Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
Mempersiapkan untuk sebuah kejutan ulang tahun, Aruna terlihat sangat bersemangat. Dengan dibantu oleh Evi dan Mia, dia terus mencoba membuat kue coklat sesuai ucapan Ibu mertuanya yang mengatakan jika Johan menyukainya.
Ya, sudah dua bulan berlalu. Dan semuanya terasa lebih baik untuk Aruna. Ketika Johan masih mengizinkan dia tidur satu kamar dengannya. Meski terkadang dia tidak pulang ke rumah. Entah pergi kemana, tapi mungkin menghabiskan waktu dengan Jesika. Yang jelas, Aruna tidak akan mengganggu hubungan mereka. Karena jika dia berani mengganggu, maka semuanya akan hancur. Aruna yang akan kembali tersakiti.
Sekarang biarkan hatiku yang bertahan sakit, daripada aku harus melihat tatapan penuh kemarahan dari Kak Johan.
Setelah menanyakan banyak resep dan cara membuat dari Ibu mertuanya, akhirnya Aruna berhasil membuat satu cake coklat dengan hiasan sederhana. Yang terpenting ada tulisan 'Happy Birthday Kak Johan' di atas kue itu. Lilin dengan angkat 30 berada di atasnya.
"Akhirnya selesai juga, Nona" ucap Evi.
"Iya, kalau begitu aku siap-siap dulu ya. Mau mandi dan berganti pakaian"
"Iya Nona"
Aruna segera pergi ke kamarnya, ingin bersiap untuk merayakan hari ulang tahun Johan malam ini. Aruna menggunakan gaun sebatas lutut dengan riasan tipis di wajahnya. Rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja. Aruna sangat bersemangat untuk merayakan ulang tahun suaminya ini.
Aruna menunggu di ruang tengah, kue ulang tahun sudah siap berada di atas meja. Dan sebuah kotak berisi kado untuk suaminya juga sudah berada disana. Aruna menunggu dengan penuh semangat, terus melirik ke arah jam dinding, menunggu suaminya pulang.
"Mungkin dia pulang terlambat, tidak papa, maka harusnya dia datang pas jam 12 malam. Jadi pas untuk merayakan ulang tahunnya. Aku ingin jadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya, di tahun ini. Semoga bisa"
Satu jam ... Dua jam ... Tiga jam ... Dan waktu terus berlalu, belum ada tana-tanda Johan akan kembali. Bahkan Aruna sudah mulai mengantuk, tapi tetap menunggu. Masih ada satu jam lagi untuk sampai jam 12 malam. Aruna yakin Johan akan segera pulang sebentar lagi.
"Nona, sebaiknya anda tidur saja. Nanti kalau Tuan Muda pulang, aku akan memberitahu" ucap Evi yang menghampirinya.
Aruna menggeleng pelan, dia masih bisa menunggu sampai suaminya pulang. Aruna hanya ingin menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun pada Johan. Tekadnya begitu kuat.
"Aku akan menunggu"
"Tapi Nona" Mia yang berbicara, dia melihat ke ponselnya. Lalu mendekat pada Aruna dan menunjukan sebuah postingan sosial media. "Tuan Johan sedang bersama Nona Jesika"
Aruna terdiam, dia tersenyum miris menatap kue yang dia buat dengan begitu bersemangat dan sepenuh hati. Namun sepertinya dia lupa satu hal, yang diinginkan Johan adalah Jesika, bukan dirinya. Dan tidak mungkin dia akan pulang ke rumah di malam ulang tahunnya. Jelas, Johan akan memilih menghabiskan waktu dengan Jesika dibandingkan dengannya.
"Tidurlah Nona, jangan menunggu hal yang tidak pasti. Lagi pula, Tuan Muda pasti tidak akan pulang" ucap Evi.
Aruna tersenyum pada kedua pelayan di rumah ini yang sudah seperti saudara baginya. Keduanya yang begitu baik dan mau menjadi temannya bercerita. "Kalian istirahat duluan saja. Aku akan diam sebentar disini, setelah itu aku akan pergi tidur. Aku tidak akan menunggunya lagi"
"Tapi, Nona ..."
"Sudahlah Mia, kalian juga perlu istirahat. Aku janji akan langsung tidur, aku hanya ingin berdiam sebentar disini"
Akhirnya Mia dan Evi juga tidak bisa menolak. Mereka pergi ke kamar mereka. Sementara Aruna pergi mengambil laptopnya. Merekam dirinya sendiri disana. Melirik ke arah jam yang sudah hampir pukul 12 malam. Aruna menyalakan lilin di atas kue itu.
"Semoga Kak Johan akan bahagia, panjang umur, dan akan selalu memberikan kebaikan untuk semua orang. Selamat ulang tahun Kak, aku hanya ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan kalimat ini untuk Kak Jo. Meski tidak bisa langsung mengatakan pada Kak Jo, tapi aku tetap mengatakannya tepat di jam 12 malam ini. Selamat ulang tahun Kak, semoga hal baik selalu menyertaimu. Semoga kamu suka kuenya, Kak. Aku baru pertama kali belajar membuat kue. Kalau kurang enak, maafkan ya. Hehe"
Aruna terus melanjutkan ucapannya pada rekaman itu.
*
Dini hari, Johan baru kembali ke rumahnya. Tadinya dia tidak akan kembali ke rumah, tapi karena Jesika yang tidak bisa tinggal bersamanya, jadi dia memilih pulang saja. Ketika sampai di ruang tengah, dia tertegun melihat kue di atas meja, ada kotak hadiah juga laptop disana. Johan berjalan ke arah sofa dan duduk disana. Menatap kue ulang tahun itu yang jelas tertuju untuknya.
"Apa dia menungguku pulang untuk merayakan ulang tahun ini?" Johan menatap lilin di atas kue itu yang sudah digunakan. "Dia bahkan sudah menyalakan lilin ini"
Johan menatap ke arah pintu kamar yang tertutup disana. Ada sebuah rasa sakit di dadanya, yang dia tidak tahu itu apa. Tapi, Johan seolah tidak rela melihat semua perjuangan Aruna sia-sia seperti ini. Namun, dialah yang menyia-nyiakannya.
"Apa ini juga hadiah untukku?" Johan mengambil kotak disamping kue itu. Membukanya dan melihat sebuah gelang silver disana. Johan mengeluarkannya dari kotak. "Selera dia lumayan juga. Ini bagus, aku akan menyimpannya"
Johan berdiri dari duduknya, menatap kembali kue ulang tahun itu. "Aku akan memakannya besok denganmu" Dia mengambil kue itu dan menyimpannya di lemari es di dapur. Setelahnya langsung berlalu ke kamarnya.
Sudah pasti malam ini Aruna tidak tidur di kamarnya bersamanya. Karena melihat kue ulang tahun tadi, Johan tahu jika dia pasti akan sangat terluka.
Johan tertidur dengan tidak nyaman, terus berpindah posisi tapi tetap tidak bisa tidur. Ketika dia berpindah pada bantal yang biasa dipakai Aruna tidur, dia terdiam. Aroma tubuh gadis itu begitu terasa dan membuatnya tenang. Johan tidak mengerti sejak kapan dia merasa nyaman hanya karena merasakan aroma tubuh istrinya ini. Ternyata waktu kurang dari 2 bulan ini, dia mulai merasa nyaman hanya karena tidur dengan memeluk Aruna.
"Sial, apa begitu nyaman saat aku memeluknya? Kenapa aroma tubuhnya saja bisa membuatku nyaman"
Johan terdiam, menatap langit-langit kamar dengan tatapn menerawang. Hatinya masih mempunyai perasaan marah dan benci pada Aruna. Gadis yang membuat pernikahannya dan Jesika gagal. Tapi, kenapa perlahan sekarang dia malah mulai merasakan kenyamanan berbeda saat bersama dengan Aruna. Seolah memang dirinya yang sudah terbiasa dengan tubuh gadis itu.
"Tidak! Yang aku cintai adalah Jesika, dan aku selalu sepenuh hati dalam mencintai. Aku tidak boleh berkhianat dari Jesika yang masih mau menungguku sampai saat ini"
Johan terus menyangkal tentang perasaannya yang sudah jelas jika dia memang dia mulai terjatuh pada kenyamanan bersama Aruna. Tapi, dia terus menyangkalnya.
Marah dan benci, telah hampir menutup seluruh mata hatinya. Dan Johan tidak akan pernah menyadari perasaan lain yang tersembunyi di balik rasa benci dan marahnya pada Aruna.
"Hanya perlu bertahan satu bulan lagi, dan aku bisa menikahi Jesika. Aku tidak perlu merasa bimbang seperti ini lagi. Aku hanya ingin menikah dengan wanita yang aku cintai"
Lakukanlah Jo, karena mungkin pada saat itu Aruna sudah tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi. Dia akan benar-benar pergi.
Bersambung
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam