wanita itu?, kenapa kak Dani membawanya ke rumah ini? ". Batin Nadira.

Alvin dengan wanita di sampingnya ini pun mulai mendekati Alvin. Rupanya Alvin sedang bermain motor balap mainan dengan sambil lalu memakan potongan buah.

Seorang wanita yang sedari tadi telah Dani genggam erat tangannya, merasakan perasaan bergejolak yang sulit diartikan. Rasa rindu, bersalah, ingin memeluk, semuanya seolah bercampur menjadi satu.

Ia ingin langsung merengkuh tubuh mungil Alvin, namun ia tak memiliki keberanian. Hatinya begitu bergetar karena bisa melihat sosok mungil yang sudah tiga tahun ini tak ia lihat.

" Alvin ". Panggil Dani setelah dirinya berjongkok namun tanpa melepas genggaman tangannya dari wanita di sampingnya.

Sontak saja Alvin pun langsung menghentikan aktivitas bermain nya, lalu Alvin pun langsung menoleh ke arah belakang.

" Alvin, ini ayah nak ". Seru Dani lagi dengan perasaan harunya.

" Ayah ". Pekik Alvin.

Dengan tanpa memikirkan apa - apa lagi Alvin pun langsung membalikkan tubuhnya, hingga...

Grepp... Alvin pun memeluk sang ayah Dani, sosok ayah yang selama ini sangat ia rindukan dan ia nantikan kehadirannya.

Bersambung..........

Hai kakak - kakak, Author kembali update, semangat membaca.

🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤

🌿🌿🌿🌿🌿

1
reni puspitasari
Luar biasa
reni puspitasari
Lumayan
pejuang rupiah😶‍🌫️
Biasa
Tri Utari Agustina
Rasakan Ria diberhenti oleh Andara karena mengasih minyak goreng dikolam renang
Tri Utari Agustina
Suster Ria mau dengan Andara kaca suster ria
Sandisalbiah
mohon maaf sebelumnya.. bukankah saat ini posiai Andra baru akan keluar rumah sakit ya... itu pas kecelakaan bukanya kondisi tangan Andra ada yg patah.. terus kok bisa gendong Nadira..?? 🤔🤔🤔🤔
Tri Utari Agustina
Rasakan Santi dan Siska dibentak oleh Andara
Tri Utari Agustina
Semoga Celine berbohong masalah penyakitnya semoga ketahuan oleh Andara
Sandisalbiah
mungkin setelah kecelakaan otak Andra jd lebih waras dan sikap egoisnya jd berkurang
Sandisalbiah
bodoh apa pura² bego si Andra ini...
Sandisalbiah
preett lah Ndra.. kalau kata maaf bisa menyelesaikan semua masalah.. dan kata maaf bisa menghilangkan rasa sakit di hati maka dunia ini tdk memerlukan hukum dan peraturan..
Sandisalbiah
hadeh.. lemah banget MC ceweknya.. gampang banget di tindas..
Runik Runma
rasain kmu ndra
Runik Runma
ntar bucin loh
Sandisalbiah
laki² egois si Dani ini... pengecut banget sikapnya
Indira Ira
Luar biasa
Tri Utari Agustina
Dasar Dani tidak tahu diri menyuruh Dira menjaga anaknya
Tri Utari Agustina
Jahat mama Santi terhadap Dira semoga ada balasannya
Tri Utari Agustina
Apa Dira anak pungut atau anak kandung thor
Layla 🌹
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!