NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24. CTMDKK

“Sudah nduk?” Tanya bapak yang sedang menikmati secangkir kopi di depan tv.

“Sudah pak.”

“Yo wes, istirahat ya. Bangunkan ibu mu juga. Dia sepertinya ketiduran di kamar mu.”

“iya pak.”

Aku ke dapur dulu mencuci kedua tanganku lalu barulah ku masuk kedalam kamarku. Di dalam nya aku melihat ibuku sedang tertidur di samping Reza yang sedang memainkan jemarinya sendiri.

“Sayang… anteng sekali. Sayang tau ya eyang lagi tidur? Aduh duh duh, tambah berat kamu nak.” Ucap ku lalu menggendong anakku Reza.

“Loh loh, oalah kamu sudah pulang Yen. Kaget ibu.”

“Maaf bu, Yeni bangunin ibu jadinya.”

“Ya endak apa, ini sudah jam berapa?”

“Jam 7 bu. Ibu pindah istirahat di kamar saja.”

“Iya sudah. Oh ya, masaknya sudah selesai?”

“Belum bu, mulai masak besok pagi-pagi. Tadi baru siapin bumbu dan lainnya.”

“Oh gitu, ya sudah. Kamu istirahat ya, besok ibu yang temani reza.”

“Iya bu. Makasih ya bu sudah bantu Yeni rawat Reza.”

“Kamu ini kaya sama siapa aja. Ibu ini kan eyang nya Reza. Wajar dong.”

Aku tersenyum mendengar itu lalu ku cium punggung tangan nya. Setelah itu, Ibu pun beranjak bangun dan berjalan ke kamarnya.

(Keesokan harinya)

Jam 3 pagi aku bangun dan bersiap ke rumah Bu Eem.

“Yen.. yeni..” ku dengar suara Bu Eem dari luar.

“Iya bu, sebentar.” Aku dengan cepat memakai baju ku.

“Yen, di panggil Bu Eem yen.” Ibu mengetuk pintu kamarku.

Selesai itu, ku buka pintu nya dan berpamitan pada Ibu.

“Bu, Yeni titip Reza yaa bu.”

“Iya Yen, kamu ini kaya mau pergi kemana aja. Cuma 5 langkah saja.” Ucap Ibu mencubit tanganku.

Aku pun keluar dan melihat bu Eem sedang berbicara pada bapak.

“Ini Yeni,”

“Iya, ya sudah pinjam Yeni nya dulu ya pak.”

“Iya bu.”

“Bapak ke pasarnya hati-hati.”

“Iya iya nduk.”

Aku dan Bu Eem lanjut memasak lauk satu hingga nasi pun sudah matang. Sekitar pukul 9 pagi, kami membungkus nya sampai selesai.

“Akhirnya yen selesai juga ini.”

“Iya bu. Aduh, pegel juga ya bu. Hebat sekali setiap pesanan sendirian buatnya.”

“Biasa saja Yen. Saya di tahan-tahan yen pegel-pegelnya.”

Setelah semua nya masuk kedalam kotak dus, pada pukul 2 siang dengan membonceng bu Eem menuju ke tempat orang yang memesan ini.

“Nah sudah sampai.” Ucap Bu Eem.

Aku turun dan meletakan lebih dulu dus yang aku pangku. Lalu setelah itu Bu Eem pun memanggil seseorang yang ada dalam rumah.

“Bu Alice? Assalamualaikum bu..”

“Eh bu Eem, bentar bu saya saja. Bu Alice lagi ribet siap-siap.” Ucap seorang wanita yang sedang menyapu.

“Wah, sepertinya mau nikahan ya bu.”

“Tidak tau loh. Sepertinya syukuran. Kan Syukuran engga hanya habis nikah kan?”

“Iya juga sih bu.”

Beberapa saat kemudian wanita itu pun mendekati kami dengan kedua orang lainnya.

“Kalian bawa ya semua dus nya.”

“Iya mbak,” jawab kedua orang itu lalu melakukan apa yang orang itu suruh.

“Bu Alice nya sibuk banget itu. Ini uang kekurangan nya ya bu.” Orang itu menyerahkan sebuah amplop coklat kepada bu Eem.

“Oh gitu, ya sudah terimakasih.”

“Iya, sama-sama..”

“Ini mau ada acara gede-gedean ya bu.”

“Iya, anak bu Alice mau syukuran nih.”

“Syukuran apa bu?”

“Habis nikah anaknya. Mau nya syukuran aja”

“Oh anaknya bu Alice yang cantik itu toh. Walah, akhirnya nikah juga. Ya sudah sampaikan selamat ya bu.”

“Iya bu. Nanti saya sampaikan.”

“Ya sudah kami pamit. Assalamu'alaikum”

“Waalaikumsalam hati-hati bu.”

Aku pun membonceng lagi bu Eem, di saat yang sama kami lihat ada 2 mobil yang tepat berhenti di belakang kami. Seketika itu, aku pun menoleh namun karena bu Eem mulai melajukan motor. Aku tak bisa melihat siapa yang turun dari mobil itu. Entah kenapa juga aku penasaran dengan orang yang ada di mobil tadi. Namun sudahlah itu juga bukan urusan ku.

“Alhamdulillah sampai juga. Yen kamu jangan masuk pulang dulu. Kamu ke sini dulu.” Ucap Bu Eem.

“Iya bu,”

Ku ikuti bu Eem dan masuk lagi ke dalam rumahnya. Lalu tak lama kemudian bu Eem memberiku 4 lembar uang 50 ribuan dan langsung ku terima uang tersebut.

“Itu hasil jerih payah kamu yen. Terimakasih ya sudah bantu-bantu saya.”

“Sama-sama bu. Yeni juga berterimakasih sudah izinin bantu-bantu Ibu.”

“Alhamdulillah, bisa buat beli pampers sama kebutuhan Reza yang lain.” Gumam keluar dari rumah Bu Eem dan berjalan menuju ke rumah ku.

“Darimana mba?” tanya Adikku yang berpapasan dengan ku.

“Dari rumah bu Eem sal. Mba bantu-bantu bikin catering di sana.”

“Wah, lumayan mba. Tapi kalau bantu-bantu catering gitu kan engga tiap hari kan mba?”

“Ya engga dong. Kalau ada orang yang pesan aja.”

Aku pun masuk kedalam kamar ku dan seharian bermain dengan anakku. Hingga di sore harinya, Bapak memanggilku.

“Yen, ini ada pak pos kasih surat ini.” Tunjuk bapak menyerahkan surat ber amplop coklat padaku.

“Surat apa pak?” Aku pun menerima amplop surat itu.

“Dari pengadilan agama Yen.”

Aku langsung menoleh kearah bapak dan langsung membalik dan membuka amplop itu.

“Benar, ini amplop dari pengadilan.” Gumam ku lalu ku baca isi dari surat itu.

“Apa Ridwan ajukan cerai ke kamu nduk?” tanya bapak.

Aku hanya mengangguk dan menunduk lalu aku menatap bapakku.

“Engga papa pak. Jangan hibur Yeni ya. Yeni baik-baik saja kok. Mungkin ini memang sudah takdir Yeni.” Ucapku dengan tersenyum.

“Iya nduk. Engga jadi bapak menghibur nya. Bapak percaya kalau kamu pasti bisa atasi semua perasaan kamu sendiri.”

“Pasti pak. Yeni yakin ini yang terbaik.”

Bapak membelai rambutku lalu dia pun pergi dari kamarku. Selain itu, di waktu yang tepat aku juga memberitahu Ibu mengenai perceraian ku ini dan untunglah Ibu juga menerima semua yang aku alami.

“Setelah ibu pikir memang ada bagus nya juga kamu cerai dengan Ridwan. Ibu lega karena kamu sudah terlepas dari semua perkataan menyakitkan mertua kamu. Dari kamu menikah, mertua kamu memang seperti tidak suka dengan kamu Yen. Ibu seringkali was-was setelah kamu di bawa ke sana tapi Ibu selalu berdoa dulu agar Ridwan bisa membela kamu di depan ibu nya yang sering sekali memarahi kamu bukan? Tapi Ibu kecewa ternyata Ridwan sama sekali tidak membela kamu. Hati seorang Ibu mana yang rela putri nya selalu di perlakukan tak adil oleh mertua nya? Apalagi suami nya tidak membantu putri ibu. Anggap saja kemarin kamu mimpi buruk ya nak. Setelah sah berpisah, kamu mulai menata hidup kamu dari awal, kalau perlu kamu harus mencapai semua yang kamu impikan dari kecil.”

Kami berpelukan, tak lupa air mata ku menetes di pelukan hangat ibuku.

Bersambung …

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!