Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan
Naura lalu mengambil surat rumah, dia membukanya. Betapa terkejutnya saat melihat nama siapa yang tertera sebagai pemilik di dalam surat rumah/tanah itu.
Dia tak bisa terima dengan semua ini. Dengan jelas nama suaminya tertera di surat tanah dan bangunan itu. Naura tak bisa terima ini, tapi jika dia protes, suaminya akan marah dan dia pasti tak akan bisa mendapatkan surat-surat berharga lainnya.
Naura mengambil semua uang dan perhiasan lalu menyimpannya. Dia menutup kembali brankas itu agar suaminya tak curiga. Dia menyimpannya ketempat yang suaminya tak akan pernah curiga.
Naura lalu membuka kunci kamar. Dia merasa tenggorokannya kering. Kenyataan yang dia dapatkan menyesakan dada, tapi dia harus bisa bersikap tenang. Nanti, tengah malam dia akan mencari surat berharga lainnya. Surat kepemilikan perusahaan.
"Untung surat tanah yang baru aku beli tahun kemarin masih di tanganku. Aku akan mengamankan semuanya besok," gumam Naura pada dirinya sendiri.
Saat melewati ruang keluarga dia melihat ibu mertuanya sedang tertawa dengan Weny. Dalam hatinya Naura bertanya, apakah wanita itu akan menginap di sini lagi. Apa dia tak memiliki rumah dan anak.
"Kamu memang wanita hebat dan sejati, bisa melahirkan normal. Bahkan melahirkan sendiri tanpa bantuan dokter. Tak ada kata mengeluh dan manja. Jadi wanita memang harus tangguh dan kuat begitu. Jangan apa-apa mengeluh. Mau enaknya saja. Melahirkan ya sakit, yang enak itu saat buat anaknya," ucap Ibu mertua. Weny dan Ibu Rini lalu tertawa.
Naura tahu jika ucapan ibu mertuanya ditujukan padanya. Dia sengaja menyindirnya. Wanita itu tetap berjalan tak peduli dengan kedua orang itu. Dia menuju dapur dan mengambil air minum untuk di bawa ke kamar. Saat melewati ruang keluarga, kembali terdengar sindiran dari ibu mertuanya.
"Ibu tak setuju jika anak menantu ibu mau sesar. Enaknya di awal. Nanti yang menjaga setelah melahirkan, kita juga yang susah. Mau melahirkan aja manja, apa lagi nanti setelah ada anak. Bisa-bisa kita dijadikan babu. Akan Ibu katakan pada Alex, jangan pernah tanda tangani surat izin untuk sesar!' seru Ibu mertuanya.
Naura menarik napas dalam. Sepertinya ibu mertuanya memang sangat kolot dan tak mengizinkan dia sesar.
"Mana yang lebih bisa dikatakan wanita sejati, aku yang akan melahirkan sesar, atau Weny yang setelah melahirkan menelantarkan anak demi mengejar suami orang?" tanya Naura dengan suara sedikit mengejek.
Wajah Weny tampak merah padam menahan amarah dan malu. Dia tak mengira Naura berani berkata begitu. Dari cerita Alex dan Ibu Rini, dia berpikir wanita itu sangat penakut dan patuh.
"Siapa bilang aku menelantarkan anakku?" tanya Weny dengan nada tinggi karena tak terima atas ucapan Naura.
"Aku ... aku yang mengatakannya. Bukankah kamu dengar tadi. Bagaimana bisa tidak dikatakan menelantarkan jika tiap malam kamu menginap di sini dan meninggalkannya!" seru Naura.
Ibu Rini yang sangat menyukai Weny tentu saja tak terima atas ucapan Naura. Dia mengenal wanita itu sejak lama karena ibunya Weny adalah sahabatnya.
Dari dulu dia menginginkan Weny jadi menantunya. Sayang, wanita itu lebih dahulu menikah dengan seorang pria teman kerjanya. Padahal saat itu dia dikabarkan berpacaran dengan Alex.
Melihat Weny yang telah menikah itulah, Alex tak berpikir dua kali saat papa Naura memintanya menikah dengan sang putri. Pria itu ingin membalas sakit hatinya dengan menikahi gadis lain.
Setelah Weny tahu kalau Alex menikah dengan gadis kaya dan dia menjadi pimpinan perusahaan, dia kembali mendekati pria itu dengan segala rayuannya. Cinta yang masih tersisa akhirnya kembali berkembang, hingga mereka melakukan perselingkuhan saat ini.
Weny menggugat cerai suaminya tiga bulan lalu, dan saat ini telah resmi menyandang status janda. Sehingga dia sudah tak sabar ingin dinikahi pria itu.
"Jaga ucapanmu, Naura. Tak ada sopan santun dengan tamu. Harus berapa kali ibu katakan, jika Weny menginap di sini atas permintaan Ibu. Dia tak pernah menelantarkan anaknya. Suaminya yang menginginkan anak di asuh olehnya. Kamu jangan sok tau!" seru Ibu Rini dengan nada tinggi.
"Hak asuh anak dibawah umur akan jatuh ke tangan sang ibu jika dia wanita baik-baik dan terbukti mengasuh anaknya dengan benar. Seharusnya ibu berpikir kenapa hak asuh jatuh ke tangan sang suami? Atau memang dia sengaja memberikan pada suami biar bisa bebas mendekati suami orang?" tanya Naura dengan nada mengejek.
"Lancang sekali mulutmu, Naura! Jika memang aku mendekati suamimu, kau mau apa? Laki-laki tidak ada larangan untuk menikah lebih dari satu, kamu tak bisa melarangnya!" ucap Weny.
Naura bertepuk tangan. Dia tersenyum sinis dengan kedua wanita itu. Akhirnya mereka mengakui juga maksud tujuannya.
"Hebat ... ini yang dikatakan sama Ibu Rini wanita terhormat? Mendekati suami orang dengan tak tahu malu, sampai menginap padahal belum menikah. Jangan-jangan selama ini kalian sudah bertukar peluh?" tanya Naura dengan nada mengejek.
Wajah Weny tampak kembali memerah, dia sepertinya terbawa emosi dan mencoba menahan amarah. Tangannya terkepal. Beruntung saat ini tak ada Alex di antara mereka.
"Jika memang aku telah bertukar peluh dengan suamimu kau mau apa? Marah? Silakan. Kami saling mencintai. Kau seharusnya sadar diri dengan posisimu saat ini. Kau dinikahi hanya karena permintaan papamu. Alex tak pernah mencintaimu!" ucap Weny dengan bangganya.
Naura menarik napas dalam. Mencoba menahan emosinya. Dia tak mau semua akan berakibat buruk bagi kesehatan dirinya dan janin. Cukup sudah drama semua ini. Besok dia akan ke perusahaan dan mengambil alih semuanya.
"Baguslah jika apa yang kau katakan itu benar. Kau pasti tau bagaimana keadaan Alex tanpa harta orang tuaku. Siap-siap saja kau dan Alex menjadi gembel. Aku akan mengambil semua milikku, dan aku kembalikan Alex padamu seperti saat dia pertama kali melamar pekerjaan di perusahaan papaku. Kau sangat mencintainya'kan? Pasti kau bisa menerima dia apa adanya!" seru Naura.
Setelah mengatakan semua itu, Naura berjalan masuk ke kamar. Dadanya terasa sesak. Walau dia sudah menduga jika suaminya telah berselingkuh dengan wanita itu, tapi mendengar langsung dari mulut Weny, tetap saja hatinya sakit. Apa lagi dia baru menyadari jika selama ini memang tak ada cinta sedikitpun di hati sang suami untuknya. Padahal saat pertama menikah dia begitu perhatian dan penyayang.
"Selama ini aku telah tertipu dengan sikap manismu, Mas. Mulai hari ini akan aku buang semua rasaku padamu. Tak akan ada lagi rasa cinta itu!" seru Naura dengan dirinya sendiri.
Wanita bisa kehilangan akalnya karena orang yang dia cintai. Oleh karena itu dia butuh tamparan ribuan kali agar dia sadar dan tahu diri. Allah biarkan tamparan itu berupa rasa sakit hati dari orang yang dia cintai sehingga logikanya berjalan dan tidak lagi menggunakan perasaan.
tunggu aksi selanjutnya😁😆
vagus naura baru begitu aj udah bikin mereka bertengkar