Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok Makhluk Lain
Hujan menyisakan tetesan kecil, namun suasana semakin sunyi karena sebentar lagi malam. "Lala, La, Emak kehujanan nih!" Sosok dari alam lain itu terkejut, bola matanya melotot, sorot matanya merah membara seakan ingin membakar ruangan kamar Lala.
Lala tersentak. Sosok di depannya itu benar-benar menakutkan. Rambutnya acak-acakan, kulitnya pucat, dan matanya... matanya seperti bara api yang siap membakar seisi ruangan. Lala merasakan hawa dingin menusuk tulang punggungnya, meskipun tubuhnya basah kuyup karena hujan.
"S-siapa kau?" tanya Lala, suaranya gemetar.
Sosok itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Lala dengan tatapan tajam, seolah ingin menembus jiwanya. Tangannya terangkat perlahan, menunjuk ke arah jendela yang masih terbuka lebar. Hujan semakin deras, angin bertiup kencang, membuat tirai jendela bergoyang-goyang.
Di luar, petir menyambar. Cahaya kilat menerangi wajah sosok misterius itu sejenak, memperlihatkan detail wajahnya yang mengerikan. Ada luka di pipinya, bekas luka yang terlihat sangat dalam dan mengerikan.
Lala menutup mata, ketakutan. Ia berteriak memanggil Emaknya, namun suaranya seakan tenggelam oleh suara hujan dan angin. Sosok itu semakin mendekat, bayangannya jatuh di dinding, semakin besar dan menakutkan.
Tiba-tiba, lampu padam. Ruangan menjadi gelap gulita, hanya suara hujan dan angin yang terdengar. Lala meringkuk ketakutan di sudut kamar, menunggu sesuatu yang tidak ia ketahui. Dalam kegelapan, ia mendengar suara bisikan samar, suara yang dingin dan menyeramkan.
"Kau... akan menjadi milikku..."
Lala memejamkan mata erat-erat, jantungnya berdebar kencang seperti drum perang. Bisikan itu kembali terdengar, lebih dekat dan lebih jelas kali ini. Ia merasakan hembusan nafas dingin membelai pipinya, bulu kuduknya berdiri. Bau anyir darah samar-samar tercium, menambah rasa takutnya berkali lipat.
Tiba-tiba, sebuah tangan dingin menyentuh lengannya. Lala berteriak histeris, berusaha melepaskan diri. Namun, kekuatan sosok itu jauh melebihi kekuatannya. Ia merasa tertahan, tak berdaya.
"Lepaskan aku!" jerit Lala, suaranya teredam oleh gemuruh hujan.
Sosok itu tertawa, tawa yang serak dan mengerikan. Cahaya kilat sesekali menerangi ruangan, memperlihatkan wajah sosok itu dengan lebih jelas. Matanya merah menyala, seperti dua bara api yang siap membakar segalanya. Luka di pipinya tampak mengeluarkan darah segar.
Lala menyadari bahwa sosok itu bukan manusia biasa. Ia seperti makhluk dari dunia lain, makhluk yang penuh dengan amarah dan dendam. Ia merasa terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.
"Kau tidak bisa lari," bisik sosok itu, suaranya dingin menusuk tulang. "Kau adalah milikku sekarang."
Tangan dingin itu semakin erat mencengkeram lengan Lala. Ia merasakan sakit yang menusuk, namun lebih dari itu, ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Ketakutan akan nasibnya yang tidak diketahui. Kegelapan dan hujan semakin menjadi-jadi, seolah alam pun ikut berduka atas nasib malang yang akan menimpa Lala.
"Lepaskan aku!" Lala kembali berteriak, suaranya tertahan oleh cengkeraman kuat di lengannya. Air mata bercampur air hujan membasahi pipinya. Ia merasa sangat ketakutan, sendirian dalam kegelapan yang mencekam.
Sosok itu tertawa lagi, tawa yang lebih panjang dan lebih mengerikan kali ini. "Mengapa aku harus melepaskanmu? Kau adalah milikku, Lala. Kau telah ku tunggu selama bertahun-tahun."
"Aku tidak mengerti," lirih Lala, suaranya hampir tak terdengar. "Siapa kau sebenarnya?"
"Aku adalah bayangan masa lalumu," bisik sosok itu, suaranya dingin dan misterius. "Aku adalah dendam yang tak pernah padam. Aku adalah... kesalahan yang tak pernah kau akui."
Lala terdiam, otaknya berusaha mencerna kata-kata itu. Kesalahan? Dendam? Ia tidak ingat pernah melakukan kesalahan yang sebesar itu. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Kau telah melupakan aku, Lala," lanjut sosok itu, suaranya penuh dengan kesedihan dan amarah. "Kau telah melupakan penderitaan yang kau timpakan padaku."
"Aku... aku tidak ingat," jawab Lala, suaranya gemetar. "Tolong... ceritakan padaku."
Sosok itu terdiam sejenak, seakan mengingat kembali kenangan pahit di masa lalu. Kemudian, ia mulai bercerita, suaranya pelan namun penuh dengan emosi yang terpendam selama bertahun-tahun. Cerita tentang sebuah persahabatan yang hancur, tentang pengkhianatan, dan tentang dendam yang tak pernah padam. Cerita tentang Lala di masa lalu, yang tak pernah ia ingat.