Naira berbalik menghadap Nauval ."wah kalungnya bagus Nai ,ada huruf inisial N," Kata Naira sambil tersenyum.
"N untuk Naira, N untuk Nauval juga, jadi di mana pun kamu nanti nya akan selalu ingat sama aku Nai ," Kata Nauval sambil tersenyum.
"Bisa aja kamu Val , makasih ya, aku akan jaga baik baik Kalung ini ,"ucap Naira senang sambil memeluk Nauval.
Nauval terdiam saat Naira memeluknya,ada rasa nyaman yang dia rasa, seakan tidak mau jauh lagi dari sahabat nya itu.dia membalas pelukan itu sambil mengusap kepala Naira .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naura Maryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. pernikahan Tian dan putri
Putri berdiri di samping Tian, mengenakan gaun pengantin berwarna merah muda yang anggun. Meski hatinya masih dipenuhi dengan kebingungan, senyumnya tak bisa dipungkiri. Di sekeliling mereka, suasana pernikahan berlangsung meriah. Keluarga dan teman-teman berkumpul, menantikan momen indah ini dengan penuh antusiasme.
Tian, yang tampak tampan dalam tuxedo hitamnya, memandang Putri dengan penuh cinta. "Putri, ini adalah hari kita. Kita akan memulai babak baru dalam hidup kita," katanya dengan suara yang lembut namun tegas. Ia meraih tangan Putri, menggenggamnya erat seolah ingin memberinya kekuatan.
Putri menatap Tian dengan tatapan campur aduk. "Tian, aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Ini semua terlalu mendadak," ucapnya, suaranya bergetar. Dalam hatinya, ia merasa tidak siap, namun ada pula rasa bahagia yang menggelora.
Tian tersenyum, terlihat sabar. "Aku mengerti, Putri. Tapi aku ingin kamu tahu, aku sudah mempersiapkan ini karena aku mencintaimu. Aku ingin kita bersama, selamanya."
Belum sempat Putri merespons, upacara dimulai. Suara musik lembut mengalun, dan para tamu mulai mengambil tempat. Ketika mereka melangkah maju menuju altar, Putri merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia melihat wajah-wajah penuh harapan dan cinta dari teman-teman dan keluarganya. Di antara kerumunan itu, ia juga melihat Naira dan Nauval, yang baru saja menikah, memberikan dukungan penuh.
Ketika mereka berdiri di hadapan penghulu, Putri merasa sedikit lebih tenang. Momen ini terasa sakral, dan ia berusaha mengingat semua hal baik tentang hubungan mereka. Tian dan Putri saling memandang, dan dalam tatapan itu, mereka menemukan ketenangan.
Upacara dimulai dengan ucapan sambutan dari penghulu, diikuti dengan janji-janji suci. Saat giliran Tian untuk berbicara, ia menatap Putri dengan penuh keyakinan. "Aku berjanji untuk mencintaimu, menghormatimu, dan menjagamu dalam setiap keadaan. Kamu adalah cahaya dalam hidupku."
Putri merasakan air mata haru menggenang di matanya. "Dan aku berjanji untuk mencintaimu tanpa syarat, mendukungmu dalam setiap langkah, dan menjadi teman sejatimu," jawabnya, suaranya penuh emosi.
Ketika mereka saling menukar cincin, Putri merasakan berat yang menghilang dari pundaknya. Momen itu membawa kejelasan bagi hatinya. Ia tahu bahwa meskipun ada ketidakpastian, cintanya pada Tian adalah nyata.
Setelah ucapan janji, penghulu mengumumkan mereka sebagai suami istri. Sorak sorai dan tepuk tangan menggema di ruangan. Putri dan Tian saling berpelukan, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Dalam hati, Putri mengingat semua rasa bingung yang mengisi kepalanya, namun saat ini, semua itu terasa tidak berarti dibandingkan dengan cinta yang mereka miliki.
Pesta pernikahan dimulai dengan semarak. Musik mengalun, dan para tamu mulai menari. Putri dan Tian berdansa bersama di tengah ruangan, dikelilingi oleh teman-teman dan keluarga yang bersukacita. Senyum tak pernah pudar dari wajah mereka, dan dalam momen itu, Putri merasa seolah semua keraguannya lenyap.
Hari ini adalah hari bahagia mereka. Hari di mana mereka merayakan cinta dan komitmen yang baru saja dimulai. Dalam tawa dan tarian, Putri menemukan kekuatan baru dalam diri dan cintanya. Ia tahu, meskipun perjalanan hidup tidak selalu mudah, mereka akan menghadapi segalanya bersama. Dan di sampingnya, ada Tian yang siap menjadi pendukung setianya.
Cinta mereka, yang tumbuh dari sebuah pertemanan, kini telah membara menjadi sebuah ikatan yang tak terpisahkan. Dan seperti Naira dan Nauval, Putri dan Tian siap memulai petualangan baru dalam hidup mereka, dengan penuh harapan dan impian untuk masa depan yang cerah.
Malam Pertama Tian dan Putri: Harmoni dalam Keheningan
Malam telah larut. Cahaya lampu kamar hotel yang redup menciptakan suasana yang intim dan tenang. Putri duduk di tepi ranjang, masih mengenakan gaun pengantinnya yang indah, namun wajahnya terlihat sedikit tegang. Hari ini, ia telah melalui banyak emosi; kejutan, kebingungan, dan akhirnya, penerimaan. Pernikahannya dengan Tian terasa seperti mimpi, sebuah mimpi yang belum sepenuhnya ia pahami.
Tian, yang telah berganti pakaian menjadi kemeja dan celana panjang yang nyaman, menghampiri Putri. Ia duduk di sampingnya, tangannya menyentuh lembut bahu Putri. "Putri," katanya dengan suara lembut, "aku tahu hari ini sangat menegangkan untukmu."
Putri mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Aku masih belum percaya ini benar-benar terjadi. Semuanya terasa begitu cepat."
Tian tersenyum, memahami perasaan Putri. "Aku mengerti. Tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah memaksamu. Aku mencintaimu, Putri, dan aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu." Ia meraih tangan Putri, menggenggamnya erat. "Aku akan selalu ada untukmu, selalu mendukungmu, selalu mencintaimu."
Putri menatap Tian, melihat ketulusan dalam matanya. Ia merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam sentuhan Tian. Perlahan, ketegangan di hatinya mulai mereda. Ia menyadari bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki Tian, yang selalu ada untuknya.
Mereka berbincang lama, berbagi cerita tentang masa lalu, mimpi, dan harapan untuk masa depan. Tian menceritakan tentang impiannya untuk membuka usaha bersama Putri, dan Putri menceritakan tentang keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya. Mereka saling mendengarkan, saling mendukung, dan saling memahami.
Di antara percakapan mereka, tercipta keheningan yang penuh makna. Keheningan yang dipenuhi dengan cinta, kepercayaan, dan harapan. Keheningan yang menjadi saksi bisu atas awal dari perjalanan baru mereka.
Tian menarik Putri ke dalam pelukannya. "Terima kasih, Putri," bisiknya di telinga Putri. "Terima kasih telah menerimaku, dan terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku."
Putri membalas pelukan Tian, merasakan kehangatan dan kenyamanan yang selama ini ia cari. "Terima kasih juga, Tian," jawabnya, suaranya bergetar. "Terima kasih telah mencintaiku."
Malam itu, mereka menghabiskan waktu berdua, saling berbagi kehangatan dan cinta. Mereka tidak terburu-buru, tidak ada tekanan, hanya ada ketenangan dan kebersamaan. Mereka saling memahami, saling menghargai, dan saling mencintai. Malam pertama mereka bukanlah tentang nafsu, tetapi tentang cinta, kepercayaan, dan komitmen. Itu adalah malam yang penuh dengan keheningan yang harmonis, yang menjadi awal dari sebuah perjalanan baru yang penuh dengan harapan dan impian. Perjalanan yang akan mereka lalui bersama, saling mendukung, saling menguatkan, dan saling mencintai, selamanya. Malam itu, di tengah keheningan, mereka menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mereka menemukan harmoni dalam keheningan cinta mereka.