Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.
"Aku akan menikahi Gauri."
~ Devan Valtor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bareng Ares
Gauri ditempatkan khusus di lantai paling atas rumah sakit. Itu adalah lantai untuk bangsal VVIP. Suasananya tenang, bangsal itu tidak ribut dengan suara-suara para staf, pasien dan keluarga pasien yang berlalu lalang.
Sebenarnya Gauri bisa tinggal di rumah Agam, tapi karena pria itu terlalu sibuk ia lebih memilih Gauri tinggal di rumah sakit agar bisa ia pantau setiap hari. Gauri juga bisa bermain sepuasnya di area rumah sakit besar itu kalau dia bosan. Asal ada suster yang terus jagain.
Rumah sakit itu bersebelahan dengan sekolah swasta yang kebetulan milik keluarga Gauri, tapi karena keadaan Gauri masih seperti sekarang (mental terganggu), yang ambil alih mengurus sekolah adalah keluarga Agam, kepala sekolahnya adalah Victoria, tante Agam. Keluarga Agam telah menganggap Gauri sebagai keluarga mereka sendiri dan membantu sebisa mungkin selama masa Gauri sakit.
Sebenarnya Gauri masih punya aset di sebuah perusahaan besar milik almarhum ayahnya, tapi perusahaan tersebut sudah di ambil alih oleh sahabat dekat papanya Gauri, bahkan dengar-dengar sekarang hampir bangkrut akibat laki-laki itu tidak pandai berbisnis dan hobi menghambur-hamburkan uang serta bejudi. Sampai sekarang Agam masih terus mencari cara bagaimana merebut perusahaan itu lagi dari tangan pria rakus itu, demi Gauri. Tapi untuk mencapai semua itu, ia harus merancang pengaturan yang matang.
Agam jarang pulang rumah. Pria itu lebih banyak tidur di rumah sakit. Ia punya kamar sendiri di lantai yang sama dengan Gauri, pokoknya selama dua tahun ini semua waktunya hampir ia habiskan di rumah sakit. Ia tidak bisa meninggalkan Gauri sendiri karena gadis itu sering mencarinya tengah malam, kalau dia atau adiknya tidak ada.
Agam duduk di sisi tempat tidur Gauri sambil mengusap-usap puncak kepala gadis itu. Sudah lebih dari sepuluh menit ia menemani Gauri sampai tertidur. Sesekali ia tersenyum melihat gadis itu yang tidur dengan wajah penuh damai.
Pikiran Agam mulai melayang-layang ke masa lalu. Andai saja kecelakaan tragis itu tidak terjadi, Gauri pasti tumbuh menjadi gadis ceria dan punya banyak teman. Umurnya sudah delapan belas tahun sekarang. Harusnya ia sudah duduk di bangku kelas XII. Dan Agam juga tidak akan kehilangan tunangan yang paling dia cintai.
Memang awal-awal pria itu belum bisa menerima. Namun seiring berjalannya waktu, ia sadar dirinya harus menerima kenyataan itu meskipun pahit sekali.
"Dokter Agam,"
"Ssst," Agam membalikan badan ke belakang dengan telunjuk menekan bibirnya mengisyaratkan pada suster itu agar tidak bicara terlalu kuat.
"Ada apa?"
"Pasien di kamar 21 kejang-kejang dok."
Agam langsung berdiri saat mendengarnya.
"Kau berjaga di sini. Ingat, jangan sampai dia hilang seperti kemarin lagi." kata Agam tegas. Perawat tersebut mengangguk. Agam keluar dari situ sesudahnya.
Perawat yang diberi tugas menjaga Gauri ada empat orang. Mereka bergantian menjaga Gauri. Dan siang ini seperti biasa Gauri dibawa berjalan-jalan di taman rumah sakit. Biasanya, Gauri diperbolehkan main sampai ke sekolah yang bersebelahan dengan rumah sakit, sekolah milik keluarganya. kalau gadis itu tidak sakit, ia pasti akan sekolah di sana. Menjadi anak SMA seperti remaja lainnya. Sayang sekali dia sakit, sudah hampir dua tahun ini ia bertingkah seperti anak-anak.
Di sekolah tersebut ada adik laki-laki Agam, juga sering menjaga Gauri. Otak Gauri bisa dibilang seperti anak-anak sekarang. Yang paling dia sukai adalah bermain.
"Ares, ini Gauri-nya."
perawat bernama Ria menghampiri adik laki-laki Agam yang tengah asyik berkumpul dengan teman-temannya. Namanya Ares. Merupakan cowok populer di sekolah. Anak genk motor, beringas, susah diatur, ditakuti murid-murid, dan tidak suka berteman dengan orang baru. Ares hanya baik pada Gauri. Bukan karena gadis itu sakit, tapi Ares tulus baik dan menganggap Gauri sebagai keluarganya.
Kenapa dia hanya baik pada Gauri? Karena pernah ada satu waktu Ares di tuduh berbuat jahat dan hampir menghilangkan nyawa orang. Keluarganya bahkan sempat tidak percaya. Tapi hanya Gauri yang datang padanya dan bilang bahwa gadis itu percaya dirinya tidak melakukan kejahatan itu.
Waktu itu Gauri juga yang membantunya mengumpulkan bukti. Pelaku yang sebenarnya akhirnya ditangkap, nama Ares kembali bersih. Semua itu berkat Gauri yang membantunya, Ares tidak akan pernah lupa. Ares berharap gadis itu akan segera sembuh. Berharap perempuan yang ia anggap seperti malaikat dalam hidupnya kembali seperti dulu lagi. Hidup normal, tidak perlu lagi tinggal di rumah sakit setiap hari dan menjalani pengobatan seperti sekarang.
Ares berdiri, mengambil alih Gauri yang berdiri di samping si perawat bernama Ria.
"Pergilah." kata Ares menatap sih perawat. Ria mengangguk pelan lalu beranjak pergi.
"Hei manis," Ares mencubit pelan pipi Gauri, gaya bicaranya sangat lembut, berbeda dengan Ares biasanya yang cenderung bicara kasar. Teman-temannya sampai tertawa geli, tapi Ares tidak peduli.
Gauri tersenyum lebar.
"Ares ngapain?" tanya gadis itu ceria.
"Lagi kumpul sama temen-temen, sekalian makan. Kamu udah makan?"
Gauri menggeleng.
"Ya udah, kalo gitu Ares pesenin makanan ya?"
"Nggak mau." alis Ares berkerut.
"Kenapa? Kamu harus makan, kalo nggak nanti kamu sakit." ucap cowok itu. Teman-temannya asyik menjadi penonton. Meski itu bukanlah sesuatu yang baru mereka lihat Ares bicara lembut sama Gauri, tetap saja mereka merasa heran. Karena biasanya Ares selalu kasar pada orang lain. Kebanyakan cewek dan cowok takut sama dia, walau tidak sedikit juga yang suka dia diam-diam.
"Gauri mau main di sana." Gauri menunjuk ke kebun bunga di bagian kiri kantin.
"Oke, tapi makan dulu ya? Habis itu Ares temenin ke sana."
"Ahh nggak mau, Gauri mau main di sana sekarang." gadis itu menolak sambil membanting-banting kakinya di lantai. Tingkahnya sukses buat penghuni kantin yang lain menatap ke arah mereka lalu berbisik-bisik.
"Kenapa liat-liat? Mau gue basmi lu semua, hah?!" sentak Ares tidak senang pada tatapan-tatapan yang pasti bergosip tentang kondisi Gauri. Semuanya menunduk, takut bermasalah dengan Ares.
"Aress ... Gauri mau ke sana ..." Gauri kembali menunjuk-nunjuk ke arah kebun bunga. Ares menatapnya.
"Ya udah, tapi Gauri main di sana sambil makan ya? Ares suapin." cowok itu mencari jalan keluar supaya Gauri bisa makan dan main bersamaan. Dan rencananya berhasil, Gauri mengangguk.
Devan Ampe gak tenang disamping Gauri, terlalu banyak hal yg bikin degdegan ya Van 🤭
Tapi gimana Gauri ga tergantung sama bapak,, perhatiannya itu lho...,, Gauri ga tau sj kalo pak Devan sudah dag Dig dug ser....🤭