Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 11
Di jalan pulang, Ryan mengajak Aulia untuk pulang bersama dengan berjalan kaki sejauh satu kilo meter, Sebenarnya Aulia ingin menolak karena ingin pulang bersama Santika dan biasanya seperti itu. Namun, entah kenapa hari itu Santika tiba-tiba tidak bisa dan buru-buru pulang membuat Aulia keheranan akan tingkah aneh temannya itu. Dan kini, dua anak manusia itu sedang menikmati panas di bawah terik matahari.
"Auli, aku memang bukanlah pria yang sempurna... juga bukan yang terbaik untukmu, tapi aku akan selalu mengusahakan untuk selalu membahagiakanmu..." Pria itu membuka obrolan dan memandang jauh ke depan. Aulia melirik wajah pria itu, yang terlihat sangat tenang. Namun, sorot matanya mengisyaratkan kepedihan, kelelahan juga kebahagiaan.
"Aku tidak ingin cintaku membuatmu tidak nyaman, walau aku sangat mencintaimu dan sangat menginginkanmu menjadi pasangan, tetapi jika itu membuatmu menderita, aku rela melepasmu asalkan kamu tidak menjauhiku... Biarkan saja aku menanggung perasaan ini, perasaan yang tak terbalas, perasaan rindu yang tak bisa digapai" Sambungnya lagi dengan senyum yang merekah indah. Aulia menatap wajah pria itu, yang masih menampilkan senyum tulus di wajahnya dan bersamaan itu, Ryan pun menoleh memandangi Aulia yang membuat keduanya beradu tatap.
Pria dengan sejuta syair cinta yang menggambarkan perasaannya membuat Aulia luluh dan tersentuh, mencengkeram tangannya sangat kuat, merasakan betapa menyedihkan pria di sampingnya itu, seakan nestapa selalu mengekor di belakangnya.
"Sebesar apa cintamu terhadapku? Sampai kau begitu tega pada dirimu dan menyiksa dirimu selama ini?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Aulia, perempuan itu begitu penasaran apa yang melandasi cinta Ryan padanya sampai Ryan masih mencintainya sedangkan dia terus-menerus menolak.
"Mungkin saja tak terhingga" Jawab Ryan melirik sekilas Aulia, lalu mengalihkan pandangannya menatap jalan berpasir dan berkerikil kecil.
"Mencintaimu, adalah sesuatu yang terindah dalam hidupku, mencintaimu tidak membuatku menderita ataupun terluka, kamu adalah pengobat rasa sakit ini. Auli, entah kenapa tak ada seorang pun yang mampu menggetarkan hatiku kecuali engkau, bahkan suara pijakan kakimu membuat jantungku seakan-akan ingin berhenti karena perasaan yang begitu dahsyat yang tak bisa aku bendung. Aku tidak tahu kenapa aku mencintaimu? Tidak ada alasan untuk dapat mendeskripsikannya, cinta itu datang begitu saja... Maafkan aku yang begitu lancang mencintaimu, aku sungguh minta maaf, semua ini di bawah kendaliku" Pernyataan cinta yang begitu tulus seperti alunan lagu yang memabukkan membuat Aulia benar-benar meneteskan air mata, mendengar setiap pengakuan cinta yang keluar dari mulut Ryan.
Pria itu seperti seorang penyair yang selalu menyairkan perasaannya melalui untaian kata penuh romantisme dan penuh kerinduan yang membuat siapa saja yang mendengarnya akan dikuasai oleh emosi kesedihan yang teramat dalam.
"Aku tidak tahu seberapa dalam engkau mencintaiku, apakah cintamu akan tetap menerimaku jika aku adalah perempuan kotor yang sudah disentuh?" Tanya Aulia dengan suara bergetar. Di bawah pohon kayu jati di sisi jalan menuju pulang, Aulia menghentikan langkah kakinya, tangannya mencengkeram erat rok berwarna abu-abu itu dengan sangat erat. Ia menggigit bibir bawahnya merasa malu dan sakit yang menyiksa ulu hatinya saat pertanyaan terlontar dari mulutnya tadi.
Melihat Aulia berhenti jalan, Ryan pun berdiri di depan Aulia sambil menatap perempuannya yang menunduk.
Siang itu, begitu sepi dan tak ada orang yang berjalan keluar.
"Apakah karena masalah itu kamu menolakku? Auli, apakah masalah itu membuatmu menjadi muram dan tak bersemangat setiap hari? Apakah karena masalah itu, sampai kamu menutup hatimu bahkan menutup hampir sebagian jiwamu?" Tanya Ryan dengan nada tegas membuat tubuh Aulia semakin bergetar hebat. Aulia berusaha menatap wajah Ryan yang terlihat kecewa dan terlihat marah. Perlahan-lahan kepalanya mengangguk membenarkan setiap pertanyaan Ryan padanya.
Air mata yang terkuras dari mata Aulia, menjadikan tangan Ryan terkepal kuat yang memperlihatkan urat-urat yang menonjol di sepanjang garis tangannya.
"Setelah kamu mendengar kebenaran ini, cintamu akan mulai memudar... Tidak ada seorang pria yang mau menerima perempuan kotor sepertiku, yang tidak dapat menjaga harga dirinya, menjaga kesuciannya... Oh Aulia, sungguh malang dirimu" Batin Aulia dengan sendu.
"Aku ingin sekali memelukmu, aku ingin sekali membagi suka duka bersamamu... Apakah kau meragukan cintaku? Apakah kau menganggap cintaku hanya sebatas Kehormatan? Apakah cintaku hanya sebatas kesucian? Jika semua itu benar, lantas kenapa aku harus menyimpan namamu, menyimpan gambaran wajahnya di lubuk hatiku yang sangat dalam... Auli, cintaku tidak memandang semua itu, seperti apapun dirimu, sekotor apapun dirimu, aku tetap mencintaimu, dulu, hari ini maupun di masa depan nanti" Semakin pecah tangis Aulia tatkala mendengar jawaban yang tidak disangka-sangka, keluar begitu saja dari mulut Ryan. Ia mengira bahwa Ryan akan mengucilkannya dan membencinya.
"Apakah yang kamu katakan benar adanya? Kau tidak sedang membohongiku kan? Kau tidak bercanda kan?" Tanya Aulia masih dengan Isak tangis yang kali ini sedikit mereda. Ryan mengangguk tersenyum sangat manis, kemudian kedua tangannya terangkat menghapus jejak air mata yang sangat tidak disukainya.
Melihat perempuannya menangis membuat hatinya tercabik-cabik, ia merasakan sakit dan sangat menderita.
"Apa sekarang kau telah menerimaku?" Dengan sedikit malu, Aulia mengangguk pelan kepalanya. Sungguh Ryan sangat bahagia, ingin sekali memeluk perempuan di hadapannya tetapi ia tidak rela harus menyentuhnya, ia tidak berani berbuat tidak senonoh pada perempuan yang telah menjadi kekasihnya, bahkan jika itu hanya genggaman tangan membuatnya sukar melakukannya walaupun ia sangat ingin, kecuali atas izin dari pemiliknya.
"Terima kasih, terima kasih karena sudah menerimaku Auli"
"Aku yang seharusnya mengucapkan kalimat itu, karena kamu mau menerimaku apa adanya bahkan tak bertanya apapun bagaimana hal itu terjadi" Ucap Aulia.
Keduanya kembali berjalan menyusuri jalanan menuju rumah mereka.
"Aku tidak ingin mengulik nya, aku hanya ingin kau bersamaku, dan tetap di sisiku... Bahkan jika kematian merebutmu dariku, aku akan tetap menjemputmu dan bersama-sama menuju surga" Ungkapan Ryan pada Aulia membuatnya melayang terbang, hatinya terenyuh bahkan tak memiliki kekuatan lagi hanya sekadar berjalan, cinta yang dimiliki Ryan padanya sangat-sangat mendominasi bahkan antara dirinya malu dan bahagia tak bisa dibedakan.
Di satu sisi ia tak pantas menerima cinta Ryan karena ketulusannya melampaui segalanya. Namun, di sisi lain ia membutuhkan cinta yang seperti itu, cinta yang membuatnya bangkit dari penderitaan yang pernah dialaminya, tetapi ia juga takut jika cinta yang seperti ini akan membuatnya terluka semakin dalam. Ia berharap cinta yang kali ini tidak akan membuatnya menderita atau kecewa karena kehilangan.
"Aku sangat berharap, aku dapat merasakan kehangatan dan kebahagiaan dari cinta untuk sekali lagi" Batinnya dengan harapan yang sangat besar pada Ryan. Pria itu terus-menerus menarik sudut bibirnya yang membentuk lengkungan tipis di bibirnya.
"Bahkan jika kamu hanyalah rajutan fatamorgana dan kepingan imajinasi, aku tetap mencintaimu dan membawanya sampai pada kematian karena hanya itu yang dapat aku lakukan... Aku sangat mencintaimu, bahkan jika kau meminta seluruh hidupku untuk menjadi budak, aku tetap mempersembahkan dengan penuh keikhlasan, karena semua ini adalah bentuk cintaku padamu..." Ryan menatap wajah Aulia dengan penuh rindu dan cinta yang tak terhitung.
.
.
.
.
Lanjut part 12