NovelToon NovelToon
Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural / Kultivasi Modern
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Author GG

Singgasanaku dibuat dari indung mutiara yang dibentuk menyerupai jalinan akar pohon.

Aku menyebutnya rumah, yang lain mengatakan ini penjara. Walau demikian penjaraku dibuat seindah tempat tinggal para dewa, mungkin karena ibu berharap putranya adalah dewa dan bukannya iblis.

Tidak ada pilar atau ruangan-ruangan lain. Hanya ada pohon tunggal yang tumbuh kokoh di halaman singgasanaku. Pohon yang menjadi sumber kehidupanku, kini semakin kehilangan kecemerlangannya. Saat pohon itu meredup lalu padam, aku juga akan sirna.

Sebelum aku menghilang dan dilupakan, akan kuceritakan masa singkat petualanganku sebagai iblis yang menyamar jadi manusia atau barangkali iblis yang berusaha menjadi dewa hingga aku berakhir didalam penjara ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Author GG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Oase Langit

Kami harus mendapat kamar, ini penginapan terakhir yang kami datangi setelah menanyai semua penginapan dan mereka memberikan jawaban serupa, karena festival semua penginapan telah terisi penuh. Erlang dan Phoenix berdiri di depan sebuah bangunan, sebuah plakat besar dan kukuh tergantung di ambang pintu:

PENGINAPAN OASE LANGIT

Lentera-lentera merah menjuntai disisi kiri kanan pintu. Si Penjaga penginapan membungkuk begitu melihat kami masuk.

"Hanya satu kamar yang tersisa," ucapnya.

"Kami ambil," kataku.

Sebelum Phoenix sempat berkata-kata aku menghadap kepadanya dan mengatakan, "Kau harus tidur di dalam ruangan yang hangat, kami bisa tidur dimana saja." Aku menyikut rusuk Erlang.

"Ya, ya kami bisa tidur dimana saja."

Phoenix meletakkan sejumlah koin emas sebanyak yang ditawarkan si Penjaga penginapan ketika seseorang tanpa bicara melempar kantong uang di atas meja. Mata si Penjaga penginapan berbinar begitu dia menimbang-nimbang dengan tangannya dan membuka serutan kantong uang itu. Jumlahnya pasti berkali lipat dari yang hendak kami bayarkan.

Tiga orang dari Gilda Elang Emas pergi setelah si penjaga penginapan menyerahkan kunci dengan kesopanan yang berlebihan, lalu membungkuk kepada kami.

"Maaf, kamar kami sudah penuh," ucapnya.

Erlang kehabisan kesabaran, salah satu dari mereka tampak tersenyum miring, puas membalaskan dendamnya yang tadi. Erlang nyaris mengejar merak-merak itu. Aku tidak akan menghentikannya kendati demikian aku sudah terlalu lelah untuk berkelahi lagi.

"Mengerti kan sekarang," kataku. "Betapa menyebalkan mereka itu."

Kesulitan kami telah menarik minat dua pria yang baru saja turun untuk memasuki ruang makan. Atau sebenarnya Phoenix lah yang telah menarik perhatiannya. Mereka nampaknya dari Gilda yang sangat makmur jika dilihat dari cara mereka berpakaian. Busana mewahnya terbuat dari sutra dan dihiasi manik-manik. Ornamen menggelayut diikat pinggang mereka. Rambut keduanya di kucir dengan cincin perak berukir.

Pembawaan mereka terkesan sangat positif dibanding orang kaya semacam Elang Emas yang diliputi keangkuhan sehingga siapapun yang melihatnya tidak ingin berurusan, bukan karena rasa hormat tetapi lebih kepada tidak ingin mencari masalah. Sedangkan kedua orang ini justru sebaliknya. Kini mereka mendengarkan dengan sopan saat Erlang dan Phoenix menjelaskan situasinya.

Orang yang mengenalkan diri dengan nama Lingyu mengangguk, "Kalau begitu kami harus menolong kalian."

"Nona Phoenix bisa berbagi kamar dengan Meilin kami." Shin berkata begitu lembut pada Phoenix.

"Ya, kami tidak keberatan empat pria berada dalam satu kamar. Bagaimana apakah kalian menerima?" tanya Lingyu. Sisa tawa karena perkataannya sendiri masih membekas, mengingat kami akan berdesakan di satu kamar yang sama.

Betapa anehnya aku tidak menyukai kedua Tuan ramah nan dermawan ini. Mereka menunggu keputusanku dan sudah tentu aku harus menerima. Phoenix sudah terlihat letih.

"Kami sangat berterimakasih atas kebaikan anda, semoga dimasa depan kami bisa membalasnya." Aku berusaha menjaga agar suaraku tidak terdengar dingin dan dipaksakan.

"Tidak perlu terlalu sungkan." balas Lingyu.

Langit sudah berubah menjadi ungu gelap. Lingyu dan Shin mengarahkan kami pada sebuah meja. Akan sangat tidak sopan jika menolak setelah apa yang mereka lakukan untuk kami.

Lingyu duduk dan mengisyaratkan agar kami mengikuti sikapnya. Seorang pelayan terburu-buru menghampiri untuk mencatatkan pesanan.

Shin telah mendudukkan diri di kursi di hadapanku, dia tidak repot-repot mencuri pandang pada Phoenix. Entah mengapa, aku merasa tersinggung akan perhatiannya. Seperti yang jadi milikku telah dicuri olehnya.

Beberapa pelayan wanita datang mengantarkan pesanan. Piring-piring perak di hadapan kami dipenuhi makanan eksotik yang belum pernah kucicipi sebelumnya. Shin mengambil salah satu hidangan dan menyodorkannya pada Phoenix. Lingyu menambahkan komentar ceria dan ikut merekomendasikan hidangan itu. Phoenix tersenyum lembut menerima piring dari Shin dengan elegansi yang hanya dia miliki.

Aku mencuil makanan yang sengaja berbeda daripada yang mereka banggakan.

"Bagaimana apakah selera kita sama?" tanya Shin pada Phoenix.

Aku tersedak dan batuk-batuk, aku tahu makanan yang melewati tenggorokanku sama sekali tidak pedas. Aku menyambar cangkir, meminumnya banyak-banyak sebelum terburu-buru meminta maaf. Setelah itu tidak lagi terdengar percakapan sebagai tata krama ketika di meja makan.

Setelah selesai, dengan murah hati Lingyu mengantar Phoenix ke kamar Meilin sedangkan Shin bersama Erlang untuk menaruh barang bawaan kami, aku menunggu di ruang makan. Para pria kembali lebih cepat, dan Phoenix baru muncul ketika letupan kembang api mulai terdengar di kejauhan.

Phoenix turun dengan mengenakan pakaian yang berbeda bersama seorang gadis yang juga berdandan semeriah Phoenix. Phoenix tampak memikat dalam balutan sutra lembayung. Rambutnya digelung rapi dan dihiasi jepit bunga-bunga berpermata yang digelayuti manik-manik ametis. Sebagian rambutnya dibiarkan tergerai di punggungnya.

Mengapa gadis itu tiba-tiba berdandan semewah itu? Kenyataan pahit menghantam tenggorokanku hingga sesak, mungkinkah Phoenix melakukannya untuk menarik perhatian salah satu pemuda kaya itu yang bernama Shin?

Phoenix tersenyum menangkap tatapanku. Matanya berbinar-binar. Jantungku berpacu seakan-akan aku telah berlari jauh. Aku mendapati diriku menahan napas. Phoenix tiba-tiba terhuyung-huyung karena menginjak ujung pakaiannya. Aku melangkah untuk menangkapnya saat Shin bergerak dan merengkuh lengan Phoenix. Gadis itu merona di pelukan Shin. Aku menarik diri, memalingkan wajah.

🏮🏮🏮

Phoenix bersenang-senang dengan teman barunya,  gadis bernama Meilin. Mengarungi jalan yang sangat meriah. Mereka berbelok ke setiap stan makanan atau pernak-pernik yang menarik perhatian. Atau berhenti untuk menonton pertunjukan napas api. Lagu mengalun dari alat musik Erhu yang digesek seorang pria di atas perahu yang melintas di atas sungai.

Tidak ada masalah dengan gadis itu tapi Shin tidaklah perlu terlalu dekat pula dengan Phoenixku.

Aku membayar setusuk gula ceri sambil lalu, manisan itu cukup keras, kuremukkan dengan gigiku untuk menyalurkan kedongkolan pada pemandangan di depanku.

"Daru, kau mau kemana?" Phoenix memergokiku hendak melengos untuk memisahkan diri dari rombongan. Tumitku berhenti dan berputar menghadap kepada gadis itu.

"Tidak kemana-mana." Aku mengangkat lenganku lebar-lebar.

Phoenix memandangiku lekat-lekat mencari kebohongan di mataku, akhirnya aku menyerah.

"Tidak ada kepentingan aku terus mengikuti mereka, meski aku sangat berterimakasih atas kemurahan yang sudah mereka berikan pada kita."

"Ini bukan soal membalas budi, festival akan lebih seru jika dinikmati bersama-sama."

"Kalau begitu aku tidak menyukai festival," gumamku. Letupan kembang api meruah di atas langit.

"Kau mengatakan apa tadi?" tanya Phoenix.

"Kalau kau mau kembali pada mereka aku tidak melarang, dan aku tahu jalan ke penginapan."

"Daru, kau tidak menyukai mereka?"

"Mereka sangat kaya, dermawan, sopan dan... tampan. " Aku mengangkat alis. "Tidak ada yang tidak menyukai mereka."

"Kalau begitu kenapa kau merasa kesal?"

"Aku tidak kesal."

Aku tidak tahu perasaan apa yang kini tengah menggerogotiku, dan kenapa baru kali ini aku menyadarinya. Phoenix mengunciku dengan tatapannya lalu mengangkat alis.

"Aku tahu kau mengaguminya, tidak ada masalah dengan itu kau berhak menentukan sikapmu, tapi tidak pula menyenangkan begitu melihatnya di depan mataku."

"Kau cemburu pada... Shin?"

Lingyu dan Shin kedua orang itu... membuatku sangat tidak nyaman. Bahkan aku merasa tidak punya nyali untuk menyinggung mereka. Aku lebih memilih tidak pernah bertemu dua orang ini dan bersedia bertemu seluruh anggota Elang Emas.

"Ya." Aku menatap matanya untuk menunjukkan kesungguhan kata-kataku. Namun senyum terkulum samar-samar di bibirnya.

"Kenapa kau tertawa?"

"Hampir semua gadis di rumah berusaha menarik perhatianmu lalu tiba-tiba aku mengetahui kenyataan bahwa kau cemburu karena melihatku dengan Shin?" ucap Phoenix, suaranya lembut. "Aku tidak menyangka kau bisa juga cemburu disaat aku tahu semua gadis yang kau temui tidak luput kau goda."

Phoenix pikir aku tidak sungguh-sungguh, bagaimana aku harus meyakinkannya, betapa mengganggu perasaan ini.

"Phoenix..." Aku mengulurkan tangan, sisa tawa di bibir Phoenix telah menghilang, sepertinya dia mendengar kesungguhan dari suaraku. Dia menungguku melanjutkan kalimatku. Namun aku tidak yakin apa yang hendak kukatakan. Jadi aku menyusurkan tanganku ke lekukan pelipisnya dan pipinya.

"Kenapa..."

Aku tidak menjawab, tanganku berhenti di bawah rahangnya. Kami sama-sama menunggu, sama-sama memanggil dalam diam. Menunggu siapa yang akan memulai terlebih dulu. Mata Phoenix sejernih bintang.

Aku mencondongkan tubuh ke depan untuk mendekatinya. Phoenix menyambutku, bibirnya ringan menyentuh bibirku. Aku mendongakkan kepalaku membuat ciuman kami semakin dalam, menariknya lebih dekat melingkupinya dengan tubuhku.

Dunia hanya menjadi milik kami, aku tidak bisa membedakan mana ledakan kembang api atau kah ledakan euforia jiwaku.

Udara disekitarku berubah panas dadaku sesak seperti telah dililiti rantai magis yang kian mengencang. Aku melepaskan pelukanku dan terengah-engah.

"Daru? Apa kau baik-baik saja?"

Aku membungkuk, memegangi dadaku, keringat menetes di dahiku. Phoenix terdengar terus memanggilku khawatir dan panik.

1
Aiyub Umikalsum
lanjut tetap semangat
miilieaa
semakin memanas/Drool//Drool/
Author GG: siapp /Angry//Angry/
total 1 replies
Houtaru_kun
subscribe ah biar gak ketinggalan 😉
Houtaru_kun: wokeee kak 😉
Author GG: weh makasihh banyak 🫡
total 2 replies
Houtaru_kun
bintang buat kakaknya 😉 karyanya keren! 👍
Houtaru_kun
gege maen selengkat aja, untung ada yg hadang 🤭 suasana disini tergambarkan dengan cukup baik. btw, kalo bau keringat harusnya gak usah ditulis juga gpp sih kak sebenernya 👍 lanjuttt!!!!! 😊👍
Houtaru_kun: hehehehe iya sih tapi ya agak gimana gitu 🤭 tapi overall ceritanya keren. 👍 semangat kak nulisnya 😉
Author GG: keringat 😅💦 biar lebih manusiawi aja si sebenarnya. ini kan di dunia manusia, bau kentut pun kalau perlu bisa di tulis /Casual//Facepalm/ dan juga yang bilang kan pov MC yang bukan manusia ...
total 2 replies
anggita
Phoenix.
AnakBalita
Si Niken lucu banget
Author GG: iya lucu juga baik ...
total 1 replies
anggita
gilda elang emas.... 🦅
Author GG: 🙇‍♂️ terimakasih...
total 1 replies
F.T Zira
ini namanya cari penyakit/Facepalm//Facepalm/
Houtaru_kun
keren seperti biasanya kak 👍 gege emang kuat banget 😯 akhirnya dapet juga uangnya.. wen yi ini aneh ya, sebetulnya dia ngelakuin itu karna ngeliat sosok lain 🤔 ngebaca ini aku jadi terinspirasi bikin novel wuxia atau kultivasi berunsur chinesse juga nih.. lanjutttkan!!!! 😊👍
Houtaru_kun: iya sih kak, tapi asli bagus kak punya kakak ini 😊👍
Author GG: modal percaya diri aja /Slight/ sisanya nekat /Sly/
total 6 replies
F.T Zira
masih pov 1👏👏
F.T Zira
salam perkenalan..
masih nyimak
Author GG: santai aja k Z, nengok aja udah maksih banyak ..
F.T Zira: tapi ngak bisa maraton ya.. baca perlahan
total 3 replies
💫0m@~ga0eL🔱
hadir, slm perkenalan 🌹
Author GG: terimakasih, kak ❤️
total 1 replies
miilieaa
cambuk ke 48 , nggak bisa dibayangkan /Sob/
miilieaa: sudah nato semua pastiii
Author GG: pedih kk Milea /Silent/
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
kak aku mampir nih
Author GG: makasih, kak Wid ... 🫡
total 1 replies
Houtaru_kun
cerita kayak wuxia2 gini emang identik sama kantong uang, macem to liong to atau pendekar rajawali 😄 gege kuat juga ya bahkan senjata aja gak bisa membunuhnya, dan pistol di jaman ini pun palingan panah, soalnya senjata paling kuat yg aku tau itu pistol, apa pistol juga gak berarti ya buat gege kalo seandainya ada pistol hehehe.. apakah gege akan mendapat uang itu?? lanjuttkan!!! 😊👍
Houtaru_kun: iya kak soalnya kan bukan novel tema game online atau system juga hehehe 🤭 wah bagus kak kalo dapet ide 👍

mungkin. dan mungkin aja yg nerjemahinnya pake google translet 😄
Author GG: tapi bisa kyknya pakai e wallet cuman nanti certanya kyk sistem game online 😆 serius dari komenan ini malah dapat ide weh, .. 👌

kalau dapat dari googl biasanya berantakan gak enak bacanya, mklum gratisan kali yak.
total 4 replies
Houtaru_kun
kata2nya gak monoton, kursus nulis dimana kak? hehe 🤭 mantap!!! 👍 aku aja nulis cerita masih kurang kosakata hehehe 😄 erlang itu jadi ngingetin aku sama dewa erlang, dan ya erlang disini sama gagahnya dgn dewa erlang 😉 ehh malah lebih peduli sama ayam, maen sama ayam hehehehe 🤭 lanjuttt kak!!!! 😊👍
Author GG: siapp 🤗
Houtaru_kun: ok sip kak 😊👍 menunggu adegan seriusnya hehe 😉
total 3 replies
miilieaa
ayam jengger merah itu jago kah thor?
Author GG: sebenernya yg betina juga ada jengger merahnya 😂 itu cuma ngikutin karakter MC yg memang rada begitulah ...
total 1 replies
Houtaru_kun
kakak mendeskripsikan cerita ini dengan sangat baik 😊👍 piti kalo di padang itu artinya duit 🤭 mantap kak!!! suasana timurnya berasa, keren!!! 😉
Houtaru_kun: oohh hehehe, kebetulan tak terduga kak 🤭
Author GG: weh kebetulan yang pas, piti padahal singkatan dari point dari sana inspirasinya /Facepalm/ tapi maksudnya memang alat pembayaran 😄
total 2 replies
Houtaru_kun
wah keren juga ini, serasa baca novel2 silat kayak novelnya khoo ping ho.. 🤩 kukasih hadiah kak 😊👍
Houtaru_kun: iya kak. semangat nulisnya 😉
Author GG: Wah hehe makasih sudah intip-intip ... /Hey/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!