S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. MB 23
...~•Happy Reading•~...
Pak Gustav masih kerja seperti biasa. Seperti hari ini baru adakan pertemuan di ruang kerjanya. Setelah selesai pertemuan, Pak Gustav mengantar tamunya ke Lobby sambil bicara dan mengakrabkan diri dengan tamunya yang akan melakukan kerja sama dengannya.
Ketika keluar dari lift, ia sangat terkejut melihat seorang wanita yang sedang berbicara di lobby. Walau rambutnya tergerai lepas melewati bahu dan berpenampilan berbeda, tapi gerakan tangan saat berbicara, sangat dikenalnya. Ia berhenti berbicara dengan tamunya dan memperhatikan wanita tersebut untuk memastikan siapa yang dilihatnya.
"Siapa, Pak Gustav. Anda kenal dengan wanita itu?" Tanya tamunya heran, sebab mata Pak Gustav tidak beralih dari seorang wanita yang dilihatnya.
Sontak Pak Gustav menggeleng, untuk mengusir apa yang ada di pikirannya bahwa wanita yang dilihatnya adalah Lianty istrinya. Selain berpenampilan lain, tapi juga sangat cantik. Rambutnya dibiarkan tergerai dan mengenakan stelan jas resmi, layaknya wanita karier. 'Wanita itu bukan Lianty.' Pak Gustav berkata untuk dirinya sendiri.
"Kalau tidak kenal, mengapa dilihat terus, Pak? Ternyata Pak Gustav masih tertarik sama daun muda yang cantik." Bisik tamunya sambil tersenyum, melihat tatapan Pak Gustav tidak beralih dari seorang wanita cantik yang berdiri di lobby.
"Daun muda yang cantik? Bicara anda seakan mengetahui dia masih muda." Pak Gustav jadi kesal, sebab makin diperhatikan, hati kecilnya mengatakan itu adalah istrinya, Lianty.
"Kalau saya mengenalnya, tidak akan saya biarkan lolos. Saya pepet terus supaya tidak lepas atau disambar orang, Pak." Ucap tamu Pak Gustav, lalu tersenyum. Namun Pak Gustav tidak tertawa mendengar ucapannya, tapi makin kesal.
^^^Setelah memastikan yang dilihatnya adalah Lianty istrinya, jantungnya seakan berhenti. Sontak ia berhenti di tempat dan memperhatikan pria yang sedang berbicara dengan Lianty. ^^^
^^^Ucapan tamunya mulai mempengaruhi alam bawah sadarnya. Ketika melihat Lianty berbicara ramah dan sesekali tersenyum pada pria di depannya. ^^^
'Inikah yang membuatnya tidak menanggapi yang kuminta dan membiarkan aku pergi dari rumah? Inikah membuat apa yang kulakukan tidak jadi masalah baginya?' Pak Gustav bertanya dalam hati.
'Mungkinkah sudah ada pria lain, jadi dia tidak mau berhubungan denganku dan anak-anak? Pantas dia tidak telpon satu kali pun atau chat tanya keadaanku.' Pak Gustav terus membatin sambil melihat Lianty yang berbicara akrab dan ramah dengan pria di depannya.
"Ada apa, Pak Gustav?" Tanya tamunya lagi yang menyadari perubahan sikap dan tidak fokus pada apa yang sedang mereka bicarakan.
Tamunya berpikir Pak Gustav sedang alami sesuatu dan membuat emosinya tiba-tiba meningkat. Itu terlihat dari raut wajahnya yang tiba-tiba jadi memerah dan cara bicaranya tidak lagi ramah.
"Pak Rey, tunggu saya sebentar di sini. Ada yang perlu saya temui." Ucap Pak Gustav lalu beranjak meninggalkan tamunya tanpa menunggu persetujuannya. Hal itu membuat tamunya heran sambil melihat punggung Pak Gustav yang berjalan cepat.
Dengan langkah panjang dan emosi meluap, Pak Gustav berjalan mendekati Lianty yang sedang berbicara dengan pria muda di depannya.
"Kau bikin apa di sini?" Tanya Pak Gustav kepada Lianty yang sontak melihatnya. Detak jantungnya berpacu tidak beraturan dan ingin meneriaki suaminya yang berbica tidak sopan dengannya. Dia hampir tidak mengenal suaminya yang bersikap tidak sesuai dengan tempat dan jabatannya.
"Anda bicara dengan saya?" Lianty bertanya pelan, sambil menekan rasa malu dan marah melihat suaminya.
^^^Lianty berdoa dalam hati, semoga Papahnya atau kakaknya tidak muncul tiba-tiba di lobby dan melihat kelakuan suaminya.^^^
"Oh, begini caramu bicara dengan suamimu?" Bentak Pak Gustav yang makin emosi mendengar pertanyaan istrinya.
"Suamiku di rumah. Anda tidak tahu sedang berada di mana? Lihat lantai, lalu sadar." Lianty tidak tahan melihat sikap suaminya yang tidak profesional.
Untuk menghindari terjadi keributan, Lianty berbalik. "Mari, kita sedang ditunggu pekerjaan." Lianty berkata kepada pria muda yang agak menyingkir tapi tetap menunggunya.
"Berani berteriak memanggil namaku, kau akan menyesal." Lianty berbalik melihat Pak Gustav dan berbicara pelan, mengancam. Sebab dia tahu kebiasaan suaminya yang suka berteriak memanggil namanya jika ditinggal pergi begitu saja.
"Ingat. Kau itu masih istriku." Pak Gustav balik mengancam.
"Simpan itu buat hiasan menu makan siangmu." Lianty membalas dengan wajah kaku dan geram, lalu balik dan pergi dengan pria yang menunggunya.
^^^Flashback^^^
Saat Lianty masuk ke lobby gedung kantor Papahnya, dia membatin dan berdoa minta kekuatan dari Tuhan. Dia kuatir akan bertemu dengan suaminya di awal kerja, sehingga mempengaruhi suasana hatinya.
Setelah menarik nafas panjang, dia mengeluarkan ponsel lalu menelpon. Lianty tidak melihat sekeliling, agar bisa fokus pada apa yang akan dilakukan di hari pertama masuk kerja lagi.
Selesai telpon, dia hanya fokus menanti orang yang akan datang menemuinya. Tidak lama kemudian, seorang pria muda berjalan cepat mendekatinya.
"Selamat datang, Bu. Saya Rally asisten Ibu." Lianty tertegun mengetahui asistennya masih muda. Padahal di telpon, dia mengira asistennya lebih senior darinya.
"Baik. Terima kasih. Sudah menemui saya di sini." Lianty bersikap serius, sebagai pimpinannya. Sebab Papahnya mengatakan dia akan memimpin bagian pemasaran dan akan diberikan seorang asisten.
"Apa ada perubahan ruang kerja bagian pemasaran?" Tanya Lianty sebelum melangkah, agar dia tahu ke arah mana melangkah.
"Iya, Bu. Bagian pemasaran sudah pindah ke lantai dua. Mari Ibu ikut saya ke ruang kerja Ibu." Rally menjawab Lianty dengan sopan sambil mengangguk ke beberapa orang yang menyapa Lianty dan dirinya.
^^^Flashback off.^^^
Lianty segera mengajak asistennya meninggalkan Pak Gustav yang sangat emosi melihat istrinya berbicara akrab dengan seorang pria muda yang tidak dikenalnya. Hatinya mulai was-was memikirkan Lianty meninggalkannya begitu saja. 'Siapa laki-laki itu?' Pak Gustav membatin.
'Apa sekarang dia bekerja lagi di sini? Apa orang tuanya sudah tahu persoalan rumah tangga kami?' Pak Gustav bertanya dalam hati lalu menghembuskan nafas panjang dan kuat, benar-benar panik.
Kemudian ia berjalan cepat menemui tamunya, agar tidak terjadi masalah baru dengan pekerjaannya. Walau hatinya terus bertanya tentang kedatangan istrinya di kantor tersebut. 'Apa dia kembali ke bagian keuangan?' Pak Gustav bertanya dalam hati dan detak jantungnya seperti orang yang baru berlari.
"Apa terjadi sesuatu, Pak Gustav? Tanya tamunya saat melihat wajah Pak Gustav yang tadinya memerah, tiba-tiba memucat.
"Tidak, Pak. Mari kita pergi." Pak Gustav mengajak tamunya keluar dari lobby menuju tempat parkir mobil. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya, agar bisa mengetahui apa yang dilakukan istrinya.
Sedangkan Lianty berjalan cepat ke lift menuju ruang kerjanya. Hatinya sedikit terhibur melihat semua yang dia butuhkan sebagai kepala pemasaran sudah tersedia. "Rally, tolong tinggalkan saya sendiri. Nanti saya telpon untuk bicarakan pekerjaan yang harus saya kerjakan dalam waktu dekat."
"Baik, Bu. Saya ada di ruangan sebelah. Ibu ketok pintu penghubung itu saja, kalau butuh sesuatu." Rally menjelaskan sambil menunjuk pintu lain yang ada dalam ruang kerja Lianty.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
untung Bu lianty ketemu Bu Dessy jadi dia tau apa yang terjadi