Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Apa ada kesulitan dalam menghadapi anak-anak?" Tanyanya, saat ini kami sedang berada di danau cemara sewu. Danau yang konon memiliki pohon cemara sebanyak seribu pohon tertanam di sepanjang tepian danau. Suasananya sangat rindang dimana pohonnya memiliki batang yang sudah menjulang tinggi.
Tak hanya anak gen Z yang suka nongkrong di sini. Tua, muda pun banyak yang mendatangi tempat ini. Selain pohon cemara yang membuat suasana adem nan sejuk, juga ada semacam taman dimana ada sebuah bangku untuk duduk para pengunjung. Suasananya sangat nyaman, apalagi jika ke sini pada saat pagi hari, udara pasti masih sangat sejuk.
Posisi kami yang berdiri bersisian menghadap danau, membuat kami bisa leluasa menatap pemandangan indah di hadapan kami.
"Awalnya ada, tapi semakin kesini sudah enggak" Jawabku masih di liputi perasaan canggung campur gugup.
"Apa mereka suka nakal, atau bersikap nggak sopan?"
"Enggak, mereka anak-anak baik, ramah dan juga sopan. Paling mas Nakanya yang masih suka main gadget berlebihan, aku sedikit kesulitan menjauhkan kebiasaan buruknya itu"
"Nggak mudah buat ngilangin kebiasaan main gadget, dulu pas bundanya masih hidup, dia main gadget di kasih waktu, tapi semenjak bundanya nggak ada jadi over gitu. Tiga bulan pertama tanpa istriku, aku cukup kewalahan menghadapi Hazel yang kadang masih suka nyari-nyari bundanya, jadi ku abaikan Naka main ponsel asalkan dia bisa terhibur"
"Aku ngerti, dan aku lagi usaha buat ngurangin jam mainnya" Kataku, melirik puluhan burung blekok ranca berwarna putih yang hinggap di pohon teratai di sekitar danau.
"Sedikit-sedikit sudah bisa"
Tambahku, membuat pak Aril mengangguk saat aku mencuri pandang sisi wajahnya dari samping.
Sunyi hingga sekian menit, pak Aril kembali mengeluarkan kalimat dari mulutnya.
"Kamu ingat pas kita bicara di telfon waktu itu?" Pria di sampingku memasukkan kedua tangannya ke saku celana, lalu menarik napas sedikit agak panjang. "Pas kepala sekolah menelfonku untuk meminta persetujuanku mendaftarkan Hazel ke sekolah? Sebenarnya aku sudah mengira kalau itu suaramu, tapi rasanya nggak mungkin. Jika telfon dengan anak-anak, mereka bilang namamu ibu Maumau, jadi aku berfikir hanya suaranya saja yang mirip. Bedanya pas itu suaramu terdengar sangat lembut, tidak seperti biasanya, ketus"
"Aku juga merasa kalau suara pak Aril nggak asing di telingaku, tapi aku buru-buru menangkisnya. Sama sekali nggak kepikiran sampai ke situ kalau bapak adalah ayahnya Naka dan Hazel"
Usai aku mengatakan itu, kami sama-sama diam. Situasi canggung seakan menjerat kami dengan begitu kencangnya. Keheningan ini bahkan membuat otakku hilang konsentrasi. Sedikit malu juga mendengar pengakuannya barusan.
Sebelumnya, saat aku belum mengetahui kalau suami siriku ini adalah bapaknya anak-anak yang ku asuh, aku bisa bersikap lebih berani. Tapi setelah tahu faktanya, keberanianku seolah terkikis habis, rasa percaya diriku seakan menciut. Nyali untuk menghadapinya pun persekian detik hilang tanpa jejak.
"Mengenai hubungan kita" Ku dengar sedikit ragu-ragu saat pak Aril mengucapkan itu.
"Mungkin aku belum bisa memberitahukan kepada semua, aku perlu waktu untuk bicara dengan anak-anak soal ibu baru buat mereka. Aku juga seorang abdi negara, dimana jika melakukan pernikahan siri sudah melanggar aturan kedisiplinan. Selain itu_"
Pria di sampingku dengan jarak tak kurang dari satu meter ini memenggal kalimatnya sendiri.
Beberapa detik berlalu, dia kembali menyerukan suaranya.
"Meski sudah meninggal, namun bayangannya masih menguasai hati serta pikiranku. Aku masih sangat mencintainya, aku nggak mau menjalin hubungan, dimana di hatiku masih ada istriku. Dan maaf, kalau aku menikahimu hanya untuk ku jadikan pelampiasan, aku tersiksa jika mengingat dirinya, itu sebabnya aku mencari hiburan agar bisa terlepas dari rasa sakit ini, dan aku bertemu denganmu"
"Aku tahu!" Ku telan ludahku sendiri, serasa ada nyeri yang mendadak muncul di dalam sana, sakiit!
"Nggak mudah melupakan orang yang kita cintai, aku juga menyadari kalau pernikahan kita hanya karena utang piutang, nggak lebih"
"Kita bisa menjalaninya seperti biasa dan tanpa sepengetahuan mereka" Pungkasnya yang memantik sepasang manik bulatku memindai wajahnya.
"Melihat bagaimana Hazel sangat menyukaimu, aku tidak tega jika memintamu untuk keluar dari rumahku dan meninggalkannya"
"Aku ingin kamu tetap menjalani hari-harimu seperti biasa, anggap saja kita tidak saling mengenal di hadapan mereka, sambil kita menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya. Tentunya, aku juga perlu waktu menata hati apalagi untuk menerima wanita lain. Jika aku benar-benar bisa menerimamu tanpa embel-embel apapun, benar-benar ikhlas dari hatiku yang paling dalam, aku akan mendaftarkan pernikahan kita. Dan mungkin butuh waktu lama untuk itu, maaf"
Aku diam, mencerna dengan baik kalimat panjangnya itu. Dan...
"Aku tahu ini merugikanmu, aku akan memberimu konpensasi atas kerugianmu" Ucapannya seakan dia tahu isi kepalaku yang merasa bahwa akulah pihak yang di rugikan sementara dia untung banyak.
"Konpensasi apa yang ingin kamu berikan?" Sungguh bibirku bergetar menahan genangan air di mataku.
"Aku akan membayarmu dua kali lipat dari gajimu"
"Tapi tidak semua bisa di bayar dengan uang. Apalagi ini soal waktu dan perasaan, di usiaku yang menjelang dua puluh tujuh tahun, julukan perawan tua pasti kian melekat"
"Lalu apa yang kamu mau?"
Aku mau kamu melegalkan pernikahan siri kita, tapi aku juga belum siap menghadapi keluargamu yang entah mau menerimaku atau tidak.
Sayangnya, kalimat itu hanya mampu ku ucapkan dalam hati.
Ku tarik napas panjang berusaha menyingkirkan rasa sesak yang membelit dadaku, di detik berikutnya aku kemudian berkata.
"Aku ikhlas menjalani semuanya, aku sudah terlanjur nyaman berada di tengah-tengah keluarga bu Ella, apalagi jika sudah bersama anak-anak, aku sampai lupa kalau aku masih punya ayah. Aku tidak terlalu mementingkan untung rugi di sini"
"Jadi_" Dia menolehku, dan aku buru-buru memusatkan perhatian ke depan. Ku rasa ini pilihan terbaik untukku.
"Aku akan menunggu keputusan darimu, kapanpun waktunya, entah lama atau dalam waktu dekat, selagi bu Ella masih membutuhkanku, aku akan tetap menjadi pengasuh anak-anakmu, dan selagi hutangku padamu belum lunas, aku akan melayanimu jika kamu membutuhkanku"
"Hutangku tambah dua puluh lima juta ke kamu" Lanjutku merasa miris dengan nasibku sendiri.
"Soal itu jangan terlalu di fikirkan, anggap saja kamu dapat uang itu dari suamimu, dan pada kenyataannya memang begitu, bukan? Aku memang suamimu"
Lalu hening...
Sampai kemudian waktu terus berjalan, tahu-tahu jam sudah menunjuk hampir pukul tiga.
"Sudah mau jam tiga, anak-anak sebentar lagi keluar" Kataku mengingatkan.
Pria itu mengeluarkan salah satu tanganya, lalu melihat arloji yang melingkar di sana.
"Kita jemput mereka, setelah itu langsung jalan-jalan"
"Nggak pulang ke rumah dulu?" Tanyaku.
"Nggak usah, kita langsung ke mall saja, anak-anak suka lama kalau main time zone. Bisa sampai dua jam lebih, pulang ke rumah dulu bisa mengulur waktu" Dalihnya. Membuatku lagi-lagi teringat ucapan bu Ella yang mengatakan bahwa putranya super boros. Ia tak akan berfikir lama untuk menyenangkan hati anak serta istrinya.
"Setelahnya kita bisa langsung belanja apa yang mereka mau, sekalian makan malam, nanti sampai rumah bisa langsung mandi dan pergi tidur"
Aku manggut saja meresponnya.
Selagi melangkah menuju mobil, otakku kembali melayang memikirkan banyak hal.
Termasuk soal Airin.
Setidaknya selama aku masih di rumah bu Ella, aku bisa mencari tahu tentang ketakutan Hazel terhadap Airin. Bik Ninik mungkin bisa memberiku informasi mengenai dirinya.
****
Ada yang mau lanjut up nanti malam? Kalau iya nanti di up malam ini.
semoga cepet ada petunjuk buat menjebloskan Airin ke penjara
biar ga makin banyak korban dari keiblisan Airin
semoga kebusukan Airin cepet ke bongkar