KARMA Pemilik Ajian Jaran Goyang

Adjie mengebut pekerjaannya dan membawa seorang kernet untuk membantunya menyiapkan rumah yang akan ia bangun.

Uang hasil penjualan tanah warisan keluarganya dan juga dari memoroti Sarah berhasil membangun rumah seluas enam meter kali delapan meter, dan itu sudah cukup untuk mereka tinggali berdua sembari menunggu anak-anak mereka lahir nantinya.

Tak lupa ia akan membuka warung untuk kegiatan sang istri sehari-hari nantinya.

Setelah berhasil mendirikannya selama kurang lebih dua minggu, ia akhirnya membawa Wati ke rumah tersebut. Wanita itu tentu saja tidak mengetahui jika Adjie akan memberikan kejutan pada dirinya.

"Emangnya kita mau kemana sih, Kang?" tanyanya dengan rasa penasaran yang cukup besar.

"Nanti pasti kamu suka," jawabnya dengan senyum misterius, dan hal itu membuat Wati semakin penasaran.

Motor melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi dan ini baru pertama kalinya Adjie membawa sang istri keluar berdua dari rumah kontrakan selama mereka pengusiran.

Setelah tiba ditempat yang dituju, Adjie menghentikan laju motornya.

Wanita itu menatap rumah makan yang ada tepat dihadapannya. Dikanan kirinya terlihat ada beberapa rumah yang sudah berdiri lebih dulu, dan terlihat sudah hampir padat penduduk.

"Akang mau bawa Wati makan siang dirumah makan Padang?" tanyanya dengan rasa perasaan yang bahagia.

Adjie tak menjawab. Ia menggandeng tangan sang istri menuju ke bagunan rumah yang tampaknya baru saja selesai.

""Lho, Kang, kita bukan ke rumah makan?" protesnya.

Adjie mengeluarkan sebuah kunci rumah dari saku celananya dan membuka pintunya.

Wati masih menatap.dengan bingung. "Kita mau pindah kontrakan?" cecarnya.

Adjie menarik tangan sang istri masuk ke dalam dan memandang wajah wanita tersebut.

"Rumah ini milik kita. Ini Akang bangun dari penjualan tanah warisan bapak," ucapnya sedikit berbohong, sebab sebagian ada dari memoroti harta Rina dan juga Sarah yang sudah ia pelet dengan mantra ajian jaran goyang.

Sesaat Wati tercengang. Ia tak menduga jika pria yang berada dihadapannya memberikan sebuah kejutan yang sangat membuatnya terharu.

"Beneran, Kang?" tanyanya, mencoba memastikan.

"Iya. Akang juga sudah mengisi warungnya, dan kita pindahan hari ini juga, semuanya sudah akang persiapkan." Adjie membawa Wati melihat isi warung yang sebenarnya menjadi kamar, tetapi terpaksa ia bedah, dan kamar mereka dibagian belakang dekat dapur

 Terimakasih, Kang," ucapnya dengan begitu manja dan bahagia saat ini.

Di sisi lain, seorang wanita disebelah dinding terlihat gelisah. Ia merasa sedikit cemburu karena ternyata Adjie memiliki seorang istri.

Ia menggendong bayinya dengan perasaan berkecamuk.

*****

Sarah tak lagi dapat menahan perasaannya. Sudah hampir tiga minggu ia tak juga dikunjungi oleh Adjie.

Ia hampir saja gila jika kali ini Adjie tak juga memenuhi janjinya untuk bercinta.

Gejolak didalam dadanya sudah menggunung dan butuh pelampiasan.

Ia masih berjalan mondar-mandir menatap kaca jendela.

Ola yang sedari tadi terus memperhatikannya merasa iba dan juga kasihan akan prilaku sang majikan sangat memprihatinkan.

"Ia sudah berulang memberikan nasehat pada sang majikan, tapi bukannya didengarkan, lagi-lagi ia harus mengalah karena apapun yang ia katakan hanyalah sebuah kesia-siaan belaka.

Rasa rindu yang bersemayam didalam relung hatinya, membuat ia lupa mengurus dirinya.

Bahkan ia belum mandi hingga tiga hari lamanya, sebab dunianya kini hanyalah untuk Adjie seorang.

Terlihat dari kejauhan, sepeda motor yang dikendarai oleh pria itu semakin mendekat. Ia bergegas ke dalam kamar untuk segera mandi dan membersihkan dirinya.

Sembari mandi ia tertawa sendiri karena girangnya menyambut kedatangan Adjie.

Ia mempercepat mandinya, sebab tak ingin pria itu menunggu lama.

Adjie memasuki toko. Ola yang melihat kedatangannya memasang wajah masam. Sungguh karyawati itu sangat membenci Adjie. Baginya pria itu sangat menjijikkan.

Sarah sudah selesai dengan ritual mandinya. Ia hanya mengenakan handuk saja dan menunggu pujaan hatinya masuk ke dalam kamar untuk menemuinya.

Sebenarnya Adjie sudah bosan dengan Sarah, apalagi ditambah keliaran wanita itu yang membuat anunya selalu mengalami kelecetan.

Akan tetapi, ia masih membutuhkan uang untuk menambah barang dagangannya.

Adjie menapaki anak tangga anak tangga untuk menuju ke lantai dua. Ia tahu jika Sarah sudah menunggunya didalam kamar.

Ia mengetuk pintunya, dan benar saja, dalam hitungan detik, pintu terbuka dan sang wanita berdiri menatapnya dengan gelisah bagaikan ulat bulu.

Sarah menariknya dengan cepat, dan membawa Adjie masuk ke dalam kamar, sebab rasa gatal sudah tidak dapat lagi ditahannya.

"Akang, kamu tega tiga minggu tidak datang," ucapnya d3ngan wajah memelas.

"Maaf, Sayang. Akang lagi ada borongan pekerjaan diluar kota," ucapnya dengan lembut dan tentunya berbohong.

"Aku kangen banget sama kamu, Kang." Sarah membuka handuknya dan mendekap Adjie dengan kerinduan yang sangat dalam.

Ia melucuti pakaian sang pria, dan seperti biasa, ia yang memimpin.

"Tunggu!" cegah Adjie, lalu menepiskan tangan aang wanita. Tentu saja hal itu membuat Sarah meradang.

"Akang lagi tidak bersemangat, Sayang. Akang butuh uang untuk membuka usaha sembako," ucapnya dengan wajah memelas.

Sarah yang sudah merasakan hasratnya berada diubun-ubun, tak dapat lagi untuk ditolak.

Ia melepaskan cincin berliannya senilai dua puluh juta dan memberikannya pada Adjie.

"Ini, ambil untuk, Akang. Tapi tolong puaskan aku," rintihnya dengan wajah memerah menahan gejolak hasrat yang membara.

Adjie tersenyum dengan sumringah. Lalu meraih benda berbentuk lingkaran dengan hiasan batu berlian berukuran kecil dan menyimpannya dalam tas selempang pemberian dari Sarah.

Setelahnya, ia membiarkan wanita hyper itu melucuti pakainnya dan melakukan hal gila yang tak biasa dikerjakan oleh wanita.

Adjie yang dalam posisi terlentang, tak lagi dapat menolak saat wanita itu menelusupkan area sensitifnya pada terong miliknya dan terua bekerja seauai keinginannya.

Akan tetapi, saat ini Adjie sedang membayangkan wajah wanita berdaster disamping rumahnya.

Ia sangat penasaran akan wanita itu, dan berharap mendapatkan kesempatan untuk dapat mencicipinya.

Sarah terus saja memacu hasratnya yang menggelora dan mencoba memberikan sedikit perlawanan karena setidaknya Sarah sudah memberikan imbalan padanya.

Wanita itu meracau tak menentu dan hal itu kembali didengar oleh Ola yang sedang menuju gudang untuk mengambil bahan pesanan.

~Orang yang terkena pengaruh pelet pengasih tidak akan mendengar nasehat dari siapapun. Baginya si pelaku adalah yang terbaik. Bahkan ia akan menceritakan segala nasehat orang ke pada pelaku. Jika sudah seperti itu, maka segeralah bawa berobat ke alternatif.