Perjalanan Cinta Alwi yang harus terhalang oleh restu dari orang tua Bunga yang merupakan anak dari pensiunan tentara.
Semenjak ayahnya meninggal, Kehidupan Alwi sangat penuh dengan ujian karena dia harus merawat ibunya yang sedang dalam keadaan sakit dan harus berobat jalan. Dia tak bisa melanjutkan kuliah karena biaya.
Alwi hanya bekerja sebagai seorang office boy di salah satu kantor.
Dia harus bisa mencari uang untuk kehidupannya sehari-hari, biaya berobat ibunya, dan juga menabung untuk mimpi pernikahannya dengan Bunga..
Dibalik susahnya Alwi, ada sosok perempuan cantik bernama Salma yang setiap hari mengurus Ibu Alwi yang sedang sakit dengan sangat tulus, hingga suatu hari ibunya ingin sekali Alwi mempunyai perasaan kepada Salma karena ibu nya tau kisah cinta Alwi dan Bunga takkan bisa di satukan.
Apakah Alwi akan memiliki Bunga yang dia anggap sebagai cinta sejati ?, atau Salma yang semakin hari semakin menunjukkan ketulusan cintanya.
mari ikuti kisahnya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Perlahan Kembali
Saat malam tiba, Alwi dan Bunga bersiap untuk makan malam.
Alwi yang sudah di dalam mobil sambil mengelap dasbor menunggu Bunga yang akan di antar sampai Mobil oleh ibunya.
Saat Bunga sampai dan duduk di dalam mobil, Alwi sedikit pangling, karena Bunga terlihat cantik seperti Bunga yang dulu Alwi kenal. Alwi pun sampai sedikit grogi ketika akan menyalakan mobil.
Di sini mereka hanya pergi berdua, sementara ibunya menunggu di rumah.
"Kamu kenapa?"
Tanya Bunga yang melihat Alwi terus menatapnya sambil sedikit salah tingkah.
"Enggak aku nggak papa."
Jawab Alwi yang kini sudah bisa menyalakan mobilnya.
"Aku jelek ya? Hmm."
Bunga sedikit cemberut.
"Kata siapa? Kamu cantik banget Bunga malam ini."
"Beneran?"
"Iya Bunga beneran. Makanya aku sedikit pangling."
Jawab Alwi dengan senyuman hangat kepada Bunga.
"Hmm makasih ya."
"Iya Bunga. Kita berangkat ya!"
"Iya Wi."
"Oh iya, sekarang aku mau test kamu apa kamu masih ingat tempat nasi goreng yang dulu kita sering beli."
"Hmm. Memang masih ada tempatnya?"
"Nggak tahu sih, ya mudah-mudahan aja masih ada."
"Yaudah, tapi kalau aku lupa kamu jangan marah ya!"
"Mana mungkin aku marah sama kamu, aku kan melakukan ini demi kamu juga agar kamu seperti dulu lagi seperti Bunga yang aku kenal dulu. Kamu selalu semangat ya Bunga!"
"Iya, aku semangat ko."
Jawab Bunga dengan senyuman manis yang mulai terlihat seperti senyuman Bunga yang dulu.
Mereka pun jalan meninggalkan rumah.
Di perjalanan, Alwi sempat menceritakan beberapa hal kepada Bunga.
"Bunga?"
"Iya apa?"
"Kamu lihat deh ada pasangan yang sedang berdua di halte Bus sana!"
"Oh iya aku lihat, kamu kenal sama mereka?"
"Nggak kenal sih, Kamu inget nggak dulu kita itu pertama kali ketemu di tempat seperti itu. Di halte bus yang waktu itu aku kehujanan dan numpang berteduh karena hujan."
"Hmm. Bentar bentar aku lupa deh kayanya."
"Yaudah nggak papa, kamu harus tahu dulu itu kamu lagi sendirian di halte, waktu aku tanya mau pulang ke arah mana eh ternyata arah rumah kita searah."
"Oh ya, terus terus?"
"Nah akhirnya kita berdua ngobrol di halte itu sampai tak terasa sampai hujan pun berhenti. Eh tahu-tahu akhirnya kamu mau aku ajak pulang bareng pakai motor."
"Ah masa?"
"Iya beneran. Kamu malam itu cantik banget. sama kaya malam ini sih cantiknya."
"Hmm bohong ah."
"Beneran, masa kamu nggak inget sih?"
"Em, Nggak tahu kenapa yang aku selalu inget itu waktu bantu dorong motor kamu terus."
"Kamu udah bisa ngeledek ya sekarang."
"Ih beneran tau. Tiap aku merem pasti inget nya itu."
"Hmm. Kamu mau dorong motor kaya gitu lagi ya?"
"Ih enggak enggak mau, capek tau udah gitu upahnya kalo nggak coklat ya lollipop hmmmm."
"Hmm. Tapi nggak papa sedikit-sedikit ternyata kamu bisa inget. Aku seneng deh."
"Maafin aku ya Wi, aku jadi gini."
"Iya nggak papa, semua butuh proses. Semangat terus ya!"
Ucap Alwi sambil memegang tangan Bunga sambil tersenyum.
"Iya aku semangat ko suamiku."
Sampai akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Ternyata Bunga masih ingat akan tempat tersebut. Penjual nasi goreng itu pun masih berjualan di tempat itu.
Di sini Alwi sangat bahagia sekali sampai-sampai dia memeluk Bunga dengan tidak sadar di dalam mobil.
Ingatan Bunga kembali lagi di sini. Dia sempat melamun ketika Alwi peluk, dia merasakan perasaan bahagia itu mulai hadir lagi di tempat ini.
Alwi sempat melepaskan pelukannya karena mungkin dia sangat reflek dan tak sadar sudah memeluk Bunga.
"Em, maaf ya Bunga aku reflek."
"Hmm. Kamu seneng banget Wi?"
Bunga bertanya sambil terus berfikir mengingat semuanya.
"Em, maaf Bunga. Aku seneng aja ternyata kamu masih ingat tempat ini."
"Hmm. Maafin aku ya Wi jadi kaya gini, kamu pasti sedih lihat aku jadi gini?"
"Kamu nggak salah ngapain harus minta maaf, udah ya malam ini aku seneng banget pokoknya. Sekarang kita turun terus kita makan nasi goreng kambing yang dulu kita sama-sama suka. Yah!"
"Hmm.. Iya ayo!"
Bunga hanya bisa tersenyum walaupun pikirannya terus mengingat momen-momen bersama Alwi di tempat makan ini.
Alwi pun memesankan dua porsi nasi goreng kepada penjualnya. Tapi setelah Alwi memesan dan duduk di kursi makan, dia sempat di tegur oleh penjualnya yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Ini mas dan mbak yang dulu sering ke sini kan hampir tiap malam?"
Alwi sedikit heran ternyata penjualnya ini masih mengingat mereka berdua.
"Hmm iya Mas, ternyata mas masih ingat saja ya."
Jawab Alwi sambil tersenyum.
"Inget dong, kalian sudah menikah?"
"Em, sudah mas kami baru menikah hari ini."
Jawab Alwi dengan sangat tegas.
"Ya Allah, selamat ya, semoga langgeng ya buat kalian."
"Iya makasih ya mas."
Alwi kembali menjawab, sedangkan Bunga hanya bengong sambil melihat-lihat tempat sekitar.
"Mbak, mbak ko nggak bilang sayurannya di banyakin sekarang?"
Tanya penjual kepada Bunga.
"Bunga sayang, kamu di tanya itu. Kamu lagi nyari apa sih?"
Bunga hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Mbaknya kenapa mas?"
Tanya penjual yang sepertinya sudah paham akan keadaan Bunga saat ini.
"Maaf ya mas mungkin istri saya sedikit capek, Bunga sayang kamu di tanya sama mas nya hei!"
Alwi mengusap pundak Bunga yang masih menengok kesana kemari.
"Oh iya, aku ingat!. Jangan lupa sayurannya di banyakin, tapi sawi saja nggak usah pakai kol. Aku ingat Wi!"
Tiba-tiba saja Bunga menjawab dengan semangat sambil mengangkat jari telunjuk.
"Alhamdulillah."
Ucap Alwi sambil tersenyum ke arah Bunga.
"Maaf ya Mas istri saya sedang dalam masa penyembuhan. Jadi mohon di maklum."
Alwi berbicara kepada penjual karena sepertinya dia sangat kebingungan dengan keadaan Bunga.
"Oh iya nggak papa. Semoga mbaknya cepat sembuh ya biar seperti dulu lagi."
Ucap penjual nasi tersebut dan langsung membuatkan dua porsi nasi goreng.
Akhirnya mereka pun makan setelah nasi goreng di sediakan.
Bunga sangat lahap sekali dan keadaannya kini semakin ceria. Bunga yang dulu perlahan kembali, bahkan tatapan kosongnya lama-lama sedikit menghilang.
Alwi hanya bisa tersenyum bahagia melihat Bunga yang perlahan sudah kembali lagi.
"Makan yang banyak ya sayang. Kamu harus Sehat terus!"
Alwi berkata sambil mengusap punggung Bunga.
"Iya, terima kasih ya suamiku."
"Iya istriku sama-sama."
Alwi sempat meneteskan air mata setelah berkata istriku kepada Bunga, karena dia jadi teringat Salma yang jauh di sana.
Walau bagaimanapun Alwi sangat merindukan Salma, Istri yang sangat dia cintai tapi Alwi harus menduakan nya karena keadaan yang seperti ini.
"Wi kok kamu nangis?"
Ucap Bunga sambil mengusap air mata Alwi."
"Nggak papa sayang, aku seneng aja melihat kamu sebahagia ini."
"Hmm. Jangan nangis dong, kalau bahagia senyum jangan nangis."
"Iya iya maaf ya, yaudah lanjut makannya."
Alwi mencoba menahan air matanya di hadapan Bunga, dan mencoba fokus terhadap Bunga saat ini walau bayang-bayang Salma susah hilang dari pikirannya.
mungkinkah aku meminta,,
kisah kita selamanya,,,
tak terlintas dalam benakku, bila hariku tanpamu,,
Sabar ya Wi, semua itu ujian
aku mampir Thor, semangat🔥
kenalin aku author baru nih🤗
/Smug/