"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH
Walau Arini sudah berusaha membujuk Razka, tapi Razka terus menangis dan meminta Arini membelikannya sepeda saat itu juga.
"Iya Razka, mama janji, nanti...kalau mama punya uang, mama pasti beliin Razka sepeda."
"Gak mau nanti, aku mau sekarang." Jawab Razka masih dengan tangisnya yang semakin kencang.
"Sekarang tokonya sudah tutup."
"Bohong." Sahut Razka. Dia terus saja menangis, membuat Arini kesal sekaligus sakit hati.
Arini kesal pada dirinya sendiri yang belum bisa membelikan sepeda untuk Razka. Padahal Razka sudah lama memintanya. Kemarin-kemarin Razka masih bisa dibujuk, tapi sekarang Razka tetap keukeuh dengan keinginannya itu.
Razka mengamuk dan melemparkan apapun yang ada di dekatnya, hingga dalam sekejap rumah Arini terlihat sangat berantakan.
"Ada apa Arini?. Kenapa Razka?." Tanya bu Dasima yang tiba-tiba ada disana. Dia mendekati cucu satu-satunya itu, mencoba menggendong dan membujuknya, tapi Razka menolak.
"Razka kenapa nangis nak?. Cerita sama nenek." Tanya bu Dasima. Razka menjawab pertanyaan neneknya dengan tangisan yang semakin kencang.
Arini pun mengatakan kalau Razka ingin dibelikan sepeda.
Hampir semua teman sebaya Razka sudah mempunyai sepeda. Setiap hari, mereka bermain dengan sepeda masing-masing, kecuali Razka. Saat teman-temannya bermain sepeda, maka Razka hanya bisa melihat atau berlari mengejar teman-temannya yang naik sepeda. Hanya sesekali dia bisa naik, jika ada teman yang meminjamkan sepedanya.
Tak jarang, Razka jadi bahan ejekan teman-temannya karena hanya dia yang tidak mempunyai sepeda, oleh karena itu dia meminta Alfian membelikannya sepeda, karena sebelum bertemu Alfian tadi, Razka kembali di ejek teman-temannya.
"Kita belikan saja besok. Kasian Razka." Kata bu Dasima.
"Tapi Arini belum ada uangnya bu. Maksud Arini, uangnya belum cukup." Sahut Arini.
"Memangnya berapa harga sepedanya?." Tanya bu Dasima.
"Tergantung merk sama tipenya. Paling standar mungkin sekitar lima ratus ribuan." Jawab Arini mengira-ngira.
"Kita beli besok. Pakai saja uang hasil penjualan jagung kemarin." Kata bu Dasima.
"Tapi bu, uang itu kan mau ibu pakai buat beli bibit tanaman."
"Nggak apa-apa. Kamu pakai saja dulu. Kasihan Razka. Lagi pula sekarang masih musim kemarau. Ibu pikir sebaiknya kita tunggu musim hujan. Karena percuma kalau kita mulai menggarap atau menanam sekarang." Jawab bu Dasima.
"Makasih banyak bu. Arini janji, akan secepatnya mengganti uang ibu." Ucap Arini sembari memegang kedua tangan bu Dasima dengan mata berkaca-kaca.
Arini mendekati Razka yang masih menangis terisak di kamar. Dia membujuk dan berjanji akan membelikannya sepeda esok hari. Razka tampak senang, walau tadi sepertinya dia tak percaya pada Arini yang sudah sering berjanji akan membelikannya sepeda, tapi tidak juga dibelikan.
....
Alfian tiba dirumahnya. ( Rumahnya dan Sandra). Semua rasa tak nyaman yang ia rasakan dalam hatinya karena Razka dan sikap Arini langsung lenyap seketika, saat melihat Sandra yang selalu terlihat cantik dan menggairahkan dimatanya.
"Sayang! Kamu kok udah pulang?." Tanya Sandra sedikit terkejut saat melihat Alfian sudah ada dikamar mereka.
"Kenapa? Kok kamu kelihatanya kaget gitu?." Tanya balik Alfian.
"Enggak....tadi kan kamu izin pergi ke rumah ibu. Aku pikir kamu mau nginep disana." Jawab Sandra.
"Aku nggak mungkin nginep sendiri, ninggalin istri cantik kayak kamu." Ucap Alfian seraya mendekati dan memeluk Sandra. "Kamu kok cantik dan wangi banget, mau kemana?." Tanya Alfian.
"Nggak kemana-mana. Setiap hari aku kan emang biasa begini. Selalu tampil cantik dan wangi. Emangnya mantan istri kamu yang kucel dan bau dapur itu." Balas Sandra sambil tersenyum mengejek, mengingat bagaimana penampilan Arini yang menurutnya terlihat seperti seorang pembantu.
Alfian tidak merespon ucapan Sandra, dan malah mengeratkan pelukannya. Alfian ingin mencium Sandra, tapi dia menghindar.
"Kenapa?." Tanya Alfian.
"Baru aku ngomong mantan istri kamu bau dapur, sekarang kamu bau kandang." Ucap Sandra seraya melepaskan diri dari pelukan Alfian. " Mandi dulu gih sana. Bau kamu sangat nggak enak." Imbuh Sandra seraya menepuk-nepuk tangan ke badannya, khawatir aroma tak sedap dari tubuh Alfian menempel ke tubuhnya.
"Tuh kan, gara-gara kamu, badanku jadi bau gini. Besok-besok jangan main peluk, kalau kamu belum mandi." Kata Sandra dengan wajah kesal.
"Bau? Masa sih?." Tanya Alfian seraya meng-enduskan hidung, mencium bau tubuhnya sendiri. " Enggak ah." Kata Alfian yang menganggap tubuhnya tidak bau kandang seperti yang dikatakan istrinya.
"Mending kamu cepetan mandi deh, dari pada ngeyel cari pembenaran. Udah jelas bau, masih aja ngeyel." Gerutu Sandra seraya pergi ke kamar mandi yang ada dikamar mereka. Dia berniat mandi lagi, karena merasa tubuhnya terkontaminasi bau Alfian.
Alfian mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi, saat Sandra sedang membuka bajunya. Senyumnya mengembang melihat pemandangan itu. Alfian mengira Sandra ingin mengajaknya bercinta disana.
Kamu memang penuh kejutan sayang. Aku kira tadi kamu beneran marah, rupanya ini kode baru kamu buat ngajak aku bercinta disini. Gumam Alfian dalam hati.
Alfian membuka bajunya, lalu menghampiri Sandra yang sudah membasahi tubuhnya dibawah guyuran shower. Alfian lalu mendekati dan langsung memeluknya, membuat Sandra terkejut.
"Mas!! Apa-apaan sih?. Ngagetin aja ." Kata Sandra.
Alfian hanya membalas dengan senyumnya, tanpa mempedulikan wajah Sandra yang kesal, karena yang dia lihat hanyalah keindahan tubuh Sandra yang membangkitkan gairahnya.
Tangannya mulai bergerilya menjelajah tubuh itu, namun dengan cepat Sandra menepisnya.
"Apaan sih." Kata Sandra. Alfian tidak menghiraukan dan kembali melakukannya. Dia mencoba mencumbu Sandra, tapi lagi-lagi Sandra menghindar, dan mendorong tubuh Alfian agar menjauh darinya, membuat Alfian sedikit terkejut sekaligus heran dengan sikap Sandra kali ini.
Biasanya Sandra yang selalu agresif dan senang jika Alfian mencumbunya. Tapi saat ini, kenapa dia menolaknya?. Apa Sandra benar-benar marah, hanya karena tadi dia memeluknya sebelum mandi?. Lalu dimana masalahnya?. Bukankah biasanya dia suka memeluknya sekalipun belum mandi.
Kenapa dia sensi sekali?. Apa mungkin lagi datang bulan?. Tanya Alfian sambil memandangi Sandra yang sedang menyabuni seluruh tubuhnya tanpa mempedulikan tatapan Alfian.
Semakin Alfian menatap tubuh Sandra yang basah dan berbalut busa sabun, hasratnya kian memuncak. Dia kembali mendekatinya dan tanpa permisi langsung mengarahkan senjatanya "kesana". Sandra yang awalnya nampak terkejut, lama-lama menikmati apa yang Alfian lakukan padanya, walau kali ini dia tak seantusias biasanya.
Tak butuh waktu lama bagi Alfian menuntaskan hasratnya, membuat Sandra nampak kecewa karena Alfian sampai lebih dulu, dan dia tidak mendapatkannya. Sandra semakin kesal pada Alfian. "Kamu egois mas. Mentingin kepuasan sendiri." Kata Sandra.
"Maaf sayang!! Aku nggak kuat. Habisnya milik kamu sangat menggigit." Jawab Alfian memuji Sandra.
"Alah....alesan aja. Bilang aja kamu payah mas. Baru main sebentar aja udah keluar." Kata Sandra lalu mempercepat acara mandinya.
Alfian terdiam di tempatnya, mendengar ucapan Sandra juga sikapnya saat itu, yang terasa berbeda dari biasanya.
Apa mungkin dia tahu, kalau tadi aku bertemu Arini dan Razka?. Tanya Alfian dalam hati.
...----------------...
.
.
.
Bersambung🌻🌻🌻
follow me ya thx all