SYAFIRA ANATASYA, seorang gadis desa yang memiliki paras cantik jelita, yang terlahir dari keluarga sederhana namun sangat bahagia. Dia dengan terpaksa harus meninggalkan keluarganya, karna harus bekerja ke luar kota untuk menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung keluarga, karna ayahnya belum lama ini hanya bisa terbaring tak berdaya karna penyakit yang di deritanya. Sesampainya di Kota yang sangat besar tersebut, gadis itu terlihat cukup di buat bingung dan pusing saat mencari alamat tempat ia akan bekerja nanti. Saat ia akan mencari tempat tinggalnya terlebih, tak senganja ada insiden kecil yg mempertemukan dirinya dengan seorang pria tampan dan gagah. yang tanpa gadis itu sadari bahwa pertemuan itu adalah suatu keberuntungan terbesar dalam hidupnya.. Gimana ceritanya yukk kita simak bareng bareng cerita lengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang poro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berkunjung ke rumah orang tua Alfaro
Kini Alfaro dan Syafira terlihat sedang berjalan santai di taman yang berada tepat di tengah kota. Syafira terlihat begitu bahagia, terlihat dari ekspresi wajahnya yang tak bisa berbohong, tingkah yang ceria tak luput dari Pandangan Alfaro. Alfaro sangat senang melihat gadis yang iya cintai begitu bahagia, senyuman terus merekah di wajah tampan Alfaro.
"Apa kamu senang jalan jalan seperti ini hmm?" Tanya Alfaro dari belang tubuh Syafira.
"Sangat!...aku sangat senangkak!" Jawab Syafira antusias.
"Hmm, syukurlah kalau kamu senang, aku juga ikut senang mendengarnya." Ucap Alfaro dengan senyuman manisnya.
Syafira yang melihat senyum manis Alfaro pun di buat salah tingkah sendiri, dengan segera dia menundukkan kepalanya agar tak di ketahui Alfaro. Namun suatu hal yang tak terduga oleh Syafira pun terjadi, yang membuat Syafira membulatkan matanya lebar lebar karna terkejut.
Deg..
Syafira sangat terkejut saat telapak tangan mungilnya di genggaman erat oleh Alfaro. Seketika membuat dirinya bengong sambil terus berjalan.
"Kok aku jadi deg degan gini yah.... Padahal cuma di gandeng doang... Rasa kok kaya beda banget" ucap Syafira dalam hati. Iya terus bengong dan tetap berjalan mengikuti langkah Alfaro yang menariknya.
Alfaro yang menyadari itu langsung menoleh ke arah Syadira lalu menghentikan langkahnya.
"Kamu kenapa hmm?" Tanya Alfaro yang membuat Syafira langsung tersadar.
"Hah...gimana kak?" Celetuk Syafira yang baru tersadar. Alfaro yang melihat wajah kebingungan Syafira pun hanya terkekeh gemas di buatnya.
"Kamu kenapa hmm.... Lagi mikirin apa, sampe gak fokus gitu." Tanya Alfaro dengan senyum gemasnya.
"Ah itu... Gak ada kak, lagi pengan aja hehehe" ucap Syafira sambil cengengesan, sungguh dia sangat malu dan gugup saat ini.
"Hmm yaudah kalau gitu, kita duduk dulu di sana kamu pasti lelah dari tadi jalan jalan terus." Ucap Alfaro yang mengajak Syafira untuk duduk di bangku taman dan di balas anggukan kepala oleh Syafira.
Mereka duduk berdua di bangku taman tersebut, dengan tangan yang masih bergandengan. Syafari hanya diam tak bersuara Karan saat ini dia sangat gugup oleh sikap dan perlakuan lembut Alfaro.
Alfaro yang menyadari bahwa gadisnya diam tak bersuara Karna gugup pun mencoba mencairkan suasana. Jujur saja dia juga merasa gugup saat ini.
Tak lama kemudian terlihat pedagang es krim akan melewati, Alfaro pun tanpa basa-basi langsung memberhentikan pedagang tersebut lalu membeli dua es krim untuk dirinya dan Syafira.
Setelah membelinya Alfaro pun langsung memberikan salah satu es krim nya kepada Syafira. Awalnya mereka menikmati es krim tersebut seperti biasa, namun beberapa detik kemudian munculah ide jahil di otak Alfaro lalu.
Srett...
"Aaaa..." Teriak Syafira sedikit merengek.
"Hahaha" tawa Alfaro pecah saat melihat ujung hidung Syafira yang terkena es krim coklat karna ulahnya. Alfaro dengan sengaja menepuk tangan Syafari ke atas yang membuat es krim di tangannya meleset kehidupannya.
"Kakak!!...nyebelin ihh...sini kamu kak...aku balas kamu!!" Ucap Syafira sedikit kesal lalu mengejar Alfaro yang berlari sambil terus mentertawakannya. Meskipun ia sedikit kesal namun tak bisa di pungkiri bahwa Syafira sangat senang dan bahagia saat ini.
Saat mereka tengah asyik berlarian sambil tertawa bahagia, ternyata dari kejauhan ada yang memperhatikan mereka berdua sedari tadi yang tak di sadari Alfaro.
"Hmm gadis yang sangat menarik." Gumamnya dari dalam mobil sambil terus memperhatikan Syafira yang tengah asyik bersama Alfaro.
"Sepertinya itu akan menjadi kelemahan terbesar kau Alfaro Gemorgan..... Aku tak kan menyia-nyiakan itu" gumamnya lagi dengan senyuman yang sulit diartikan. Setelah mengatakan itu pria tersebut langsung menjalan mobilnya.
Saat Alfaro dan Syafira sedang duduk kembali tiba tiba ponsel Alfaro berdering menandakan bahwa ada yang meneleponnya.
Alfaro mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu melihat nama yang tengah menghubunginya, Alfaro pun langsung menjawab telpon tersebut.
"Yah hallo ada apa? " Ucap Alfaro saat telponnya sudah tersambung.
"Hey anak bringas... Apa kau lupa dengan janjimu untuk mengunjungiku hah!!!" Ucap pria paruh baya di sebrang telpon sana yang terdengar sangat kesal.
" Ya ya ya... Aku akan segera kesana sekarang juga" ucap Alfaro sambil memutar bola matanya malas.
"Aku sudah menunggumu sedari tadi!... Awas saja kau ngengingkari janjimu!!" Kesal pria paruh baya tersebut.
"Iya berisik..... Dasar pak tau" ucap Alfaro dengan nada malasnya lalu mematikan telponnya secara sepihak.
Syafari yang mendengar percakapan itu dari samping Alfaro pun hanya diam dan tak memperdulikan apa yang tengah mereka bicarakan.
"Yuk!" Ucap Alfaro sambil menarik kedua tangan Syafira agar bangkit duduknya.
"Hah... Mau kemana?" Tanya Syafira bingung.
"Kamu ikut aku" ucap Alfaro sambil terus menarik tangan Syafira dengan lembut.
"Aaa...aku pulang aja yah" rengek Syafira.
"Enggak.. kamu harus ikut aku" ucap Alfaro tegas dan tak mau di bantah.
"Tap–" ucapan Syafira terhenti saat Alfaro menatapnya dengan datar dan dingin. Syafira menutup mulutnya rapat-rapat namun beberapa saat kemudian bibirnya memanyunkan dan membuang pandannya kesamping, sepertinya iya sangat kesal saat ini.
Alfaro yang melihat itu terkekeh gemas. Saat sudah sampai di hadapan motornya tanpa aba aba Alfaro pun langsung menggendong Syafira dan menduduknya di jok motor,lalu iya memasangkan helmnya di kepala gadis menggemaskannya.
Syafira yang di perlakuan seperti itu pun semakin memanyunkan bibirnya kedepan dengan wajah yang sudah merah menahan kesal. Alfaro yang melihatnya tersenyum gemas dan tak menghiraukannya. Lalu iya pun ikut naik dan menjalankan motornya.
Setalah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, kini Alfaro pun sudah tiba di halaman sebuah mansion yang sangat mewah. Yang di ketahui bahwa itu adalah kediaman Satria Gemorgan, Daddy nya Alfaro.
Syafira yang melihat bangunan rumah seperti istana itu pun di buat sangat kagum dan terpukau. Bangunan yang di dominasi oleh cat putih dan emas, dengan pintu warna coklat terang membuat mata indah Syafira kembali membulat terkagum kagum.
"Kak ini rumah siapa?.besar banget istana.."ucap Syafira yang masih terkagum-kagum.
"Halah ini gak seberapa.... Mewahan punya aku" celetuk Alfaro yang seketika membuat tangan Syafira menyikut tangannya.
"Ini rumah Daddy aku" ucap Alfaro lagi.
"Terus kak Al kenapa bawa aku kesini?" Tanya Syafira sedikit heran.
"Astaga...ya kenalin kamu sama Daddy lah sayang" ucapan Alfaro dengan enteng sambil memutar bola matanya malas. Syafira kembali dibuat bengong oleh ucapan Alfaro, dia menatap lekat pria disampingnya.
"A–aku?" Ucap Syafira sambil menunjuk dirinya cengo.
Alfaro tak menanggapi ucapan Syafira lagi dan langsung menggenggam erat telapak tangan Syafari dan membawanya memasuki mansion tersebut.
Saat Alfaro membuka pintu rumahnya terlihat para pelayan menyambut kedatangan mereka dengan hormat, dan terlihat kepala pelayan menghampiri Alfaro.
"Selamat datang kembali tuan muda...tuan besar sudah menunggu ada di ruang tamu." Ucap kepala pelayan tersebut.
"Hmm makasih bi." Ucap Alfaro singkat. Kepala pelayan tersebut bernama bi Rani. Bi Rani sendiri dulunya adalah pengasuh Alfaro saat kecil dan Alfaro sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri.