Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Kota C
Setelah terbangun dari tidurnya, Emran mengusir Perawat Aan dari rumahnya. Emran kembali mengamuk. Emran tidak terima ditolak oleh Hani. Emran akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Hani. Emran melempar gelas ke salah satu bingkai foto Hani yang terpajang indah di dalam kamarnya. Bingkai foto itu jatuh dan pecah.
CRAAAAANG!
Emran menginjak-injak foto Hani yang ada di lantai kamar. Tidak peduli dengan pecahan kaca yang menancap di kakinya. Foto Hani dipenuhi darah kaki Emran yang terluka. Emran sama sekali tidak merasakan sakit di kakinya.
"Kamu tidak akan bahagia karena sudah menolak ku Hani!" Emran menangis, rasanya sangat sesak dan sakit. Sedih, amarah, kecewa jadi satu.
Langit mulai berwarna jingga, matahari masuk ke dalam cakrawala dan cahaya aram benar-benar menghilang. Sekelebat bayangan hitam mondar-mandir di balik jendela kamar Emran. Emran menyadari itu. Emran melihat bayangan hitam yang menyerupai tubuh manusia.
"Siapa lu? Gue gak takut? Keluar lu!" tantang Emran.
Bayangan itu perlahan masuk menembus dinding kamar Emran. Bayangan itu berubah menjadi sosok manusia.
"Siapa lu?" Emran dengan tatapan penuh waspada.
"Gue sama seperti lu. Gue korban cinta Hani. Gue dicampakkan oleh Hani. Begitu mudahnya Hani ninggalin gue, dia dekat dengan banyak cowok. Dia gak mikirin perasaan gue."
"Lu ini setan apa manusia?" Emran melihat orang yang ada di depannya ini melayang di udara.
"Gue adalah arwah penasaran. Gue masih gak terima Hani lupain gue. Gue mau bawa Hani ke alam gue!"
"Jangan, Hani harus jadi milik gue!"
"Baiklah, Hani akan tetap jadi milik lu. Asalkan lu mau bekerja sama dengan gue."
"Kerja sama seperti apa?" Emran mengerutkan keningnya.
"Izinkan gue pinjem tubuh lu untuk menyingkirkan semua cowok yang dekat dengan Hani. Dan lu boleh memiliki Hani."
"Kalo gue menolak?"
"Lu akan kehilangan Hani untuk selama-lamanya," orang itu membelakangi Emran.
Emran diam dan berpikir. Saat ini Emran memiliki banyak saingan. Banyak yang menyukai Hani selain dirinya. Emran tidak mungkin bisa menyingkirkan saingan cintanya sendiri. Dia memerlukan kekuatan ghaib untuk mendapatkan Hani.
"Ok, gue setuju. Bagaimana caranya gue manggil lu jika gue perlu?" tanya Emran.
"Panggil nama gue, Arash," Arash tersenyum menyeringai dan menghilang dari pandangan.
Emran mengambil foto Hani yang sudah berlumuran darah.
"Hani, gue gak akan lepasin lu. Begitu mudahnya lu melupakan kisah cinta kita. Besok ultah lu, tunggu kejutan dari gue," Emran mencium foto Hani.
...----------------...
Zaki mendapatkan kabar dari anak buahnya yang ada di Kota C, bahwa istrinya masuk rumah sakit. Zaki, Hani memutuskan untuk pulang ke Kota C. Mereka ke Kota C menggunakan pesawat pribadi Valdi, Valdi pun ikut bersama mereka.
Tibalah mereka di Kota C malam itu juga. Mereka langsung menuju rumah Zaki. Rizal, Eva dan juga Fani terperanjat melihat Hani yang ada di samping Zaki.
"Hani, kamu masih hidup," Eva memeluk Hani.
"Hani, maafin Om dan Tante. Memang sudah takdirnya Eky meninggal. Maafin Om dan Tante sayang. Maaf," Rizal berlutut di hadapan Hani.
"Om, Tan, jangan begini. Hani juga minta maaf," Hani membantu Rizal berdiri.
Zaki dan Hani menghampiri Alza yang terbaring lemah di kamarnya.
Alza menangis, Alza meminta maaf kepada Zaki. Alza meminta Zaki agar kumpul lagi bersama mereka. Cukup dalam setahun Alza menjalani hukuman yang diberikan Zaki untuknya. Alza juga tidak henti-hentinya menangis memeluk Hani. Alza menyesali perbuatannya kepada Hani. Alza sama sekali tidak menyalahkan Hani atas meninggalnya Dani. Mereka semua larut dalam penyesalan dan kesedihan.
Di ruang tamu, Fani berkenalan dengan Valdi. Fani menanyakan keberadaan Hani selama setahun ini. Valdi meminta Fani menanyakan langsung kepada Om Zaki. Karena Valdi tidak ingin masuk ke dalam masalah keluarga mereka. Fani juga menanyakan hubungan Valdi dengan Hani. Valdi pun tidak menjawab.
"Kamu tau, Hani itu pembawa sial. Karena dia, Eky sepupu kami dan Dani adikku meninggal. Dia juga menyebabkan pertunangan ku batal."
"Benarkah? Ada ya orang seperti itu?" Valdi sedikit menjauh dari Fani.
"Iya, sebaiknya kamu juga menjauh dari Hani," Fani menunjukkan ketertarikannya kepada Valdi.
Valdi merasa tidak nyaman. Valdi masuk ke dalam kamar Alza dan berkumpul dengan keluarga Zaki. Valdi memperkenalkan dirinya. Valdi disambut hangat di sana. Valdi mendoakan kesembuhan Alza. Valdi dengan cepat akrab dengan keluarga Hani.
Hani mengajak Valdi berkeliling Kota C menggunakan mobilnya. Dari balik kaca spion Valdi melihat Fani dengan tatapan sinis melihat ke arah mobil mereka. Fani terlihat menghubungi seseorang. Valdi yakin, Fani masih tidak terima putusnya pertunangannya dan terus menyalahkan Hani.
"Lu gak akan bahagia Hani. Gara-gara Lu, gak ada yang mau deketin gue lagi. Mereka takut akan terbawa sial. Lu gak ngerasain bagaimana digosipin orang. Lu sengaja kan pamer kemesraan bersama Valdi? Gue gak terima!" Fani mengepalkan tangannya sembari menatap kepergian Hani dan Valdi.
Hani dan Valdi berkeliling kota, mereka makan angkringan di pinggir jalan. Waktu hampir menunjukkan jam 9 malam. Suasana kota masih sangat ramai. Mereka berdua duduk di kursi taman sambil menikmati jajanan malam. Valdi mengeluarkan sesuatu dari balik kantong jaketnya.
"Hani, besok kan hari ulang tahun mu. Aku ingin menjadi orang pertama yang memberikan kado untuk mu. Selamat ulang tahun Hani,"
"Kok Kak Valdi bisa tau ultah ku?" Hani mengambil kado yang diberikan Valdi. Hani begitu kegirangan mendapatkan kejutan.
"Om Zaki kemarin bilang. Buka kadonya."
Hani dengan semangat 45 membuka kado berbentuk persegi panjang dari Valdi. Ternyata isinya sebuah jam tangan. Valdi memakaikan jam tangan itu ke tangan kiri Hani. Hani melirik dan menunjuk ke tangan kiri Valdi.
"Lho, jam kita couple ya?"
"Iya, kamu tau artinya apa?" tanya Valdi.
"Hmmm, biasanya sih ya, sepasang kekasih yang make barang couple. Tunggu, apa ini ...." Hani menatap malu-malu Valdi yang terlihat semakin ganteng malam ini.
"Hani, sejak pertama kali kita bertemu aku menyukaimu. Dalam setahun ini aku yakin sudah jatuh cinta padamu. Aku ingin menjadi orang yang selalu ada untukmu."
Valdi meraih tangan Hani dan menggenggamnya.
"Jangan jawab sekarang. Aku selalu menunggumu," Valdi mencium punggung tangan Hani.
Tiba-tiba saja angin bertiup sangat kencang. Pasir dan debu bertebaran dimana-mana. Hani menutup matanya karena matanya kemasukan debu. Orang-orang berlarian karena angin semakin kencang bertiup. Payung dan tenda pedagang angkringan berterbangan.
Valdi perlahan menarik Hani untuk meninggalkan taman. Petir mulai menyambar dahan pohon dengan ganasnya. Dahan itu jatuh hampir mengenai tubuh Hani. Valdi berhasil menarik Hani dalam pelukannya.
Dan lagi-lagi pasir tebal dan angin kencang berputar-putar. Dari balik angin kencang itu keluar sosok hitam dengan tangannya yang panjang mencekik leher Valdi.
"AAAAGGGGHHHHHH!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...