Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Nadlyn kembali ke kamar perawatan Samudra, sebelumnya ia mampir dulu ke kafetaria untuk membeli secangkir capucino untuk sedikit meredakan rasa peningnya.
Nadlyn melihat Cean dan Dirga yang terlihat seperti sedang bersitegang.
"Sedang apa kalian?" Tanya Nadlyn mencoba mencairkan suasana.
Nadlyn melihat tangan Dirga mengepal seolah ingin melayangkannya di wajah Cean. Dirga bukan orang yang tempramental, ia akan marah jika suatu hal memancingnya. Berbeda dengan Cean yang mudah sekali tersulut emosinya meski masalah sepele.
Nadlyn mendekat ke arah Dirga, "Ga, ada apa?" Tanya Nadlyn pada Dirga.
Dirga menghela nafas sambil memejamkan kedua matanya, ia mencoba meredam emosinya.
"Kamu dari mana?" Tanya Dirga yang malah mengalihkan pembicaraan.
"Mencari kopi." Tanya Nadlyn sambil mengangkat capucino nya.
"Padahal aku membawakannya untukmu." Dirga menunjuk arah meja yang terdapat box donat dan minumannya.
Nadlyn tersenyum. "Terimakasih, pasti aku minum juga. Aku sedang butuh banyak kopi untuk menghilangkan sakit kepalaku."
Dirga ikut tersenyum, "Ish dasar."
Mereka berdua baik Nadlyn maupun Dirga sama sekali tak menghiraukan keberadaan Ocean disana.. Sementara Ocean hatinya seperti bergemuruh dan tak rela melihat kedekatan Dirga dan Nadlyn.
Cean membuang pandangannya, ia ingin pergi meninggalkan ruangan ini namun kakinya tertahan karena enggan memberikan ruang untuk Dirga bersama Nadlyn berduaan meski ada Samudra.
Seorang dokter masuk untuk memeriksa kondisi terkini Samudra. Dokter anak terhebat yang Pras pilihkan untuk menangani cucu tersayangnya itu.
Dokter anak bernama Sasha itu tersenyum saat melihat Nadlyn, Dirga dan Cean.
"Cean, kau sudah kembali?" Tanya dokter Sasha.
Cean mengangguk. "Sudah hampir seminggu dok." Jawab Cean.
Cean memang mengenal dokter Sasha karena dokter Sasha merupakan salah satu dokter unggulan di rumah sakit milik keluarganya, bahkan dulu sewaktu Cean kecil dan sakit, dokter Sasha lah yang di percaya oleh Pras untuk menangani Cean.
Dokter Sasha mulai melihat rekam medis Samudra dan membaca hasil lab nya. "Hasilnya bagus, Samudra bisa pulang besok." Kata dokter Sasha.
"Tidak ada hal lain, dok? Dia masih mengeluh pusing di kepalanya." Kata Cean dengan detail.
"Tidak apa apa, itu wajar karena passien menghabiskan waktunya di tempat tidur. Mulai hari ini bisa di ajak keluar untuk berjalan jalan di taman rumah sakit." Jelas dokter Sasha sambil memeriksa Samudra dengan stetoskopnya.
Pergerakan dokter Sasha membuat Samudra terbangun.
"Hai, jagoan." Sapa dokter Sasha.
Samudra hanya diam karena ia mengira di suntik lagi.
Dokter Sasha selesai memeriksa Samudra dan akan meninggalkannya, "Minum obatnya ya, supaya tidak di suntik lagi." Kata dokter Sasha.
"Terimakasih dok." Ucap Cean dan dokter Sasha hanya mengangguk.
"Dokter itu tidak menyuntikku, Uncle?" Tanya Samudra.
"Tidak, dokter Sasha bilang kamu sudah sembuh."
"Hai Boy." Sapa Dirga.
Samudra melihat ke arah Dirga, "Papi kembali lagi?" Tanya Samudra dengan sedikit riang dan berusaha untuk duduk.
"Hem, Papi membawakan donat kesuakaanmu."
"Makasih, Papi.. Mulutku pahit sekali, dan aku mau makan donat itu."
Dirga nengambil satu box donat dan membukanya di depan Samudra. "Ambil dan makanlah."
Samudra mengambil satu donat dan memakannya.
"Ini enak sekali, Pi." Kata Samudra.
"Kalau begitu habiskan."
"Tidak, nanti perutku besar seperti badut." Balas Samudra dan membuat Dirga juga Nadlyn tertawa.
Sementara Cean hanya diam melihat interaksi ketiganya yang sudah menyerupai seperti keluarga kecil.
"Disini, siapa orang ketiga itu, aku atau Dirga?" Batin Cean.
Cean mencoba keluar dari kamar perawatan Samudra.
"Uncle, mau kemana?" Tanya Samudra yang ternyata peka terhadap kehadiran Cean.
Drrtt.. Drttt.
Ponsel Ocean berdering dan terlihat nama Rena menelponnya.
Mata Cean tertuju pada Samudra. "Aku angkat telpon dulu." Ucapnya.
"Jangan lama lama Uncle." Kata Samudra dan Cean hanya menanggapi dengan senyum dan anggukan kecil.
Cean keluar dan mengangkat telpon dari Rena.
"Halo..."
"Cean.. Kenapa kau tidak pernah menelponku?"
"Aku sibuk, maaf."
"Aku khawatir."
"Maafkan aku, Rena."
"Cean, apa kau jadi mengurus perceraianmu dengan Nadlyn?"
"Hem."
"Aku harap kau segera menjemputku disini setelah perceraianmu selesai."
"Hem."
Cean menutup ponselnya setelah Rena memutuskan panggilannya. Cean Memijat pangkal hidungnya dan menghela nafas seolah ingin menghempaskan kebimbangan dalam dirinya.
"Cean.." Panggil Nanda yang kebetulan akan kembali ke kamar Samudra untuk berpamitan.
"Mom."
"Mom mau ke kamar Samudra sebelum pulang. Ayo!!" Ajak Nanda.
Cean mengekori Nanda hingga kembali ke kamar perawatan Samudra.
"Sam..."
"Ya, Oma.."
"Oma pulang dulu ya, besok Oma kemari lagi." Kata Nanda.
Samudra mengangguk.
Nanda mencium puncak kepala Samudra kemudian mencium pipi Nadlyn. "Mommy pulang dulu, besok Mommy kesini lagi."
"Terimakasih, Mom." Ucap Nadlyn.
Nanda melangkah dan kembali menahan langkahnya lalu melihat ke arah Cean. "Cean, ayo." Ajak Nanda.
Cean terlihat ragu.
"Uncle, Uncle bilang mau disini menemaniku." Kata Samudra menahan Cean.
Nanda mengernyitkan dahinya. "Kau mau disini menemani Samudra?" Tanya Nanda.
Cean mengangguk samar dan membuat Dirga menajamkan tatapannya sementara Nadlyn menghela nafasnya.
"Ya sudah, kalau begitu Mommy akan pulang dengan Daddy saja." kata Nanda.
"Boy.." Panggil Dirga setelah Nanda keluar dari kamar perawatan. "Hari ini Papi mau menginap disini, biarkan Uncle pulang bersama Oma." Kata Dirga mencoba membujuk Samudra.
"Papi menginap juga saja bersama Uncle disini agar aku tidak kesepian." Jawab sam.
Dirga mengusap pelipisnya, jika sudah seperti ini Samudra sulit sekali di bujuk.
Nadlyn merasakan aura dingin dan mencekam. Sesekali kedua pria yang dulunya bersahabat dengan baik saling menatap tajam satu sama lain.
Hingga Dirga mendapatkan sebuah pesan dari Mami nya untuk segera kembali ke perusahaan.
Dirga menghela nafas, dengan berat hati ia meninggalkan Cean yang masih berada di kamar perawatan Samudra.
Dirga mendekatkan diri ke arah Samudra dan berpamitan padanya, lalu melihat ke arah Cean yang tersenyum mengejek. Cean sangat tau jika orang tua Dirga tidak akan mungkin melepaskan putra satu satunya mereka pada wanita biasa seperti Nadlyn, terlebih jika tau status Nadlyn.
Setelah Dirga meninggalkan kamar perawatan Samudra, tinggalah Cean dan Nadlyn. Nadlyn melihat Samudra yang selalu menempel pada Cean seolah mereka memiliki ikatan batin.
"Bagaimana cara memasang ini, Uncle?" Tanya Samudra.
"Begini." Cean mengambil sebuah lego milik Samudra dan merakitkannya.
"Kamu suka sekali lego?" Tanya Cean.
Samudra mengangguk, "Papi Dirga sering memberikanku lego, kata Papi lego dapat mengasah motorikku."
Ada perasaan nyeri di hati Cean mendengar Samudra, betapa besarnya perhatian Dirga pada Samudra hingga dalam hal memilih mainan pun Dirga sangat detail.
"Kamu suka mewarnai?" Tanya Cean.
Samudra tampak berpikir, tak lama kemudian Samudra mengangguk dan hal itu membuat mata Cean berbinar, "Aku akan memberikanmu alat mewarnai terbaik yang bagus sekali."
Samudra tersenyum, "Terimakasih Uncle."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ada dokter Sasha disini, dokter berhati lembut sekaligus ibu yg hebat untuk anak2nya yang ada di novelku berjudul MENIKAH DENGAN KAKAK SAHABATKU.
Ada yang sudah baca? Yang belum baca, coba mampir ya, cerita awalnya menguras emosi dan di akhir bikin senyum2 meleleh.
Dirga ingin tahu siapa ayah kandungnya,