Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Pemenang" Hasil Pertarungan Mereka
Hasil tes ujian penerimaan siswa baru Senior Roswaal Academy.
10 siswa teratas:
Cya Nova Ekarina (0779)
[MTK (85)] [Bahasa Indonesia (95)] [Bahasa Inggris (98)] [IPA (93)] [IPS (88)] [Rata-rata (91,8)]
Aini Andestia (0215)
[MTK (91)] [Bahasa Indonesia (97)] [Bahasa Inggris (91)] [IPA (91)] [IPS (88)] [Rata-rata (91,6)]
Gina Veronica (0550)
[MTK (91)] [Bahasa Indonesia (89)] [Bahasa Inggris (92)] [IPA (91)] [IPS (88)] [Rata-rata (90,2)]
Hutu Sirampean (1105)
[MTK (90)] [Bahasa Indonesia (89)] [Bahasa Inggris (85)] [IPA (95)] [IPS (87)] [Rata-rata (89,2)]
Deka Nugraha (0311)
[MTK (93)] [Bahasa Indonesia (90)] [Bahasa Inggris (83)] [IPA (90)] [IPS (81)] [Rata-rata (87,4)]
Iza Anggraini (0087)
[MTK (90)] [Bahasa Indonesia (90)] [Bahasa Inggris (85)] [IPA (88)] [IPS (82)] [Rata-rata (87,0)]
Jimy Francois (0147)
[MTK (89)] [Bahasa Indonesia (86)] [Bahasa Inggris (98)] [IPA (80)] [IPS (80)] [Rata-rata (86,6)]
Bayu Tri Syaputra (0098)
[MTK (88)] [Bahasa Indonesia (89)] [Bahasa Inggris (90)] [IPA (83)] [IPS (82)] [Rata-rata (86,4)]
Argon Triawan (0910)
[MTK (86)] [Bahasa Indonesia (91)] [Bahasa Inggris (84)] [IPA (83)] [IPS (87)] [Rata-rata (86,2)]
Katrina (0419)
[MTK (87)] [Bahasa Indonesia (85)] [Bahasa Inggris (87)] [IPA (86)] [IPS (85)] [Rata-rata (86,0)]
Nirmala Putrie
[MTK (98)] [Bahasa Inggris (92)] [Bahasa Indonesia (99)] [IPS (88)] [Fisika (93)] [Biologi (89)] [Kimia (96)] [IPA (96)] [Rata-rata (93,875)]
Hasil dari tes mereka sebelumnya sudah ditempel, begitu juga dengan hasil dari ujian Mid Semester mereka, nilai dan urutan mereka seangkatan ditempel dimading bersebelahan dengan nilai yang diminta Jimy untuk ditempel juga sebagai bagian dari pertarungan mereka bertiga, dan juga nilai dan peringkat untuk kelas ditempelkan didalam kelas, masing-masing. Hasil dari tes untuk Nirmala saat dia pindah dan masuk sebagai siswa beasiswa juga ikut ditempel bersamaan dengan nilai 10 teratas saat ujian masuk.
...***...
Siswa-siswi Akademi Roswaal pagi ini mereka semua berkumpul didalam kelas mereka masing-masing. Setiap guru yang bertugas sebagai wali kelas, berjalan menuju kelas mereka dengan membawa kertas besar ditangan mereka. Kertas itu berisi nilai dari setiap pelajaran dan juga mereka membawa amplop besar yang berisi hasil ujian mereka.
Satu per satu lembar jawaban dikembalikan ke mereka dengan nilai tertera dijawabannya itu, setelah selesai membagikan lembaran-lembaran jawaban mereka, setiap wali kelas menempelkan kertas besar yang mereka bawa tadi dipapan tulis.
Di kelas 1-4 suasananya begitu tegang, karena sesuatu yang akan menentukan nasib salah satu dari mereka, kini akan diketahui mereka. Jimy mulai merasa pasrah dengan hasilnya nanti, dia sudah tahu kalau Nirmala pasti yang akan memimpin, dilihat saat ujian, dia selalu yang pertama selesai.
Kertas yang menunjukan nilai dan skor mereka dan peringkat mereka dikelas juga sudah ditempel wali kelas mereka. Seperti yang mereka duga kalau Nirmala yang berada diperingkat pertama kelas dengan skor yang hampir sempurna yaitu 1487 dari 15 pelajaran pokok mereka yang diujikan. Sedangkan Aini tepat dibawah Nirmala yaitu posisi dua dengan skor 1394, Jimy berada diposisi ke lima dikelas dengan skor 1278. Karena sudah tahu siapa yang menang dari pertaruhan mereka, Jimy sudah siap terima akibat kekalahannya.
Setelah itu mereka semua menuju ke mading utama Akademi, itu juga agar mereka tahu posisi mereka seangkatan, dan disana juga ditempelkan hasil tes masuk mereka untuk dibandingkan.
Berderet beberapa kertas yang besar terpajang dimading. Seluruh siswa Akademi berbondong berdiri menghadap papan besar itu, baik itu dari kelas 1 sampai kelas 3.
Jimy dan lainnya sudah berada dipapan yang menempelkan skor mereka secara keseluruhan, mereka berdiri diposisi kelas satu dan disebelahnya tertempel nilai tes mereka saat ujian masuk. Anak kelas 1-4 tidak terlalu memperhatikan papan skor melainkan nilai ujian masuk mereka.
Jimy dan lainnya tak menyangka dengan tes masuk yang sudah dijalani Nirmala, sungguh berbeda dengan yang mereka jalani. Dan juga Jimy tak tahu kalau Aini berada diposisi kedua dan terpaut sedikit dengan yang berada diposisi pertama.
Salman datang membawa selembar kertas ditangannya.
"Kalian sudah mengetahui skor ujiannya dan sudah membandingkan hasil tes masuk kalian." ujar Salman, kemudian dia juga membacakan apa yang dibawanya. "Ini sudah ditandatangani oleh saya dan mereka bertiga, dan sudah di sahkan." ujarnya didepan mereka. "Karena kalian sudah tahu siapa pemenangnya, jadi saya mau tanya sekali lagi. Kalian bertiga apa masih ingin melanjutkan taruhannya? Sebagi orang tua, saya berharap agar kalian membatalkan taruhannya, sebagai kepala sekolah, saya akan menyerahkan keputusan apapun ke kalian bertiga." tutur Salman menasehati mereka.
"Nirmala sebenarnya melakukan ini agar mereka puas dengan jawaban apa yang ditanyakan mereka beberapa waktu lalu. Karena Nirmala menang, Nirmala ingin kalau taruhan ini tidak pernah terjadi." jawab Nirmala.
"Kalau itu yang Nirmala bilang, aku ikut." sambung Aini.
"Maaf, tapi aku harus menolaknya. Didalam keluarga Francois, kami tidak pernah menarik lagi kata-kata kami, aku akan tetap menepati janji kami, aku akan jadi pelayannya Nirmala untuk seumur hidupku, seperti apa yang telah kami sepakati." jawab Jimy sambil menundukkan tubuhnya untuk memohon.
Seluruh siswa terkejut dengan jawaban mereka. Di satu sisi, Nirmala ingin melupakan taruhan mereka, disisi lainnya, Jimy tetap ingin menepati janjinya.
"Jimy, aku bukan bermaksud untuk mengasihani mu, aku hanya-" ucapan Nirmala dipotong Jimy.
"Ya, aku tahu itu, kamu tidak akan melakukan hal itu, tapi aku masih tetap tidak bisa, aku harus memegang kata-kataku."
"Tapi bisa, kan, untuk kali ini saja, kamu bisa lupakan semua taruhan kita!" bujuk Nirmala ke Jimy, namun dia tetap menolak. "Kenapa sih, kamu keras kepala, sebenarnya apa alasannya kamu ingin bertaruh seperti ini, soalnya aku tidak bertanya alasannya ke kamu, bukan sekedar untuk menjahili ku, bukan sekedar untuk mempermainkan aku, kan, kamu pasti ada alasan lainnya, kan?"
"Bapak tunggu kalian bertiga diruangan Bapak, soalnya ada tamu yang harus Bapak temui. Kalian selesaikan urusan kalian dan tentukan pilihan kalian." ujar Salman, lalu kembali ke ruangannya.
Jimy, Nirmala dan Aini hanya mengangguk saat Salman mengatakan hal barusan. Beberapa siswa kembali ke kelas mereka setelah mereka mengetahui peringkat mereka didinding utama, tidak ingin tahu masalah Nirmala dan yang lainnya. Ada juga yang masih tertarik dengan pertaruhan yang dilakukan Jimy dengan Nirmala dan Aini.
Nirmala menatapi Jimy menagih jawaban atas apa yang ditanyai dia tadi, begitu juga dengan yang lainnya, yang penasaran dengan alasan Jimy bertaruh seperti itu. Jimy masih berdiam diri, dia ragu apakah dia harus memberitahukan alasannya didepan banyak orang yang menyaksikannya. Nirmala terus menatapi Jimy, menunggu dia menjawab.
Karin, Rin dan Fifi menghampiri Aini dan Nirmala setelah selesai melihat skor mereka, berencana ingin mengajak mereka pulang. Karena saat setelah ujian mereka diberi waktu untuk istirahat dalam beberapa hari, namun bagi mereka yang nilainya tidak mencukupi akan mengikuti pelajaran tambahan untuk memperbaiki nilai mereka.
Tatapan mata dari siswa yang berada didekatnya, membuat Jimy menjadi resah. Dia tak tahu harus bagaimana lagi selain dia harus memberi tahu alasannya.
"Kalian berhentilah menatapi aku seperti itu."
"Kami tak akan berhenti menatapi kamu seperti ini sebelum kamu beritahu alasannya. Soalnya secara tak langsung kedua hal itu lebih menguntungkan bagi kamu, mau menang atau kalah kamu tetap akan tahu rahasia Nirmala, kan." ujar salah satu teman sekelasnya yang tidak setuju dengan pertaruhan itu.
"Benar itu yang dibilang dia, ayo cepat beritahu kami?" sambung yang lainnya.
Nirmala dan Aini hanya bisa diam. Jimy merasa dirinya benar-benar terpojok.
"Oke, oke, aku kasih tahu alasannya." Jimy akhirnya menyerah juga. "Tapi sebelum itu, Nirmala, Aini, kalian berdua yang menang, kalian bebas mau membatalkan ataupun tidak, tapi biarkan aku membayar semua itu. Janji adalah janji, hutang adalah hutang, yang kalah harus menerima konsekuensinya, kan. Jadi biarkan aku menerima apa yang sudah jadi taruhan kita demi kehormatanku dan juga nama baik keluargaku." Jimy memohon ke Nirmala
"Janji memang janji, dan hutang memang harus dibayar, tapi itu tidak diperlukan lagi." tutur Aini atas permintaan Jimy.
Nirmala menghela nafas panjang, "ya sudah deh, terserah kamu, semakin aku paksa untuk membatalkannya semakin keras kamu untuk menolaknya kan. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, jangan pernah untuk mencari tahu apapun tentang aku."
"Oke." jawab Jimy singkat dengan senyuman
"Jadi ..." tutur mereka semua.
"Oh iya, aku mohon kalian berdua (menunjuk Nirmala dan Aini) jangan marah. Hal ini mungkin sepele bagi kalian, sebenarnya karena aku suka sama Nirmala."
Semua yang mendengar itu terkejut dengan apa yang dikatakan Jimy dan menganggap apa yang dilakukannya itu sudah berlebihan. Mereka kemudian berangsur-angsur pergi dari sana, sedangkan Aini dan Nirmala masih diam karena terkejut, hanya menyisakan beberapa orang disana termasuk Rin, Karin dan Fifi.
"Kamu suka sama Nirmala lalu kamu melakukan semua ini?" ujar Aini keheranan.
"Ya, karena aku suka dia, saat pertama aku melihatnya, aku jadi suka sama dia. Aku senang saat tahu kalau dia sekelas denganku, dan aku ingin lebih tahu lagi tentang Nirmala, tapi aku tidak tahu bagaimana melakukannya. Nah kebetulan saat itu kalian membicarakan sesuatu yang menjadi alasan agar aku bisa tahu semua hal tentang Nirmala jadi itulah kenapa aku membuat taruhan seperti itu." jawab Jimy, Nirmala hanya diam saat dia mengutarakan alasannya.
"Nirmala, kamu sudah tahu alasannya kan, dan juga kamu sudah tahu perasaan aku ke kamu, jadi sekalian aja karena kamu sudah tahu. Nirmala, aku suka kamu dan aku ingin lebih mengenal kamu lagi, jadi apa kamu mau terima aku dan jadi pacarku." Jimy langsung mengutarakan perasaannya ke Nirmala.
Karin dan Rin lebih mendekat kearah Nirmala. Setelah dia mendengar itu, Nirmala segera ingin menjawab apa yang dikatakan Jimy tadi.
"Jimy, aku menghargai perasaan kamu, tapi aku tidak ingat kita pernah bertemu sebelumnya, dan aku minta maaf Jim, aku tidak bisa terima kamu ataupun jadi pacar kamu, kalau tentang taruhan kita, kamu bebas kok mau tetap ingin jadi pelayanku atau tidak, tapi untuk yang satu itu aku benar tidak bisa." jawab Nirmala.
"Kenapa Nir, apa karena taruhan itu, apa karena aku tantangin kamu, sampai kamu ngak mau terima aku?" tanya Jimy atas penolakan Nirmala.
"Bukan karena hal itu Jim, sebenarnya aku sudah ada yang punya, dan kami juga sudah bertunangan, dan beberapa tahun lagi kami akan menikah. Walaupun aku lagi sendiri juga, aku tetap tidak bisa buat terima kamu jadi pacarku atau apapun itu."
"Oh begitu ya." jawab Jimy lemas. "Ya, aku terima apapun yang jadi kesepakatan kamu. Kalau masalah pertaruhan kita, aku akan tetap melakukannya. Ngomong-ngomong siapa orang yang beruntung bisa memiliki kamu." ujar Jimy penasaran.
"Jimy ..." teriak Aini dan Nirmala sambil melototi Jimy, seketika itu Jimy langsung terdiam. Ynk
Didepan papan pengumuman itu hanya tinggal Jimy, Nirmala, Aini dan juga Karin, Rin, dan Fifi yang menunggu Nirmala dan Aini. Yang tadi ikut menonton, kini sudah bubar.
"Nirmala, Aini, kalau sudah selesai urusannya disini kita pulang yuk." ajak Karin ke mereka berdua.
"Maaf kak, nampaknya kalian harus pulang duluan deh, soalnya kami mau menghadap Kepala Sekolah dulu kak."
"Ya sudah, kalau begitu kami pulang duluan." balas Rin.
"Oke." jawab Aini dan Nirmala.
Di dalam ruangannya, Salman tengah berbincang dengan seorang wanita paruh baya, dengan stelan yang begitu anggun, dan rambut emasnya dibiarkannya terurai.
Sudah beberapa menit mereka berbincang-bincang. Salman juga sudah menjelaskan permasalahan kenapa dia disuruh untuk datang ke Akademi dan menemui Salman.
Suara ketukan pintu terdengar dari ruangan Salman. Orang yang mereka tunggu akhirnya datang. Salman segera menyuruh mereka agar segera masuk.
"Permisi ..." ujar mereka bertiga. "Maaf Pak, apa bapak masih sibuk?" tanya Nirmala saat melihat ada seorang wanita yang duduk membelakangi mereka.
"Tidak, Bapak tidak lagi sibuk. Sebenarnya dia ingin bertemu dengan kalian." ujar Salman. "Kalau begitu Bapak perkenalkan, dia Talita Adore." wanita itu berdiri dan menghadap kearah mereka bertiga. "Mamanya Jimy Francois." sambung Salman.
"Mama, what are you doing ini here?" ujar Jimy ke Mama nya.
Talita merasa kesal dan geram mendengar pertanyaan dari anaknya itu.
"Kamu pikir, karna siapa aku ada disini, karena kamu berbuat ulah, makanya aku ada disini!" ujar Talita memarahi Jimy dengan bahasa Inggrisnya. "who's they'r? Kamu menantang dua orang gadis ini dan kamu kalah." talita masih terus memarahi Jimy.
Aini dan Nirmala hanya bisa diam saat Jimy dimarahi oleh Mamanya.
"Oh, I'm sorry, who you are?" tanya Talita ke Aini dan juga Nirmala. "Maaf, nama kalian siapa?" Talita memperbaiki ucapannya.
"Iya nggak apa tante, saya Nirmala." ucap Nirmala sambil menyalami tangan Talita.
"Saya Aini." begitu juga dengan Aini.
"Oh, nama yang cantik untuk gadis yang cantik." ujar Talita memuji, Aini dan Nirmala hanya tersenyum.
"Ayo duduk." pinta Salman. "Kini kita ke permasalahannya, Bapak ingin tahu, apa keputusan dari kalian?" tanya Salman saat mereka semua duduk.
"Maaf pak, tapi apa kita tidak menghubungi kedua orang tua mereka berdua." saran Talita ke Salman.
"Kalau masalah orang tua mereka kita bahas nanti saja. Jadi apa keputusan yang kalian ambil?" tanya Salman sekali lagi.
"Kalau boleh jujur, sebenarnya Nirmala tidak ingin membahas ini lagi, Nirmala tidak ingin merugikan kedua pihak, karena itu Nirmala ingin kalau taruhan itu tidak pernah terjadi dan kami hanya sekedar bersaing dalam pelajaran. Tapi semua keputusan akhirnya itu semua tergantung Jimy sendiri, Nirmala akan terima apapun jawaban Jimy dengan syarat, kalau Jimy tidak akan mencoba mencari tahu apapun tentang kami terutama aku, kecuali hal itu tidak disengaja tidak lebih dari itu dan tidak untuk seterusnya." jawab Nirmala.
Salman mendengarkan dengan seksama apa jawaban dari Nirmala. Terukir sebuah senyuman di wajah Talita saat Nirmala tidak ingin mempermasalahkan itu lagi dan menganggap semua itu tidak pernah terjadi, namun kembali tak bersemangat saat tahu kalau semua itu tergantung dengan Jimy.
"Maaf sebelumnya, kalian masuk kesini dengan cara apa? Apa orang tua kalian membayar semua kebutuhan kalian untuk bisa kesini?" tanya Talita ke Aini dan Nirmala.
"Maaf Tante, maksudnya apa ya dengan cara kami masuk sekolah ini? Yang pasti kami masuk dengan mengikuti ujian masuknya, Tan." jawab Aini atas pertanyaan dari Talita.
"Dan juga Tan, orang tua kami tidak membiayai semua kebutuhan kami disini, karena kami mengambil jalur beasiswa dan juga saya tidak mau orang tua saya jadi repot mengurusi segala kebutuhan saya disini." sambung Nirmala.
"Oh, begitu ya." jawab Talita singkat, namun tatapan matanya memiliki artian yang sangat berbeda.
Salman menanyakan apa mereka bisa mendengar jawaban dari Jimy, lalu Salman menyuruh Jimy memberitahukan jawabannya.
"Jawaban dan keputusanku tetap sama. Aku akan tetap terima kalau aku kalah dan menjadi pelayannya Nirmala seumur hidupku. Aku juga terima persyaratannya Nirmala." Jimy telah menentukan apa yang menjadi jawabannya.
"Are you crazy, you a stupid boy. Aku tadi senang saat dia bilang semua itu dianggap tidak pernah terjadi." Talita benar-benar membuat wajah marah. "Tapi, kamu masih tetap memilih jadi pelayan dia, kamu tahukan, dia saja hidup disini dari uang beasiswa, orang tuanya saja tidak memenuhi kebutuhan dia disini, lalu dengan apa dia akan memberi kamu gaji, hah, orang biasa seperti dia tidak akan bisa untuk terus menggaji kamu sebagai pelayannya, lebih baik kamu terima tawaran dia tadi, demi nama keluarga kita juga." Talita memarahi Jimy, tentunya dalam bahasa Inggris.
Jimy menyangga apa yang dikatakan Mamanya itu. Mereka berdua masih berdebat satu sama lainnya. Nirmala dan Aini tidak habis pikir dengan mereka berdua, terutama dengan pemikiran Talita. Salman yang melihat tidak akan ada habisnya pertengkaran mereka itu mencoba untuk menengahi.
"Ahem ..." Salman berdehem mengehentikan mereka. "Karena jawaban Jimy sudah jelas, jadi saya sebagai kepala sekolah tidak diperlukan lagi disini. Tapi seperti yang anda katakan tadi, kenapa tidak memanggil kedua orang tua mereka, dan saya yang akan menggantikan sebagai orang tua mereka. Jadi, sekarang ini bukan lagi urusan sekolah, melainkan urusan keluarga." ucap Salman. "Kita tinggalkan jabatan kita, lalu kenapa tidak menanyakan alasan kenapa anak anda membuat taruhan seperti itu."
Talita mengikuti apa yang dikatakan Salman, dia langsung bertanya alasan dibalik sikap Jimy membuat taruhan seperti itu. Jimy tahu dia harus memberitahu alasannya ke Mamanya itu.
Talita sungguh tidak percaya, karena demi mengenal gadis itu, anaknya sampai melakukan hal itu. Talita masih tidak ingin kalau anaknya itu menjadi pelayan untuk orang biasa seperti Nirmala di pandangannya.
"Kenapa kamu tidak menjadi bagian keluarga saya saja, lagian Jimy juga suka sama kamu." ujar Talita agar Nirmala berpacaran dengan anaknya. Jimy ingin menyela Mamanya. "Diam kamu Jimy, Mama masih tidak ingin kemu jadi pelayannya. Bagaimana Nirmala, mau kan kamu pacaran sama Jimy? Kalau kamu mau, Tante bisa penuhi semua kebutuhan yang kamu inginkan." tawar Talita sekali lagi, Jimy hanya tertunduk saat Mamanya jadi segila ini.
"Waw, Tante mau membeli Nirmala? Dengan cara bicara Tante yang seperti itu?" ujar Aini yang kesal dengan penuturan Talita.
Salman yang mendengar perkataan Aini langsung menegurnya "Aini, jaga ucapan kamu, dia lebih tua dari kamu." tegur Salman, Talita tetap tidak peduli, dia kini menganggap Salman hanya sebatas pengganti.
"Tapi, apa yang dikatakan Aini tadi benarkan." bela Aini.
"Yang saya tawarkan itu bukan kamu, melainkan Nirmala, jadi saya tidak butuh pendapatmu. Bagaimana Nirmala, mau kan?"
Nirmala masih mengambil sikap tenangnya. "Maaf ni Tan, tapi saya tidak bisa terima tawaran Tante itu. Dan juga saat ini Nirmala sudah bertunangan, jadi sekali lagi Nirmala minta maaf." ujar Nirmala sambil menunjukan cincin tunangannya.
Talita terus memaksa kehendaknya walaupun dia tahu Nirmala sudah bertunangan. Sebanyak Talita memaksa, sebanyak itu juga Nirmala menolaknya, sampai Talita benar-benar berbicara hal yang sangat tak ingin didengar Nirmala.
Nirmala merasa benar-benar tersakiti. Nirmala berdiri berjalan kearah Salman lalu dia menangis di pangkuannya Salman.
"Pa ... Mala nyerah. Mala nggak bisa bersikap tenang lagi." ucapnya yang masih menangis "Papa, apa Mala serendah itu, sampai bisa dibuat seperti ini?" kini Nirmala benar-benar tenggelam dalam tangisannya.
Salman mencoba menenangkan Nirmala yang menangis, sampai akhirnya Nirmala tertidur. Talita dan Jimy hanya diam terkejut saat Nirmala menangis dipangkuan Salman dan betapa dibuatnya terkejut lagi saat mereka mendengar Nirmala memanggil Papa ke Salman. Sedangkan Aini masih memasang wajah kesal ke Talita.
"Jadi, Nyonya Talita Adore, apa anda sudah merasa puas dengan segala sikap anda terhadap putri saya. Saya mau bertanya, jika keadaanya terbalik, apa anak anda akan menganggap semua taruhan mereka tidak pernah terjadi, dan tetap membiarkan mereka untuk menceritakan rahasia mereka dan melayani Jimy, apa itu yang anda inginkan. Dan juga, apabila saya yang bersikap seperti anda terhadap Jimy, pasti anda tidak akan terima, kan." ujar Salman dengan nada bicara yang lembut.
"Pak Salman, maaf atas segala ketidak sopanan saya. Saya tidak tahu kalau Nirmala itu adalah anak anda."
"Kalau anda tahu, anda akan bersikap berbeda, iya, kan."
Jimy sudah tidak berani untuk bicara lagi. Sedangkan Talita hanya tertunduk malu mengingat sikapnya terhadap Nirmala dan mengetahui kalau Nirmala itu anak dari Kepala Sekolah Roswaal. Aini kembali lagi ketempat Salman dan lainnya setelah dia menghubungi seseorang.
"Kak, aku sudah bilang ke Kak Luna untuk kesini menemui Kakak." ujar Aini ke Salman.
"Ambil tas kalian, kamu juga Jimy dan tunggu di mobil. Ini kuncinya." Salman memberikan kunci mobilnya ke Aini.
"Oke Kak." jawab Aini, lalu meninggalkan mereka.
"Kita akan membicarakan ini ditempat yang lain." ujar Salman sambil mencoba membangunkan Nirmala, yang entah kenapa tak kunjung terbangun. Talita dan Jimy hanya dibuat tak berkata-kata lagi.
°
°