Key Lin Tumbuh Di Bumi Barat

Dalam sunyi rumah sakit, selalu ada keluarga yang mengkhawatirkan orang di dalam ruangan putih itu. Semua serba putih, tapi kali ini korden tempat seorang anak lelaki berbaring berwarna biru.

Dua orang keluarga, dan tiga orang sanak saudara merasa cemas.

Kenapa dokter yang memeriksanya belum datang juga?

"Dimana dia di rawat? " Tanya seorang lelaki muda yang di ketahui sebagai teman sang kakak pasien yang baru masuk itu.

"Di ruang gawat darurat, masih di tangani dokter." Ujar Ayah sambung dari anak kecil di ruang gawat darurat rumah sakit itu.

Di sanalah, orang-orang yang mengkhawatirkan keadaan Key Lin berkumpul. Sedikit dari mereka yang peduli, dan karena sedikit pula yang Key kenal akrab.

Tak lama kemudian seorang pria lainnya datang, membuat para penunggu di depan ruang gawat darurat terkejut, karena tak satupun dari mereka yang pernah melihat pria itu.

Dengan waspada, mereka mulai menanyai pria tadi.

"Siapa anda?" Tanya Frederick yang memang baru melihat wajah pria itu. Tak ada yang mengenal pria itu di sana, kecuali satu orang.

"Uncle, dia itu guru kami di sekolah, Mr. Leoni." Ujar seorang yang tak lain adalah Arina. Dia menyelamatkan gurunya.

Jika dia tidak mengatakan itu, dan Leoni bersikeras tetap di sana, mungkin saja dia bisa di usir, atau kena hantam.

"Mr. Leoni, kau benar gurunya?" Tanya Frederick pada Leoni.

"Ya, saya cemas karena Key tidak masuk sekolah, dan hari ini kakaknya mengajukan surat pindahan." Ujar Leoni terus terang. Dan Leoni ingin bertanya di mana Key pindah, dia ingin ikut pindah dengan murid jeniusnya itu, dia adalah orang yang jarang menunjukkan kesukaan pada seseorang kecuali pada si kecil Key Lin.

"Baiklah kalau begitu. Silahkan duduk." Ujar Alex pada Leoni. Ternyata Alex, dan Leoni saling kenal, dulu mereka teman satu angkatan yang akrab. Dan Leoni sadar Alex waspada akan kedatangan Leoni, secara Alex sangat tampak gelisah saat kedatangan Leoni, tapi setelah Arina mengatakan bahwa Leoni adalah guru di sekolah, dia terbebas dari kewaspadaan Alex.

Waktu berlalu, ada Robert, Alex, Frederick, Mr. Leoni, Arina, Miss. Isabella, dan Adik Ipar Frederick.

Mereka semua dalam keadaan cemas, kenapa dokter lama sekali? Apa yang terjadi di dalam sana? Setiap orang berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Hingga pada akhirnya dokter keluar dari pintu.

"Key Lin. Bagaimana keadaan adikku?" Tanya Alex di antara banyak yang terdiam.

"Operasi berjalan lancar. Dia akan baik-baik saja setelah ini. Dia kehabisan banyak darah pasca operasi, apa di antara kalian ada yang golongan darahnya AB- ?" Tanya Dokter pada semua orang di sana.

"Saya AB-. " Balas Frederick.

"Saya juga AB-." Ujar Isabella.

Alex terkejut, ada dua orang dengan golongan darah sama dengan Key, seingat Alex dengan hasil penelitiannya, orang yang merupakan ayah kandung Key tidak memiliki darah AB+.

Saat itu Frederick yang sadar ingin menangis. Alex bisa melihatnya, tapi dia ingin diam dahulu. Dia tidak ingin yang lain tahu kesedihannya.

Dokter merasa lega ada pendonor untuk Key. Kebetulan Bank Darah juga hanya punya sedikit persediaan, dan tidak cukup untuk Key. Itu akan di gunakan untuk pasien lain yang lebih gawat keadaannya. Untungnya Key terselamatkan. Dokter sempat cemas dengan persediaan AB- yang baru akan datang pendonor nya besok.

"Key akan baik-baik saja iyakan?" Tanya Robert cemas.

"Dia akan baik-baik saja." Ujar Alex. "Oh ya, kudengar, ibumu sakit. Apa kau butuh biaya besar? Jangan berbohong, terakhir Key tidak sengaja mengatakannya padaku saat dia sedang marah."

Robert terpaku, dia terkejut secepat itu Alex mengetahui hal ini. Padahal Robert tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.

"Ya, aku memang perlu biaya besar. Tapi jangan khawatirkan soal aku." Balas Robert yang masih enggan untuk meminta tolong pada Alex.

Betul-betul keras kepala.