Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi
"Bella." Suara serak Kenan menggema di ruangan itu. "Kalau kamu tidak mau melakukan apa pun dengan itu, aku sarankan kamu untuk melepaskannya sekarang juga!."
Lelaki itu menahan erangannya saat tangan Bella mengusap bagian kepala adik kecilnya. Dan itu adalah malam yang seakan menyiksa bagi Kenan, dia harus memilih antara kenyataan atau kenikmatan yang timbul karena sentuhan itu. Setelah meninggalkan klub bersama Bella, Kenan membawa wanita itu ke penthouse miliknya.
Bella sangat mabuk sehingga dia langsung tertidur ketika Kenan membaringkannya di atas tempat tidur. Karena Kenan tidak dapat menahan godaan, dia juga merebahkan tubuhnya di samping Bella dan menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk Bella, lalu memeluknya.
Namun, Bella tidur dengan posisi tidak bisa diam. Tanpa sadar, dia terus menggeser kaki hingga akhirnya kedua kaki Bella memeluk paha Kenan. Tangannya sesekali membelai dada bidang Kenan, menyulut hasrat yang selama enam tahun masih dapat dikendalikan oleh Kenan.
Kenan mencoba yang terbaik untuk tetap diam dan menahan siksaan karena tangan Bella juga memeluk tubuhnya. Saat jam menunjukkan pukul dini hari, Kenan tiba-tiba merasakan jika adik kecilnya mengeras. Didalam tidurnya, Bella terus memainkannya, membuat Kenan semakin sulit untuk menahannya.
Rasa kesemutan dan juga geli menjalar di seluruh tubuh Kenan ketika Bella mengeluarkan suara erangan yang pelan dan tangannya menyentuh adik kecil Kenan lagi. Kenan mendesis dan meraih tangan Bella, lalu mengangkatnya dan meletakkannya di dekat kepalanya, membuat Bella membuka matanya.
"Aku bilang kalau kamu tidak mau melakukan apapun pada adik kecilku di bawah sana, kamu harus berhenti menyentuhnya." Kata Kenan.
Pikiran Bella kosong, dia baru saja terbangun dari tidurnya dan masih merasakan efek alkohol. "Apa yang kamu—".
Kenan tidak memberinya kesempatan untuk berpikir. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir Bella dengan ciuman yang panas.
Dan pada saat yang sama, Bella seakan merasakan sengatan yang mengalir langsung ke inti tubuhnya di bawah sana. Pikirannya masih kabur dan sebelum dia bisa menahan diri, dia membuka bibir dan membiarkan lidah Kenan masuk dan membalas ciumannya.
Kenan mengerang dan merubah posisinya menjadi berada diatas Bella. Sebelah tangan Kenan mencengkram ke-dua tangan Bella dan menjepitnya di atas kepala Bella. Dengan menggunakan lututnya, Kenan membuka kedua kaki Bella dan lelaki memposisikan kedua kalinya diantara kaki Bella.
Sementara itu, Bella merasakan tonjolan adik kecil Kenan dan dia menginginkannya, dia ingin Kenan menggerakkan pinggulnya untuk menimbulkan gesekan pada bagian inti bawahnya yang telah berdenyut-denyut.
Saat mereka berdua berciuman, Bella mengerang dan melingkarkan kakinya di pinggang Kenan, mendorongnya agar lebih dekat dengan inti kewanita***
'Argghh! Sialan!." Batin Kenan. Dan semua kesadarannya hilang ketika dia saat ini telah kehilangan kendali dan menyerah pada hasrat yang membara dalam dirinya.
Kenan menggoyang pinggulnya, menggesek-gesekkan adik kecil yang berdiri dengan sempurna ke inti tubuh Bella dalam posisi mereka sangat menempel antara satu sama lain.
Panasnya momen saat ini membuat Kenan ingin merobek pakaian Bella dan memuaskan nafsunya.
Kenan melepaskan salah satu tangan Bella dan menyelipkan tangannya ke belakang leher Bella untuk menarik tengkuk Bella agar dia dapat memperdalam ciumannya. Hari ini, Kenan benar-benar menuangkan semua gairah dan kerinduan yang dia rasakan pada Bella selama ini.
"Arghh sayang!." Erang Kenan saat dia melepaskan ciuman mereka dan turun mencium ceruk leher Bella. "Aku sangat merindukanmu."
Perasaan geli dan kesemutan menjalar di tubuh Bella, pikirannya di penuhi dengan kenikmatan yang dia rasakan dari sentuhan Kenan. Belaian lembut dari lelaki itu yang membuat Bella merasa kenikmatan inilah yang sangat ia butuhkan. Sentuhan Kenan membuatnya merasa ketagihan dan dia terus mengharap yang lebih dari hanya sekedar berciuman.
Tetapi, ketika Kenan membuka resleting gaun Bella secara perlahan dan membisikan sesuatu di telinganya, Bella tiba-tiba tersadar sepenuhnya.
"Aku tidak sabar lagi. Aku sangat menginginkan kamu, Bella." Kata Kenan dengan suara purau yang menegang karena hasrat yang membara.
Tangan Kenan sudah hampir sepenuh menurunkan resleting Bella. Wanita itu terdiam, dia menatap mata Kenan yang berada diatas tubuhnya dan jantungnya berdegup tak menentu karena begitu seriusnya apa yang baru saja terjadi.
"Astaga!." Teriak Bella, dia terlihat ketakutan. 'Apa ini bukan mimpi?.' Batinnya.
"Ada apa?." Tanya Kenan, suaranya rendah dan serak. Namun saat dia merasakan ada sesuatu yang aneh pada Bella, dia menjadi khawatir. "Apa ada yang salah?."
Mata Bella yang terbelalak berubah menyipit saat kembali menatap Kenan. Bella pikir dirinya sedang bermimpi.
"Lepaskan aku! Beraninya kamu mencoba mengambil keuntungan dariku?!." Bella berteriak, tatapan matanya berubah tajam. Dia juga berusaha menutupi rona merah di wajahnya karena rasa gairah yang masih dia rasakan didalam dirinya.
Celdamnya sudah basah, tetapi Bella tidak mau memberitahu Kenan tentang hal itu.
Kenan mengernyitkan dahinya. Dia pergi dari atas Bella. Sementara Bella bergegas turun dari atas tempat tidur.
"Bawa aku pulang sekarang! Kamu tahu aku sedang mabuk dan kamu berani mengambil kesempatan itu?!."
"Bella, bukan itu yang aku coba lakukan.." Kenan ikut turun dari tempat tidur dan menyugarkan rambutnya kebelakang. Kenan tidak tahu bagaimana dirinya bisa kehilangan kendali seperti itu, tetapi awalnya Kenan hanya ingin mencicipi bibir Bella sebentar.
"Antar aku pulang sekarang, setidaknya itu yang bisa kamu lakukan karena sudah berani macam-macam." Tuntut Bella.
"Bella—"
"Aku tidak ingin mendengarkan apa pun darimu! Kamu jahat! Bukankah kamu sudah bertunangan." Kata Bella, dia menahan rasa sakit ketika mengingat Kenan menyentuhnya. 'Bagaimana aku bisa tidur bersama dengan musuh ku?.' Batin Bella, dia benci dengan dirinya sendiri dan perasaan apa pun yang dia rasakan ketika bersama dengan Kenan.
Kenan menghela napasnya, lalu menganggukkan kepalanya. "Ayo pergi." Kenan tahu saat ini Bella sangat marah hingga Kenan pun memutuskan untuk berbicara lagi dengan Bella ketika wanita itu sudah lebih tenang dan mampu mendengarkan penjelasannya.
***
Di perjalanan menuju apartemen Bella. Suasana di dalam mobil terasa sepi. Bella memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela, sementara Kenan diam dan tidak berani semakin membuat Bella marah.
Dan ketika mereka sudah tiba, Kenan ingin turun terlebih dahulu, membukakan pintu mobil untuk Bella. Tetapi Bella telah lebih dulu membuka pintu dan melangkah keluar.
Wanita berbalik dan menatap Kenan. "Aku akan membiarkan apa yang sudah terjadi. Tapi kalau kamu mencoba menyentuhku lagi tanpa izin... aku akan mengajukan tuntutan." Kata Bella, kemudian mulai berjalan menjauh dari mobil Kenan.
Ketika dia menyadari jika Kenan mengikutinya. Bella berbalik dan matanya melebar. "Kenapa kamu mengikuti ku?."
"Tentu saja, aku akan mengantarmu mu sampai ke depan apartemen mu." Kenan menyeringai.
"Kamu tidak di terima di rumahku." Bentak Bella, matanya menatap kearah gedung dengan raut wajah cemas. "Pergi dan jangan pernah datang lagi ke sini."
Kenan mengernyitkan dahinya ketika melihat reaksi Bella. Dia juga ikut melihat kearah gedung apartemen Bella. 'Apakah Galvin juga ada di apartemennya? Dan itu sebabnya Bella sangat ingin aku pergi?.'
"Kenapa? Apa kamu menyembunyikan seorang lelaki di apartemenmu?." Tanya Kenan.
Terlihat kilatan amarah ketika Bella menatap Kenan. "Ya, dan aku tidak ingin dia melihat mu. Sekarang, cepat pergi dari sini!."
Kenan mengepalkan tangannya saat kemarahan meluap-luap dalam dirinya. Tanpa berkata apa pun lagi, Kenan berbalik badan dan masuk kedalam mobil, sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
***
"Dimana semalam kamu menginap? Dan dengan siapa?." Begitu Bella hendak masuk kedalam kamar, suara Katherine terdengar dan menghentikan langkahnya.
Bella merasa bersalah saat dia berbalik badan menghadap kearah ibunya yang baru saja keluar dari kamar dan duduk di sofa.
"Hm.. Mama, selamat pagi." Kata Bella tersenyum canggung. "Semalam aku mabuk dan menginap di apartemen Nita—"
"Mama melihatmu keluar dari mobil Kenan, Bella. Apakah kamu menghabiskan malam bersamanya? Apa kamu sudah lupa bagaimana dia telah menyakiti kamu enam tahun yang lalu?." Tanya Katherine, menunjukkan raut wajah jika dia tidak suka Bella kembali bersama Kenan.
Katherine Jenkins sudah banyak menyimpan rasa kebenciannya terhadap keluarga Narendra. Awalnya, dia menyalahkan perusahaan karena Justine Hamilton menggunakan dirinya sebagai alasan untuk tidak menikahinya karena dirinya yang berasal dari latar belakang keluarga miskin. Justine ingin menjadi CEO, jadi pria itu tidak bisa melibatkan wanita dari status sosial rendah seperti Katherine.
Namun, Justine berjanji akan kembali bersamanya dan anak mereka— Bella, setelah pria itu berhasil dalam rencananya menjadi CEO Narendra Corporation, itu pun hanya berada di balik layar. Meski begitu, Katherine tetap merasa bahagia daripada tidak akui sama sekali.
Sedikit yang Katherine tahu jika Justine ditangkap dan dipenjara dengan hukuman seumur hidup. Dan karena itu, bagi Katherine, keluarga Narendra adalah alasan dirinya mengalami kehidupan yang mengerikan. Sama seperti Justine, Katherine juga ingin menjatuhkan keluarga Narendra.
"Ya, Kenan yang mengantarkan aku. Tapi itu karena terlalu banyak minum alkohol tadi malam. Tidak ada apa-apa yang terjadi diantara kami." Kata Bella menjelaskan. Ia mengetahui betapa ibunya tidak menyukai siapa pun atau apa pun yang berhubungan dengan keluarga Narendra.
"Mama sudah mengetahui semuanya! Apa kamu tidur dengannya? Kamu yakin tidak akan jatuh cinta begitu saja pada musuhmu, kan? Pertama, kamu di hamili oleh putra keluarga musuh kita dan sekarang, kamu akan melakukan hal yang sama lagi? Mama pikir, kita datang ke kota ini hanya karena ingin balas dendam!." Kata Katherine dengan nada bicaranya yang begitu menyakitkan untuk didengar.
Bella merasa seperti ada yang meremas hatinya dan kemarahannya berkobar dalam dirinya. Kedua matanya yang telah berkaca-kaca menatap sang ibu. "Apa mama benar-benar perduli padaku? Atau satu-satunya hal yang penting bagi mama hanyalah balas dendam? Mama kembali untukku setelah bertahun-tahun, tetapi setelah itu yang kita fokuskan hanyalah tentang merencanakan balas dendam yang sempurna."
Bella tidak bisa melupakan bagaimana dirinya bertemu dengan ibunya lagi enam tahun yang lalu, di saat dirinya mengalami hal yang tidak pernah terduga.
★Flashback on ke enam tahun yang lalu.
Setelah konfrontasinya dengan Sofia Vergara di lobi gedung perusahaan Narendra, Bella tidak menyadari jika ada seorang wanita yang mengikutinya. Tetapi ketika dirinya sampai di apartemennya, Katherine memanggilnya.
"Bella..." Meski sudah lama tidak bertemu, tetapi Bella masih sangat hafal dengan suara ibunya. Wanita itu pun berbalik badan dan matanya terbelalak lebar, sementara jantungnya berdegup kencang.
Mata-mata kemudian berkaca-kaca saat melihat wanita yang sedang tersenyum lembut padanya. "Mama?." Kata Bella lirih.
"Ya. Ini mama, Bella." Jawab Katherine. Dia kemudian berjalan mendekati Bella dan langsung memeluknya. "Jangan khawatir. Mama sudah kembali dan mama tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi."
Tangis Bella semakin pecah didalam pelukan Ibunya dihari itu. Katherine tidak hanya menepati janjinya pada akhirnya untuk kembali pada Bella, tetapi wanita paruh baya itu juga hadir di saat Bella memang sedang membutuhkan seseorang disisinya.
Mereka masuk kedalam apartemen Bella, duduk bersama dan membicarakan keberadaan Katherine selama ini. Katherine menjelaskan jika selama ini dia berpindah dari kota ke kota untuk mencoba mendapatkan uang dan menabung agar mereka dapat menjalani kehidupan yang nyaman.
Katherine memperhatikan wajah cantik putrinya. Dia tersenyum dan mengusap air matanya. "Mama minta maaf karena memerlukan waktu lebih lama dari apa yang mama perkirakan. Tapi sekarang, mama sudah kembali. Ada banyak hal yang harus kita lakukan. Keluarga yang selama ini baik padamu, sebenarnya adalah musuh dari keluarga kita, sayang. Mereka telah menghancurkan kehidupan Papamu."
Bella mengernyitkan dahinya. "Apa maksud, Mama? Siapa Papaku?."
Katherine pun akhirnya menceritakan pada Bella dengan versinya tentang apa yang terjadi dua puluh tahun yang lalu. Dan Katherine berhasil menyakinkan Bella tentang betapa jahatnya keluarga Narendra. Bella yang saat itu memang sudah terlanjur disakiti oleh Kenan pun pada akhirnya dengan mudah mempercayai perkataan Ibunya.
Bella amat sangat terkejut saat mengetahui watak asli keluarga Narendra dan apa yang ada dibalik senyum palsu mereka.
'Jadi, aku keluargaku berantakan itu semua karena keluarga Narendra?.' Batinnya. Ketika Bella memikirkan bagaimana Kenan dengan kejamnya memutuskan hubungan mereka, hal itu memicu rasa benci dan keinginan yang besar untuk balas dendam.
Bella akhirnya meninggalkan kota Brentwood bersama dengan Katherine dan mulai dari saat itu mereka selalu merencanakan bagaimana mereka akan membuat seluruh keluarga Narendra membayar kejahatan mereka yang sudah menghancurkan kehidupan Bella dan keluarganya.
Flashback off.
"Tentu saja Mama perduli padamu, aku adalah ibumu. Kenan tidak baik untukmu. Keluarganya sangat berbahaya. Apakah mereka membantumu ketika kamu di sakiti oleh Kenan, enam tahun yang lalu? Mereka berpihak pada putri mereka, kan? Mama tidak percaya, hanya karena beberapa kata manis dari lelaki itu, kamu sudah langsung melupakan tujuan kita—"
"Aku belum melupakannya, Ma! Aku akan menghancurkan mereka dan aku hanya harus dekat dengan Kenan supaya aku bisa mendapat informasi yang aku butuhkan. Mama tidak perlu mengingatkan aku di setiap kesempatan. Aku yakin pada diriku sendiri kalau aku tidak akan pernah jatuh cinta pada Kenan lagi, tidak setelah apa yang dia lakukan padaku. Aku membenci dia!." Bella menjerit, rasa bersalah merayapi dirinya ketika mengingat momen disaat dirinya dan Kenan berciuman.
'Aku tidak percaya kalau aku malah menikmati ciuman itu padahal seharusnya aku membenci Kenan.' Batin Bella, hatinya berdebar-debar melihat sorot mata ibunya.
Bella merasa seakan dirinya telah mengkhianati Ibunya setelah berjanji akan selalu membenci dan menjauhi Kenan.
Namun, kenyataannya dirinya telah berbagi tempat tidur dengan Kenan dan membiarkan lelaki itu memasukan lidahnya kedalam mulutnya selama berciuman. Mengingat ketika mereka bahkan menggosokkan bagian !nt!m mereka satu sama lain, hamir melakukan perbuatan yang bukan-bukan. Rasa bersalah merayapi Bella ketika dia mengingat kejadian itu. 'Astaga! Aku tidak percaya aku telah melakukan perbuatan itu.'
Setelah hening selama beberapa detik, Katherine kembali buka suara. "Jangan jatuh kedalam perangkapnya kecuali kalau kamu ingin terluka untuk kedua kalinya. Kita datang ke sini untuk menghancurkan keluarga Narendra dan mama harap kamu tidak menyimpang dari tujuan awal kita."
Bella mengangguk dengan penuh tekad dalam tatapan matanya. "Jangan khawatir, Ma. Semuanya terkendali. Kenan dan keluarganya tidak akan menyadari bencana apa yang akan menimpa mereka."
Saat itu, suara Stevia terdengar ditelinga Bella. "Mommy, apa Mommy tadi bersama paman baik? Aku sedang melakukan panggilan video dengannya."
Jantung Bella berdegup kencang, matanya melebar saat melihat putrinya memegang iPad di kedua tangannya. Bella bergegas mendekati Stevia, meraih iPad itu dan perasaannya khawatir ketika membayangkan jika mungkin Kenan dapat mendengar perkataannya dengan Ibunya.