Sequel Dihamili Tuan Impoten!
Keysa Bintang hidup berdua dengan neneknya yang sakit-sakitan. Sedari kecil dia bekerja banting tulang demi membiayai pengobatan sang nenek.
Tak sampai disitu, hidup Keysa semakin rumit ketika seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hidup Keysa benar-benar hancur saat itu juga, bahkan pria yang menghamilinya dengan teganya tak ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Saya sedang hamil anak anda, tuan Erlangga Dirgantara!" --- Keysa Bintang.
"Tidak mungkin, bagaimana bisa pria mandul dan impoten seperti diriku bisa menghamili mu. Aku berani bersumpah kalau anak yang kamu kandung bukan anakku!. Jadi untuk apa aku bertanggungjawab!" --- Erlangga Dirgantara.
"AKU BERSUMPAH KAU MANDUL DAN IMPOTEN SELAMANYA!" ucap Keysa dengan suara meninggi lalu melenggang pergi.
Yuk simak kisahnya hanya dicerita Anak Kembar Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 AKTI
"Sudah sampai mbak." ucap Keysa memberitahu setelah sampai di depan sekolah yayasan yang dimaksud Erina.
Keysa dengan senang hati mengantar Erina ke sekolah yayasan Pendidikan Cemara, dimana sekolah yayasan tersebut tempat anak-anaknya menuntut ilmu.
"Oh sudah sampai, terima kasih!." ucap Erina dengan ketusnya lalu bergegas turun dari motor matic wanita yang sudah menyerempet nya di jalan.
Erina diam mematung menatap sekolah Yayasan yang sudah dibangunnya selama tujuh tahun, namun untuk pertama kalinya dia mendatanginya.
Perlahan Erina melangkah tertatih-tatih memasuki gerbang sekolah berpagar bambu sambil mengomel tak jelas, karena kakinya masih terasa sakit saat digerakkan, sungguh hari yang paling sial menurutnya, diserempet sepeda motor.
Keysa sendiri tak beranjak pergi dan masih saja memperhatikan wanita cantik itu berjalan kesusahan, dia sungguh merasa bersalah kepadanya, hingga punggung wanita itu tidak terlihat lagi dari pandangannya.
Bersamaan pula ponselnya sudah berdering, dengan cepat Keysa merogoh ponselnya dari saku celananya. Tertera nama Bu Marwah di layar ponselnya, dia pun langsung mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Halo Bu" ucap Keysa di ujung telepon.
"Halo Keysa, kamu dimana nak, ibu-ibu sudah pada datang. Dari tadi mereka nungguin kamu." ucap Bu Marwah di ujung telpon dan terdengar sangat khawatir.
"Maaf Bu, saya ada sedikit urusan, makanya terlambat datang. Tapi, saya usahakan segera kesana." ucap Keysa cepat dan Bu Marwah mengiyakan ucapannya. Hingga panggilan telepon mereka berakhir.
Kemudian Keysa mengendarai motornya menuju toko aksesoris milik anak kembarnya. Kasian ibu-ibu sudah pada menunggunya untuk membuat kalung dan anting dari cangkang kerang.
*
*
*
Sementara di taman, seluruh murid-murid TK Mentari sedang belajar bersama. Si kembar Zidan dan Zara begitu bersemangat belajar dan mereka merupakan murid tercerdas di sekolahnya.
"Bagaimana anak-anak, apa tugasnya sudah selesai?" tanya Bu guru Farida kepada murid-muridnya.
"Sudah Bu gulu." ucap Zara dengan antusiasnya sambil mengangkat hasil lembaran tugasnya.
Begitu halnya dengan Zidan, walau anak laki-laki itu pendiam, namun begitu pandai di segala mata pelajaran dan juga sangat pandai menghitung, membaca, sains, berbahasa asing, melukis dan karya seni lainnya mampu dikuasai dengan baik anak berusia lima tahun itu.
"Wah pintarnya nak Zara dan nak Zidan, dua-duanya kembali dapat bintang." ucap Bu guru Farida tersenyum sambil menghadiahkan sebuah bintang untuk murid kembarnya yang cerdas dan berprestasi.
"Terima kasih, Bu guru." ucap Zidan dan Zara bersamaan dan Bu Guru Farida hanya mampu tersenyum lalu kembali duduk di kursinya.
"Hei Zara, lihat punyamu." ucap anak laki-laki lalu merebut lembaran kertas ditangan Zara.
"Tidak bisa, kamu halus belajal sendili!" ucap Zara kesal sambil memberikan nasihat untuk temannya, lalu merampas kembali hasil lembaran tugasnya yang sudah dia kerjakan dari tangan anak laki-laki itu.
"Menyebalkan, dasar anak haram!." ucap anak laki-laki itu kesal lalu mendorong tubuh Zara hingga terjatuh ke tanah.
"Awwww......" Zara meringis kesakitan sambil melipat bibir mungilnya menahan rasa sakit ditubuhnya, bahkan kedua matanya sudah memerah.
Zidan yang melihat kembarannya diperlakukan dengan kasar segera menghampiri anak laki-laki itu yang bernama Radit, cucu dari kepala desa.
"Ha ha ha ha, rasain kamu!" ucap Radit tertawa terbahak-bahak, membuat dua temannya ikut menertawakan Zara.
"Kalian semua anak nakal!" ucap Zara sambil menunjuk ketiga anak laki-laki itu dengan beraninya.
"Ha ha ha, anak haram"
"Bukan.. bukan, dia itu anak pisang yang tak punya bapak." timpal teman Radit.
"Ha ha ha ha, anak pisang...anak pisang."
Ketiga anak laki-laki itu mengolok-olok Zara, membuat Zara hanya mampu diam membisu dengan mata berkaca-kaca sembari melipat bibir mungilnya agar tidak menangis di depan mereka.
Zidan mengepalkan tangannya mendengar ejekan anak nakal itu.
"Jangan ganggu adikku!" ucap Zidan marah dengan tatapan dingin lalu membantu saudara kembarnya berdiri.
"Ha ha ha ha.. terus kami harus patuh pada anak haram yang tak punya ayah!." ucap Radit dengan ejekannya sembari menertawakannya.
Bughh
Zidan langsung memukul wajah Radit dan tidak terima dengan ucapan anak laki-laki itu yang sok berkuasa di kelasnya. Radit pun tidak terima dipukuli, dia pun balas memukul tubuh Zidan, hingga terjadi perkelahian diantara mereka.
"Bu guru, Zidan dan Radit berkelahi." teriak salah satu murid perempuan.
Bu guru Farida yang sedang menelpon langsung memutuskan panggilannya sepihak, lalu segera menghampiri muridnya yang sedang berkelahi untuk segera melerainya.
"Sudah kak!" ucap Zara memisahkan saudara kembarnya. Namun kedua teman Radit malah ikut memukul Zidan. Zara pun tidak terima dan ikut membantu saudara kembarnya melawan mereka.
"Astaga, berhenti anak-anak." ucap Bu guru Farida dengan suara meninggi lalu memisahkan mereka.
"Ibu tidak mau lihat lagi terjadi perkelahian seperti ini. Sekarang kalian minta maaf." ucap Bu guru Farida mendamaikan murid-muridnya.
Tampak Zidan dan Radit hanya diam, keduanya sama sekali tak ada yang bergerak untuk minta maaf lebih dulu.
"Radit, cepat minta maaf." ucap Bu guru Farida menegurnya. Karena sangat yakin bahwa muridnya yang bernama Radit selalu membuat gaduh di kelas.
"Maaf!" ucap Radit kesal sambil mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Dengan tatapan dingin Zidan menyalami tangan anak laki-laki yang selalu membully kembarannya di kelas.
"Ingat, anak-anak. Jangan ulangi lagi." ucap Bu guru Farida dan kedua muridnya hanya mampu mengangguk dengan pandangan tertunduk.
Kemudian Zidan dan Radit kembali ke tempat duduknya masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
"Kakak baik-baik saja?" tanya Zara dengan raut wajah khawatir menatap saudara kembarnya.
"Iya, aku baik-baik saja." ucap Zidan sambil memamerkan senyumannya.
"Jangan beritahu mama kalau kakak habis berkelahi." ucap Zidan berbisik kepada adiknya.
"Siap kak." ucap Zara dengan anggukan kepala.
Tak berselang lama kemudian jam sudah menunjukkan jam pulang. Bu guru Farida pun mengakhiri pembelajarannya. Semua murid-murid bersiap untuk pulang ke rumah.
"Zidan, Zara, kenapa kalian belum pulang?" tanya Bu guru Farida saat melihat si kembar masih duduk di bangku taman.
"Mama kami belum datang Bu gulu." ucap Zara dengan wajah sendu.
"Ya sudah kalian ikut sama Bu guru ke sekolah. Soalnya ada hadiah buat kalian." ucap Bu guru Farida tersenyum.
Zidan dan Zara hanya diam tanpa menimpali ucapan Bu gurunya.
"Iya anak-anak, kebetulan pemilik yayasan akan datang berkunjung hari ini. Anggap saja Zidan dan Zara perwakilan dari murid-murid kelas A." ucap Bu Rahayu selaku pengurus sekolah Yayasan Pendidikan Cemara.
"Bagaimana anak-anak?" tanya Bu guru Farida.
"Baik Bu guru, terus mama kami...?" ucap Zidan menggantung ucapannya.
"Jangan khawatir, nanti ibu Farida menelpon mama kamu." ucap Bu Rahayu cepat.
Anak kembar berusia lima tahun itu hanya mampu menurut saja sesuai yang dikatakan Bu gurunya lalu mereka naik ke atas motor Bu guru Farida.
Sesampainya di sekolah, Bu guru Farida segera membawa si kembar Zidan dan Zara ke kantor, sekaligus ingin memperkenalkannya pada pemilik yayasan.
"Maaf nona Erina, sudah membuat anda menunggu lama." ucap Bu Rahayu dengan ramahnya menyapa sosok wanita cantik yang sedang duduk di sofa panjang. Dimana wanita cantik itulah pemilik yayasan.
"Tidak apa-apa, tapi jujur saya tidak suka menunggu." ucap wanita cantik itu yang tak lain adalah Erina.
"Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi kepada anda?" tanya Bu Rahayu terkejut melihat penampilan pemilik yayasan tersebut.
"Hanya kecelakaan kecil." ucap Erina tersenyum sambil memamerkan giginya yang putih dan rapi.
"Mohon maaf nona, kami tidak sempat menjemput anda." ucap Bu Rahayu merasa bersalah.
"Santai saja bu, lagian saya juga datang mendadak dan ini juga cuma luka kecil" sahut Erina tersenyum manis tanpa beban.
"Anak-anak, ayo masuk!" ucap Bu Farida mengajak si kembar yang berdiri di dekat pintu untuk masuk ke dalam ruangan.