Kemala Agnesia harus merelakan cita-cita dan masa muda nya karena sudah terlanjur mengandung benih dari seorang pebisnis keturunan Darwis yang bernama Davin Alvarendra Darwis.tak ada yang tak kenal dengan pemilik perusahaan raksasa itu.masa kelam orang tua nya kembali terjadi kepada putra sulung dari Alvarendra Darwis.akan kah hidup Mala sama beruntung nya dengan ibu sambung dari Davin.atau kah harus menyerah dengan sekelumit masalah yang terbentang luas di depan mata nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
Pagi ini Mala bangun lebih awal dari biasa nya, melakukan olahraga pagi di luar pekarangan rumah.semua di lakukan untuk mengindari Davin yang menurut nya sangat menyebalkan dan merupakan sumber kesedihan terbesar dalam hidup nya.namun usaha yang dia lakukan tampak sia-sia,ketika Mala masuk ke dalam pekarangan rumah,dia malah langsung di sambut oleh mobil Davin yang masih terparkir sempurna di tempat semula.Mala iseng bertanya kepada salah satu asisten rumah tangga, jawaban yang di berikan cukup membuat Mala menghela nafas panjang nya.
" Mas Davin belum berangkat ke kantor Mbak,tadi masih berenang di kolam belakang." jawab Asisten rumah tangga yang sedang memegang sapu lidi.
Mala terdiam memikirkan nasib nya,otak nya berpikir keras mencari cara terbaru agar tidak bertemu dengan Davin lagi.
Mala berjalan cepat masuk ke kamar,tujuan nya adalah untuk membersihkan diri sebelum Davin menyadari keberadaan nya.
Ketika Mala hendak menyisir rambut nya,mata Mala tak sengaja menatap layar ponsel Davin yang menyala.
" Tuan muda,kami kehilangan jejak Desi,kami akan terus berusaha menemukan nya untuk Tuan muda." begitu notifikasi itu menghilang,dada Mala kembali di buat sesak dengan wallpaper milik Davin yang seperti nya baru saja di ganti oleh pria itu.
Di sana ia melihat gambar Davin yang sedang memeluk Desi dengan wajah yang tersenyum lebar.pada gambar itu mereka tampak begitu mesra dan sangat serasi sekali.
Perasaan Mala kalut,sudah tidak di akui tapi selalu di sakiti oleh Davin baik dari sikap maupun tutur bahasa nya.Mala membalikkan ponsel Davin demi menjaga kewarasan nya.entah bagaimana cara nya air mata Mala runtuh tak terbendung.Mala sangat kecewa dengan Davin.
" Mereka tidak pernah menjalin hubungan apapun,lalu dari mana asal foto mesra itu?" gumam Mala yang tak bisa membendung rasa penasarannya.
" Apa dia sengaja mengedit foto itu demi bisa melihat wajah wanita nya setiap hari?" Mala tersenyum miring.segitu penting nya Desi sampai Davin rela melakukan hal receh ini untuk wanita nya itu.
Mala menarik nafas dalam-dalam.mengusap air mata yang seharusnya tidak terjatuh karena melihat gambar itu,bukan kah selama ini dia sudah terbiasa dengan ini fakta yang ada? Lalu untuk apa lagi dia terus menangisi Davin yang sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan nya.
" Tenang...Tenang Mala...Kamu tidak boleh bersedih,adek bayi akan ikut sedih kalau Mama nya nangis begini." kata Mala sambil mengusap perut nya.
Mala kembali merias wajah nya agar kesedihan ini tidak terlihat oleh siapapun terutama Davin.di saat Mala sedang merapikan kembali rambut yang sudah berantakan,Davin masuk dengan hanya memakai jubah mandi.rambut pria ini masih sangat basah karena baru selesai berenang.
Mala pura-pura tidak melihat Davin karena memang mereka tidak lah sedekat itu.Mala kembali menyibukkan diri nya melakukan apapun yang menurut nya penting sampai dia ingat akan satu hal.ya Mala akan pergi pagi ini juga .
Dalam diam Davin memperhatikan setiap pergerakan Mala.sebenar nya sudah sejak semalam Davin ingin mengajak istri nya berbicara namun Mala malah memilih tidur lebih awal.
Davin baru ingat kalau kemarin Mala melakukan pemeriksaan kandungan nya,Davin sangat ingin tahu hasil nya apalagi kedua orang tua nya juga terus mendesaknya untuk melakukan tugas nya sebagai suami dengan baik.
" Kamu mau kemana udah rapi begitu?" tanya Davin memaksa kan diri untuk lebih dulu mengajak Mala berbicara.
" Nggak ada." jawab Mala singkat dan beralih merapikan tempat tidur yang masih berantakan.
Davin mengangguk kecil,dalam kepala nya sedang merangkai kata-kata, tatapan mata Mala kepada nya sekarang penuh oleh benci dan amarah.
" Bagaimana hasil pemeriksaan kemarin? Aku sibuk jadi tidak bisa kembali ke sana."tanya Davin.tiba- tiba saja mengaku sibuk padahal semalam jelas-jelas Mala melihat sendiri sibuk seperti apa yang di maksud oleh pria ini.
Pandai sekali pria dingin ini mencari alasan, terlalu memaksa dan sangat tidak meyakinkan sekali ucapan nya.Mala memutar bola mata jengah.dengan gerakan kasar Mala mengeluarkan buku pink itu dari laci baju nya,tak hanya buku saja ,di dalam sana sudah terselip sebuah kertas hitam putih yang menampilkan gambar calon anak mereka.sedikitpun Mala tak berniat menatap wajah Davin,bahkan saat menyerahkan buku itu kepada Davin.Mala sengaja menunduk kan kepala dan sengaja menciptakan jarak yang cukup jauh di antara mereka berdua.
" Baca saja di sini,kalau ada yang kurang jelas , langsung tanya saja sama dokter nya.kalau Kamu belum punya nomer Dokter nya, silahkan minta sama Mama ."kata Mala dengan gaya angkuh nya.
Davin menerima buku pink itu dengan cepat, suasana di kamar ini terasa begitu suram.terlebih lagi sikap dan cara berbicara Mala yang tak ingin lagi berbasa-basi dengan pria ini.apa ada nya tanpa di suguhkan bumbu manis seperti biasa nya.
" Kamu lagi marah ya sama Aku?" tanya Davin yang sudah bisa merasakan perubahan itu sejak semalam.
Selama ini mereka memang sering bertengkar dan berdebat tetapi Mala selalu masih tetap menjaga sikap nya,tutur bahasa Mala juga tetap terjaga tapi jika sudah di serang baru lah Mala membalas nya.pagi ini menurut Davin ,Mala terlihat sangat bad mood.sungguh pria ini lupa kalau penyebab nya itu adalah diri nya sendiri.bukan hanya pagi ini saja Mala bad mood.hari-hari biasa nya juga bad mood.Mala sudah tidak bisa lagi mengontrol emosi dan wajah marah nya sampai membuat Davin bisa dengan mudah menebak nya.
" Marah? Untuk apa? Aku cukup sadar diri siapa aku di rumah ini dan di dalam hidup mu.kurang dari sembilan bulan lagi kita pasti akan berpisah.sebaik nya untuk pemeriksaan ke depan nya nanti Kamu tidak usah ikut saja.Aku bisa pergi sendirian tanpa harus di temani.Kamu pasti sangat sibuk sekali bukan? Jangan sampai gara-gara Aku dan Anak ku pekerjaan Kamu jadi terbengkalai."jawab Mala lebih dingin dari wajah Davin.
Davin langsung kicep,ucapan Mala sangat benar dan sedari awal dia juga tidak menginginkan Mala bertahan lebih lama di samping nya.akan tetapi begitu mendengar nya langsung dari mulut Mala,ada sesuatu yang mengganjal dalam hati nya.belum lagi ancaman Mama nya sangat menakutkan sekali.saat melihat Mala akan beranjak pergi dari depan nya.Davin dengan cepat menahan pergelangan tangan wanita ini.
" Aku minta maaf sudah meninggal kan Kamu kemarin,kita butuh bicara." kata Davin lirih.
Seorang Davin yang kasar dan dingin sedang meminta maaf dengan sadar nya,Mala takut ini hanya sebuah kamuflase belaka.entah apa maksud di balik permintaan maaf ini.Mala bukan peramal yang bisa menebak isi pikiran Davin.Mala tidak akan tersentuh dengan permintaan maaf ini.
" Tidak perlu merendahkan harga diri mu untuk sesuatu yang sangat tidak penting,Aku bisa mengurus diri ku sendiri dan juga anak ku,Aku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi karena setiap hari kita sudah sering kali berbicara."ucap Mala dengan begitu tenang.Mala hanya berusaha menjaga kewarasan nya agar tidak terlena dengan perubahan sesaat dari Davin.
" Pakai lah baju mu,Aku sengaja tidak menyiapkan baju ganti karena takut menular kan bakteri pada baju mahal mu." sambung Mala penuh sindiran dan dia sengaja melepas kasar genggaman tangan Davin.di antara mereka tidak boleh ada sentuhan macam apapun.jangan sampai Davin sakit setelah bersentuhan dengan kulit nya.
Degh...Nyesss....
Davin mati kutu, sekarang Mala sangat pandai menyerang nya,meskipun cara bicara nya terlihat tenang,Davin yakin Mala sedang menutupi kekecewaan nya.selama mereka tinggal bersama.baru kali ini Mala berbicara panjang lebar di depan nya.meluapkan emosi yang entah sudah berapa banyak dia tahan.
Davin termenung menyadari kesalahannya.ia cukup sadar sudah menorehkan begitu banyak luka pada Mala.perasaan nya campur aduk kala melihat mata Mala memerah menahan tangis.
Melihat Davin yang masih diam,Mala memanfaatkan kesempatan untuk pergi dari Kamar dan tidak lupa membawa serta tas selempang nya.
Mala hanya menitipkan pesan kepada asisten rumah tangga jika pagi ini dia akan pergi ke rumah orang tua nya,Mala sengaja pergi pagi-pagi karena ingin menikmati sarapan buatan tangan sang Bunda.
Dia sengaja tidak berpamitan kepada Davin ,toh laki-laki itu juga tidak perduli kepada nya.Mala tidak akan menggangu Davin hanya untuk hal sepele ini.
Dengan di antar oleh sopir keluarga mertua nya, beberapa menit kemudian Mala akhirnya sampai juga di depan rumah orang tua nya.sebuah hunian sederhana tetapi menyimpan sejuta kenangan dan kenyamanan di dalam nya.setelah mengucapkan kata terimakasih kepada sang sopir.Mala masuk ke dalam rumah dan sopir itu pun langsung kembali ke rumah mertua nya.
" Kamu lagi di mana sayang?" Maisya tiba-tiba saja menghubungi nya membuat Mala menghentikan niat nya untuk membuka pintu rumah.
" Mala sudah sampai di tempat Bunda,Ma! Tadi Mala ke pengen sekali makan masakan Bunda."ucap nya lembut.
" Kamu lagi ngidam ya? Pantasan saja Mama tanya Bibi ternyata mereka bilang Kalau Kamu sudah pergi? Suami mu tidak ikut?" tanya Maisya lagi pura-pura tidak tahu dan ingin mengorek informasi dari Mala.
Mala tanpa sadar menggeleng dengan gerakan lambat.jelas saja tidak bisa terlihat oleh mertua nya karena mereka sedang melakukan panggilan telepon biasa.konyol sekali tingkah Mala barusan.
" Belum Ma,tadi Mas Davin lagi mandi jadi Mala tidak sempat meminta izin kepada nya.nanti akan Mala kirim pesan sama Mas Davin."Maisya terdengar menghela nafas.dari ucapan Mala saja bisa Maisya tebak kalau hubungan antara menantu dan putra nya masih tidak baik-baik saja.
Maisya gregetan melihat pasangan suami istri ini,dia juga masih belum bisa pulang karena masih harus menemani suami nya mengurus perkebunan,Al sendiri mana mau di tinggal pulang oleh istri nya.Maisya menjadi ragu bertanya tentang sosok pria yang berbicara dan makan bersama Mala saat di rumah sakit.nanti dia akan meminta bantuan kepada Sasa.si paling ahli dalam mencari informasi terbaru.
" Lain kali harus minta izin dulu sama suami mu,mana tahu Davin juga ingin ikut bersama Kamu.titip salam sama Bunda dan Ayah Kamu ya sayang.maaf Mama belum bisa main ke sana." ujar Maisya lagi.
Mala harus di ingat kan secara perlahan,emosi nya yang masih labil dan kondisi nya yang sedang hamil membuat Maisya begitu menjaga tutur bahasa nya kepada menantu nya ini.Maisya hanya berharap semoga saja kedua orang tua Mala tidak semakin salah paham terhadap keluarga mereka.
Bersambung
bagus mala harus berani melawan Davin jgn lemah d perlaku kan kasar oleh davin.lw perlu tinggal pergi pulang ke rumah org tua mu aja Davin, biar tau rasa tu davin.dan buat Davin menyesal telah menghina dan menyakiti mu setiap hari.
dan jgn lupa author buat Davin yg ngerasain mual muntah dan pusing kepala setiap hari,biar tau gimana susahnya mala mengandung anaknya,jgn tau marah2 aja dan ngatain Mala jorok dll....mau enaknya aja dia,sakitnya ngk mau .enak betul udh habis nanam benihnya lalu ngk mau repotnya jga.