Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia
Hari-hari berlalu dan pagi ini matahari begitu cerah menyilaukan.
Cup.
"Jaga diri baik-baik, jangan lupa untuk minum obat agar cepat sembuh," ucap Daru pada Istri pertamanya dengan suara yang sangat lembut dan penuh perhatian.
Marni yang menyaksikan itu geram sendiri di buatnya, mengapa hari-hari nya harus di suguhkan dengan pemandangan yang sangat memuakkan dan membuatnya cemburu tersebut.
Di sana juga ada Luna dan anak-anaknya, mereka semua baru saja selesai melakukan sarapan pagi bersama. Rio dan Kevin juga sudah siap dengan seragam sekolah mereka.
"Iya, aku akan minum tepat waktu. Lagipula di rumah ini juga ada Marni dan Luna, aku akan baik-baik saja selama kamu pergi ke kantor," kata Nisa dan memang terlihat jelas wajah wanita itu sangat terlihat tidak baik-baik saja.
Marni yang mendengar ucapan Nisa bertingkah seakan ingin muntah, sedangkan Luna tersenyum karena merasa senang Nisa berkata begitu.
Ya, setelah Luna di hukum beberapa hari yang lalu. Luna merasa tidak begitu tertekan lagi berada di rumah tersebut. Apalagi kemarin Ayu memberitahu dirinya kalau Luna tidak di haruskan lagi untuk bekerja di rumah itu, namun Luna sadar diri, maka Ia tetap bantu-bantu pekerjaan rumah besar itu semampunya.
Luna tidak mengerti mengapa Daru seperti itu, Ia ingin bertanya dan berterima kasih, tetapi belum memiliki waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
"Benar Tuan. Bu Nisa akan kami jaga dengan baik. Anda bekerja lah dengan tenang," ujar Nisa sambil tersenyum.
"Heh. Siapa juga yang mau jaga wanita mandul kayak dia? Aku nggak sudi ya," sahut Marni tidak suka. Jika Luna memang ingin menjaga Nisa yang sakit, ya jaga saja. Untuk apa membawa-bawa dirinya.
"Marni, jaga ucapan mu itu!"
Daru kembali di buat marah oleh istri ke duanya itu. Tidak bisakah Marni tahu diri untuk tidak terus-menerus mengatai Nisa?
"Suami ku."
Nisa menggelengkan kepala sebagai isyarat agar Daru tidak meladeni Marni. Lagipula Nisa sudah terbiasa dengan sikap Marni padanya.
"Sebaiknya kamu segeralah ke kantor. Lihat, kasian Andre sudah menunggu mu untuk berangkat bersama dari tadi," lanjut Nisa.
Marni hanya memutar bola matanya malas melihat dan mendengar percakapan mereka yang menurut nya menjijikan.
"Baiklah. Kalian jangan saling membuat masalah," kata Daru pada Nisa namun mewakili untuk ke tiga Istrinya.
Nisa hanya mengangguk serta tersenyum, dan akhirnya Daru pun berangkat pergi untuk bekerja bersama Andre.
Daru kini sudah menjadi CEO serta menguasai semua kekayaan dan menggantikan Damar. Pengalihan itu terjadi sebelum Damar mengalami kecelakaan. Sedangkan Andre hanya bisa menyetujui semua keputusan orang tuanya tersebut dengan lapang dada.
"Bu, Rio juga mau pergi ke sekolah," ujar Rio berpamitan pada Luna.
"Ayo, Salim juga pada yang lain," kata Luna setelah Rio mengecup takzim tangan kanan nya. Rio patuh lalu berjalan mendekati Marni dan ada Kevin di sampingnya.
Anak itu mengulurkan tangan meminta untuk Salim pada Marni, tetapi Ibu dengan satu anak itu hanya acuh tak acuh. Begitu juga dengan Kevin yang nampak tidak suka melihat Rio mendekat pada mereka.
Rio berbalik pada Luna seakan mengatakan kalau Ia sudah mau tapi Marni yang tidak mau. Luna hanya memberikan anak nya senyuman dan sedikit gelengan kepala.
Rio pun beralih pada Nisa yang di sambut dengan hangat oleh wanita yang tengah tidak enak badan itu.
"Hati-hati ya. Belajar yang baik," tutur Nisa.
"Iya, Bu."
Rio pun pergi, anak itu sudah bisa berangkat sendiri tanpa di antar oleh Luna lagi. Walau berat dan merasa khawatir Rio kenapa-napa di jalan. Tetapi Luna juga hanya bisa mengiyakan permintaan Rio yang meminta untuk berangkat sekolah sendiri saja, apalagi terakhir kali Luna di buat cemas karena Putri dan Bayu tidak ada setelah Ia pulang dari mengantar Rio ke sekolah.
"Anak-anak, kita juga masuk. Putri harus minum obat," ajak Luna pada anaknya yang lain.
Tinggal lah Nisa dan Marni di sana. Marni menatap Nisa dengan tatapan yang seakan merendahkan.
"Sebaiknya kamu jangan terus-terusan menguasai Suamiku sendirian. Aku ini juga Istri nya," kata Marni memulai pembicaraan.
"Nisa, harusnya sebagai Istri pertama kamu juga harus berlaku baik padaku," tambah Marni tanpa tahu malu seakan Ia tidak bersalah sama sekali.
Nisa hanya menanggapi ucapan Marni dengan senyuman.
"Marni, aku sudah cukup sabar dengan semua tingkah laku mu padaku. Jangan membuat ku melenyapkan mu dari keluarga Damar," ancam Nisa masih dengan senyuman nya.
"Heh! Memang nya wanita mandul seperti mu berani mengusir ku dengan apa? Dengan kemandulan mu itu," sindir Marni meremehkan. Padahal dia sendiri juga tahu Nisa seperti apa, pasti wanita itu tidak akan berani berbuat yang tidak-tidak padanya karena Marni tidak akan tinggal diam.
Seperti biasa, Nisa menanggapi ocehan Marni dengan kepala dingin dan tidak membalas. Karena Nisa tahu dan sadar jika dirinya memang mandul seperti apa yang Marni katakan.
"Daru akan memenuhi permintaan ku jika aku meminta dia untuk menceraikan mu," balas Nisa dan Marni merasa di blokir dengan kebenaran itu.
"Kau..., mana bisa begitu! Aku adalah Ibu Kevin dan wanita yang memberikan keturunan bagi keluarga ini. Kalau Daru berani menceraikan ku, aku akan membawa pergi Kevin."
Ya, memang itulah alasan Daru mempertahankan rumah tangga nya dengan Marni, karena ada anak di antara mereka dan Kevin adalah satu-satunya keturunan Daru yang sah.
"Hahahaha...."
Nisa tertawa lucu mendengar alasan yang tidak masuk akal itu. Ia tidak percaya Marni se percaya diri itu mengandalkan anaknya Kevin yang bodoh tersebut.
Sebenarnya Kevin bisa saja pintar seperti anak-anak yang lain, misalnya Rio yang sangat berbakat di sekolah, namun Marni terlalu memudahkan semua cara yang berkaitan dengan Kevin. Ia pikir dengan uang maka anaknya itu akan langsung melambung tinggi dengan sendirinya.
"Apa yang kau tertawakan? Jangan bilang sedang menertawai kekurangan mu yang tidak bisa punya anak itu."
Sepertinya Marni ini tidak mengerti. Ya, wanita mata duitan seperti dirinya mana tahu hal semacam ini.
"Asal kamu tahu, Marni. Jika Kevin masih belum ada kemajuan juga dalam akademik nya. Daru pasti akan menikah lagi untuk memperoleh keturunan yang lebih pintar dan unggul."
Nisa sudah lama mengetahui hal tersebut, tapi sepertinya Marni tidak tahu dan mungkin malas untuk mengetahui nya karena merasa sudah berkuasa karena memiliki Kevin.
"Apa kata mu?!"
Marni tercekat dengan fakta yang ada ini.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan dia menikah lagi dan memiliki anak dengan wanita lain," lanjut Marni bertekad.
"Sudahlah Marni, kita yang sudah terlanjur menjadi istrinya ini hanya bisa menerima," ujar Nisa bijaksana.
Ia akan menerima apapun nanti yang akan menjadi keputusan suaminya.
"Tidak! Cukup Luna istri penghianat itu, aku tidak akan membiarkan Daru kembali menikah dengan orang lain," kekeh Marni.
"Dengan cara apa kamu ingin mencegahnya, Marni? Jika mengandalkan Kevin sepertinya tidak akan mempan."
Nisa tersenyum dan berjalan hendak masuk dalam rumah, namun saat melewati Marni Ia membisikkan sesuatu.
"Apa jangan-jangan kamu takut rahasia tentang Kevin terbongkar."
Marni kaget mendengar bisikan itu, Ia diam mematung dan Nisa sudah berlalu ke dalam. Dari mana Nisa tahu? Marni bahkan tidak pernah mengungkit nya lagi.