Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Berujung N3n
Di dalam kamar Davino terlihat frustasi menghadapi kepolosan calon istrinya yang super duper menghanyutkan. Bisa-bisanya dia hampir saja membuka rahasia ranjang mereka kepada anak kecil seperti Cia dan Nina. Sungguh memalukan.
Tak henti-hentinya Davino mengumpat di dalam hati karena satu sisi sayang, sisi lainnya kesal. Andainya dia tidak tega memarahi April, mungkin saat ini sudah terjadi pertengkaran. Namun, ternyata tidak.
"Resiko punya calon bini otaknya setengah ya, begini. Untungnya cantik, kalau nggak mungkin udah kutuker tambah di lampu merah!"
April yang langsung duduk di tepi ranjang mendongak ke atas menatap wajah Davino sambil cemberut karena telah melakukan kesalahan, padahal tujuan dia hanya ingin mewakilkan sang suami menjawab pertanyaan mereka. Hanya saja kepolosannya melebihi Cia dan Nina.
"Da-dav, ma-maafkan aku. A-aku---"
"Tidak apa-apa, Sayang. Kamu tidak salah kok, hanya sedikit saja jadi tidak perlu dipikirkan, oke?"
Davino berusaha menyembunyikan kegemasannya dengan senyuman. Tangannya mencubit kecil hidung mancung April, lalu mencium keningnya penuh kasih sayang.
Akan tetapi, wajah cemberut sang kekasih malah berhasil mengundang rasa gemas yang memancing tangan gatalnya untuk memainkan squishy kembar dari balik baju.
"Jangan memancingku, Sayang. Atau aku bisa menerkammu sekarang juga mau, hem?" goda Davino sedikit membungkukkan badan menatap lekat wajah cantik April dengan jarak yang cukup dekat.
"Haaahh, susah memang ngomong sama om-om sepertimu. Tadi aja bilang aku nggak salah, sekarang sedikit. Orang dewasa memang menyebalkan, hump!"
April yang kelewat polos benar-benar membuat Davino tersenyum kaget dalam kondisi kedua mata melotot.
"A-apa? O-om? Ja-jadi, kamu pikir aku om-om?" tanya Davino tak percaya bila jarak usia yang tak terlalu jauh, membuat calon istrinya berekspetasi sangat jauh.
"Ya, memang. Buktinya kamu suka sama aku, padahal aku masih kecil, imut, usia kita juga beda jauh. Dan, lihatlah wajahmu itu seperti om-om yang suka anak kecil, beda sama wajah kembaranmu meskipun dia orangnya cuek, tapi wajahnya itu imut banget. Andaikan kalian bisa dituker, aku milih sama kakakmu saja. Bisa, 'kan?"
April nyengir di depan wajah Davino tanpa rasa bersalah. Kalimatnya mungkin terdengar biasa saja, tetapi berbeda sama apa yang dicerna oleh calon suaminya.
"Kamu sadar apa yang barusan diucap, hem?"
"Sadar, kok. Buktinya aku melek, bukan tidur."
"Apa kamu tidak memikirkan perasaanku?"
"Memang perasaanmu kenapa? Aku kan, cuma mau tuker kamu, bukan perasaanmu. Masalahnya di mana?"
Wajah bingung April terlihat begitu polos. Dia tidak paham jika raut muka Davian memerah akibat menahan kesal dan cemburu karena sang kekasih membanggakan sosok pria lain di hadapannya.
"Masalahnya kamu mau tahu di mana? Mau tahu?" tanya Davian penuh penekanan disetiap kalimat.
"Iya," jawab April singkat.
"Aku itu cemburu, Sayang. Cemburu, astaga! Kamu enggak lihat wajahku ini, hem? Lihat!"
"Nggak!"
"Aaaa ..., Sayang!"
Suara rengekan Davian yang langsung tantrum di lantai dengan kaki menendang angin berulang kali membuat April tertawa geli.
Mungkin apa yang dilihatnya terkesan lucu, berbeda sama Davian yang terlanjur kesal. Entah memang April sengaja melakukannya untuk memancingnya atau otaknya benar-benar kosong.
"Hihihh ..., cup, cup, cini-cini peyuk, duyu. Mau?" ucap April sambil merentangkan tangan, tersenyum lebar menyambut calon suaminya.
Sayangnya, Davian malah langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Nggak mau!"
"Terus maunya apa?" tanya April bingung.
"Nen," jawab Davino singkat, padat, jelas sambil memanyunkan bibir persisi ikan, sesekali kedua alisnya naik turun seraya menggoda April.
"Nggak akhh, kamu kalau nen pasti minta uha-uha. Ini kan, di rumah orang tuamu, nanti kalau ketahu---"
"Hikss ..., April udah nggak sayang Davino lagi. April jahat sama Davino. Masa Davino enggak boleh ne---"
"Hyaakk, boleh-boleh. Ayo!"
Senyuman di wajah Davino merekah. Ternyata mudah sekali menipu April. Pantas dia cepat hamil, orang pasangannya saja versi pencetak bocil dapatnya pun bocil miniatur.
"Bener, boleh?" Sudut bibir Davian melebar penuh arti, matanya berkedip-kedip seraya memeletkan lidah.
"Bo ... astaga, Davian!"
Pria itu langsung melompat penuh kehati-hatian tepat ke ranjang, lalu mengunci tubuh April yang berada tepat di bawahnya. Tak lupa memberikan jarak supaya tidak menekan perut buncit calon istrinya.
"Ahaa ... aku akan memakanmu, April! Aku akan memakanmu!"
"Aaaa ..., tolong, tolong ada monster om-om mau makan anak kecil hahaha ...."
April tertawa karena ulah Davino yang membuatnya tidak kuat menahan geli. Ciuman di leher, seluruh wajah, benar-benar berhasil membangunkan desiran hasrat yang menjalar keseluruh tubuh.
"Hahah, aku akan membuatmu tidak bisa berjalan dengan menusukkan pedang panjangku, sehingga kamu akan---"
"Aaaaaa ... Oma, Opa!"
Suara teriakan anak kecil membuat Davino dan April terkejut. Pria itu refleks melompat untuk menyingkir dari sang kekasih saat melihat dia berdiri tepat di depan pintu.
"Ci-cia?"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...