Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Bangsawan yang Arogan
Setelah melalui perjalanan melelahkan melewati hutan lebat, pemukiman warga yang tenang, dan perkebunan subur, akhirnya kelompok siswa dari Akademi Altais yang terdiri dari Yusei, Kiria, Akira, Sai, Yui, dan Hiyori tiba di perbatasan negeri Veltora. Di perbatasan ini, sebuah gunung besar bernama Eldora menjadi batas alami antara Silvarea dan Veltora. Pilihan mereka untuk mendaki gunung, alih-alih memutari kaki gunung yang memakan waktu seminggu, adalah keputusan cerdas untuk memangkas perjalanan menjadi tiga hingga empat hari.
Gunung Eldora memiliki jalur pendakian yang cukup aman, sering digunakan oleh pelancong maupun pedagang yang ingin menyeberang. Meski jalan setapak sudah terbentuk, rasa dingin menusuk, udara tipis, dan ketegangan di antara mereka membuat perjalanan terasa panjang. Yusei, yang biasanya pendiam, beberapa kali terlihat melirik ke arah pepohonan gelap di sekitar jalur. Pandangannya tajam, seolah mendeteksi sesuatu yang tidak kasat mata.
"Yusei, ada apa?" tanya Yui, melihat sahabatnya tampak terganggu.
“Tidak ada,” jawab Yusei singkat, meskipun matanya tetap waspada.
Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di Veltora. Negeri ini merupakan kerajaan megah dengan arsitektur khas yang menjulang tinggi. Mereka segera diarahkan ke kastil tempat mereka mengantar keluarga bangsawan yang sebelumnya mereka kawal dari Veslandia. Malam itu, kelompok siswa diundang untuk menginap di kastil. Kamar mereka mewah, tetapi suasana terasa dingin dan asing, terutama bagi Akira dan Yusei.
Setelah makan malam yang sederhana, Kiria, yang biasanya arogan, justru memulai pembicaraan serius. Di salah satu ruangan yang hanya diisi oleh mereka berenam, Kiria menjelaskan sifat sosial di Veltora yang menjunjung tinggi sistem kasta. Rakyat jelata hampir tidak memiliki hak, sering kali menjadi korban penindasan tanpa bisa melawan.
"Kalian harus berhati-hati, terutama kau, Akira," tegas Kiria. “Di sini, rakyat jelata seperti kita dianggap hina. Apa pun yang kau lakukan bisa dianggap melawan hukum.”
Akira menunduk mendengar itu, tetapi Yusei menatap kosong ke luar jendela, tampak tenggelam dalam pikirannya.
Keesokan paginya, mereka diundang untuk menghadiri jamuan makan bersama keluarga bangsawan yang mereka antar. Ruang makan itu megah, dengan lampu gantung kristal besar di atas meja makan panjang yang dipenuhi hidangan mewah. Suasana tegang mulai terasa sejak mereka duduk. Anggota keluarga kerajaan menatap mereka dengan sorot mata tajam, seolah menilai setiap gerakan.
Kepala keluarga, seorang pria dengan wajah keras namun penuh kharisma, memulai pembicaraan.
"Jadi, kalian adalah murid-murid dari Akademi Altais yang terkenal itu?" katanya sambil mengangkat gelas anggur.
"Benar, Tuan," jawab Sai dengan tenang, mencoba menjaga sopan santun.
Satu per satu mereka memperkenalkan diri. Awalnya, hanya nama depan yang disebutkan, namun kepala keluarga menuntut lebih.
"Nama keluarga kalian? Apa kalian berasal dari keluarga terpandang di Veslandia?" tanyanya, tatapan matanya berubah tajam.
Kiria mencoba memberi isyarat agar mereka tidak menjawab, tapi tekanan dari tatapan kepala keluarga membuat mereka tak bisa menolak.
"Sai Enoki," ucap Sai.
"Yui Mizuki," lanjut Yui.
"Hiyori Mizuhara," sambung Hiyori.
Kepala keluarga tampak puas mendengar nama-nama itu, meskipun tidak ada yang terlalu istimewa. Namun ketika giliran Kiria, suasana berubah.
"Kiria Akazuchi," ucapnya dengan lantang.
Mata kepala keluarga berbinar. "Akazuchi? Bangsawan besar dari Veslandia? Luar biasa! Kehormatan bagi kami memiliki keturunan Akazuchi di meja ini."
Ketika giliran Yusei, dia menyebutkan namanya dengan nada datar.
"Yusei Shimizu."
Tiba-tiba, atmosfer menjadi dingin. Kepala keluarga menghentikan makannya sejenak, lalu menatap Yusei dengan sorot mata penuh penghinaan.
"Shimizu? Keluarga besar yang jatuh karena kebodohannya sendiri. Aku heran kau masih punya keberanian membawa nama itu ke sini," katanya dengan nada sinis.
Yusei tetap tenang, meskipun genggaman tangannya di meja semakin kuat. Namun, suasana semakin memanas ketika giliran Akira.
"Akira," ucapnya singkat.
"Dan nama keluargamu?" tanya kepala keluarga, kini dengan nada mengejek.
"Aku... tidak memiliki nama keluarga," jawab Akira dengan tegas, meski gugup.
Kepala keluarga terkekeh. "Tidak punya nama keluarga? Jadi kau hanyalah rakyat jelata? Benar-benar tidak pantas duduk di meja ini."
Anggota keluarga yang lain ikut tertawa kecil, sementara Akira tetap berusaha menjaga sikapnya. Kiria mengalihkan perhatian dengan cepat, mengubah topik pembicaraan sebelum suasana semakin buruk.
Setelah selesai jamuan, mereka berpamitan dengan keluarga kerajaan. Namun, saat meninggalkan kastil, mereka dicegat oleh beberapa pria dari keluarga bangsawan yang tadi hadir di jamuan. Mereka berdiri dengan sikap arogan, menyeringai sinis.
"Tunggu dulu," salah satu dari mereka berkata sambil melipat tangan di dada. "Kalian pikir bisa pergi begitu saja setelah membawa rakyat jelata ke kastil kami?"
Sai maju satu langkah, mencoba berbicara dengan tenang. "Kami hanya menjalankan misi dari Akademi Altais. Mohon izinkan kami pergi."
Pria itu tertawa kecil. "Akademi Altais? Hah, itu tidak berarti apa-apa di sini. Ini adalah wilayah kami, dan kami yang menentukan aturan."
"Benar," pria lain menimpali. "Tapi kami bisa membiarkan kalian pergi... jika kalian tinggalkan dua wanita ini bersama kami." Ia melirik Yui dan Hiyori dengan tatapan cabul.
Yui dan Hiyori memeluk tangan mereka sendiri, merasa jijik. Akira langsung maju dengan wajah penuh kemarahan, tetapi Sai menahannya.
"Surat misi kami dari Akademi Altais menjamin keselamatan kami di sini," kata Sai, menunjukkan surat tersebut.
Namun, para pria itu tidak mundur, hanya tersenyum sinis dan membiarkan mereka pergi. Saat kelompok siswa berjalan menjauh, mereka mulai merasakan kehadiran yang mengikuti mereka dari belakang.
Kiria, yang memahami wilayah sekitar, segera memimpin kelompok melewati jalan hutan untuk menghindari pemukiman. Mereka berlari cepat, melompati akar-akar pohon besar. Mereka segera melarikan diri ke hutan, mengikuti petunjuk Kiria untuk menghindari pemukiman. Mereka tahu bahwa melawan di dalam wilayah Veltora akan berakibat buruk. Namun, pelarian mereka tidak mudah.
Di tengah perjalanan, serangan sihir mulai menghujani mereka. Bola api, tombak es, dan ledakan petir melesat dari berbagai arah. Yusei menciptakan perisai air untuk melindungi mereka dari belakang, sementara Akira memantulkan serangan cahaya dari sisi kanan. Sai dan Kiria juga bergantian menyerang untuk membuka jalan.
"Kita harus bergerak lebih cepat!" teriak Kiria sambil memimpin di depan.
Di salah satu titik, mereka terjebak oleh serangan sihir angin yang membentuk penghalang besar. Yui menggunakan sihir petirnya untuk menghancurkan penghalang itu, sementara Hiyori membantu dengan menciptakan dinding air untuk menahan serangan yang datang dari sisi lain.
Mereka terus berlari, melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Namun, salah satu pria bangsawan berhasil mengejar mereka dan menyerang dengan pedang sihir. Duel singkat terjadi antara Kiria dan pria tersebut, hingga akhirnya Kiria berhasil memukul mundur lawannya dengan serangan petir dahsyat.
Setelah berjam-jam bertahan, mereka akhirnya mencapai kaki Gunung Eldora yang merupakan perbatasan Veltora dan Silvarea. Namun, sebelum melintasi perbatasan, Sai berhenti dan melepaskan serangan besar berupa ledakan api. Beberapa pengejar mereka terhantam serangan itu, sementara yang lainnya berhasil menghindar. Kabut asap dari kobaran api perlahan menghilang, dibalik abu yang diterbangkan oleh angin, terlihat Yusei, Akira, Kiria, Sai, Yui, dan juga Hiyori sudah berdiri dengan posisi siap untuk bertarung.
Yusei menarik pedangnya, sementara yang lain bersiap dengan elemen sihir masing-masing. "Jika mereka ingin bertarung, kita akan hadapi di sini," kata Kiria tegas.
Pertempuran pun tak terhindarkan. Siswa Akademi Altais melawan keluarga bangsawan Veltora, di bawah langit senja yang mulai gelap di perbatasan Veltora dan Silvarea, di kaki Gunung Eldora.