Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbuat Kasar
Syena mendekati Fian yang masih santai tiduran di atas kasur, dia mendengar perkataan Fian pada Naima barusan.
"Fian, sebenarnya ada apa antara kamu dan Naima? Kenapa kamu begitu kasar padanya?" Fian hanya tersenyum pada Syena, dengan melihat wajah Syena saja sudah membuat hatinya yang tadi dipenuhi amarah langsung tenang.
"Jangan bahas Naima lagi ya, aku sedang tidak ingin membahas dia, aku masih ingin bermanja denganmu di sini." Fian memeluk Syena dengan manja, hari ini Syena tidak ada jadwal di rumah sakit, jadi seharian ini dia akan menghabiskan waktu di rumah bersama dengan Fian dan Azad.
Fian menciumi perut istrinya itu, dua bulan lagi Syena akan melahirkan anak keduanya dengan Fian.
"Kamu sedang ngidam apa?"
"Tidak ada."
"Atau kamu mau aku buat kan apa? Aku akan melayanimu hari ini." Ujar Fian sambil mengusap lembut perut Syena.
"Terserah saja, apapun yang kamu buat pasti aku makan." Fian tersenyum, dia lalu mengajak anak dalam perut Syena bicara, Fian tampak bahagia ketika ada gerakan kuat dari perut Syena yang menandakan kalau anak dalam kandungan istrinya itu merespon perkataannya.
"Jangan kuat-kuat nendangnya sayang, nanti umma kamu malah kesakitan, kan kasian." Ujar Fian sambil terus mengusap perut Syena.
Syena hanya tersenyum melihat interaksi antara calon anak dan suaminya itu.
"Aku benar-benar bahagia Fian, di kehamilan ini, kamu selalu mendampingiku, terima kasih ya."
"Sayang, jika aku tau kamu hamil saat itu, aku pasti tidak akan menyia-nyiakan mu, aku tidak akan membiarkan kamu menghadapi kehamilanmu sendiri."
"Maafkan aku yang sudah menyembunyikan hal ini darimu."
"Syena, aku ingin mengenalkanmu pada keluarga besarku, aku ingin Azad mengetahui keluargaku."
"Suatu saat nanti saja, untuk saat ini biarkan seperti ini dulu ya."
"Baiklah, aku akan menunggu kesiapanmu."
Fian benar-benar menghabiskan waktunya bersama Syena dan Azad, mereka bermain, tertawa, berenang, jalan-jalan dan banyak hal lagi yang mereka lakukan bersama.
"Aku sangat bahagia Fian, aku mencintaimu." Syena memeluk dengan manja suaminya itu.
"Aku juga sayang." Fian menghapus jarak antara dirinya dan Syena, dia memagut dan melumat bibir ranum Syena dengan mesra.
...***...
Ayyas sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak menyangka kalau Naima benar-benar tidak ingin bertemu dengan dirinya.
"Dokter Syena, cerah sekali anda hari ini." Sapa Ayyas pada Syena, mereka bekerja di rumah sakit yang sama.
"Dokter Ayyas, ya begitulah."
"Bagaimana keadaan Azad? Apa dia baik-baik saja? Kenapa dia tidak ikut?"
"Alhamdulillah dia baik dok, biasanya dia akan ikut denganku tapi karena ayahnya di rumah jadi dia tidak mau ikut."
"Selamat atas pernikahanmu ya Syena, saya ikut bahagia mendengarnya."
"Terima kasih Ayyas."
"Aku tidak menyangka kalau suamimu adalah pria yang membuat lamaranku padamu ditolak." Syena tertawa, dia merasa tidak enak hati pada Ayyas karena sudah menolak lamaran Ayyas waktu itu.
Ya, setelah putus dari Naima, Ayyas melamar Syena sesuai dengan keinginan kedua orang tua Ayyas, ditambah lagi Ayyas memang sangat mencintai Syena waktu itu.
Tak lama Ayyas mendengar berita miring mengenai Syena, bahwa gadis yang dia cintai ternyata sedang hamil, padahal dia tahu kalau Syena belum menikah dengan siapapun. Saat itu Ayyas menawarkan dirinya untuk menikahi Syena dan berjanji akan merawat anak Syena dengan baik. Tapi lagi-lagi Syena menolaknya, hingga saat ini, Ayyas belum menikah yang sebenarnya bukanlah karena Naima, tapi karena dia masih mencintai Syena.
Saat melihat Naima di mall bersama dengan anak-anaknya, hal itu mengingatkan Ayyas kepada Syena. Karena selama Syena hamil dan Azad berusia satu tahun, Ayyas lah yang selalu menjaga Syena.
"Aku begitu merindukan Azad Syena, apa aku bisa bertemu dengannya?"
"Ya, insyaAllah besok aku akan membawa Azad ke sini, dia juga pasti akan sangat bahagia bisa bertemu denganmu."
"Oh iya, aku sudah mendengar dari Abrar mengenai dirimu, ternyata berita mengenai kamu hamil diluar nikah itu adalah bohong, sedari awal aku memang sudah menduga kalau dirimu wanita baik Syena, kamu tidak mungkin melakukan hal serendah itu."
"Namanya juga hidup Ayyas, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita, semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah, kita hanya menjalaninya saja."
"Ini yang sangat aku sukai darimu Syena."
Sore menjelang, Syena dijemput oleh Fian yang sudah menantinya di parkiran. Syena berjalan mendekati suami tampannya yang sedang menunggu di depan mobil sambil menggendong Azad.
"Ummaa." Teriak Azad dengan antusias saat melihat Syena. Syena melambaikan tangannya pada Fian dan Azad, sudah satu minggu ini Fian bersama Syena dan sudah satu minggu pula Fian tidak pulang ke rumah Naima.
"Syena." Syena menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk menatap Ayyas yang tengah memanggilnya.
"Iya, ada apa Ayyas?"
"Aku ingin mengajakmu pulang bersama."
"Maaf Ayyas, suamiku sudah datang menjemput, itu dia dengan Azad." Ayyas membawa pandangannya pada Fian dan Azad, Fian begitu benci ketika ada pria lain yang mencoba untuk mendekati istrinya.
"Mari aku kenalkan dengan suamiku." Ayyas mengikuti langkah Syena, mereka jalan beriringan mendekati Azad dan Fian.
"Uncle Ayyas." Panggil Azad, dia berontak untuk minta turun pada Fian, setelah turun, Azad langsung berlari memeluk kaki Ayyas, pria itu menggendong Azad dan mencium pipi Azad dengan gemas.
"Ayyas?" Lirih Fian, dia menatap Ayyas dengan tatapan tajam dan wajah yang tidak bersahabat.
"Wah sudah besar saja kamu ya, biasanya uncle akan menggendongmu dengan sebelah tangan, tapi sekarang harus menggunakan dua tangan." Azad memeluk Ayyas dan tertawa.
"Ini suamiku, Fian Aznand." Ayyas mengulurkan tangannya pada Fian namun tidak disambut oleh Fian.
"Fian, dia Ayyas, temanku." Syena mengisyaratkan Fian agar bersikap ramah pada Ayyas. Fian menyambut ukuran tangan Ayyas dan sedikit tersenyum.
"Tampaknya kau sangat akrab dengan anak dan istriku." Ujar Fian dengan nada tak suka.
"Ya jelas, karena sebelum kau hadir dalam hidup Syena, aku yang lebih dulu mengenal dan menjaganya." Jawab Ayyas dengan santai.
Syena dapat melihat kalau kedua pria itu saling menatap tidak suka.
"Kalau begitu kami pulang dulu ya Ayyas." Ujar Syena.
"Aku mau ikut uncle Ayyas ya umma."
"Tidak, ayo kita pulang Azad." Fian menarik tangan Azad namun Azad tidak ingin melepaskan dirinya dari Ayyas.
"Tidak mau, Azad mau ikut uncle."
"Biarkan saja dia ikut denganku, besok aku akan mengantarkannya pada kalian, kalian bersenang-senanglah berdua." Ayyas membawa Azad menuju mobilnya, Fian sekarang sedang menahan emosi dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Masuk." Titah Fian pada Syena, wanita itu menurut dan masuk ke dalam mobil, selama di perjalanan, Fian tidak bicara apapun hingga sampai di rumah.
"Jadi itu Ayyas, dia mendekati kedua istriku ternyata, dasar sialan." Umpat Fian yang baru saja memasuki kamarnya.
Syena masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar, dia mendekati Fian yang saat ini tengah diliputi oleh emosi.
"Fian." Fian menepis kasar tangan Syena yang memegangi pundaknya.
"Apa hubunganmu dengan pria itu hah?" Tanya Fian sambil mencekal lengan Syena.
"Aduh, sakit Fian."
"Jawab aku Syena." Bentak Fian.
"Dia dulu pernah melamarku, tapi aku menolaknya karena aku tidak mencintainya. Saat aku hamil dan diusir oleh kedua orang tua ku, dia yang menjagaku Fian, sampai Azad berusia 1 tahun, itu kenapa Azad dekat dengannya." Jelas Syena.
Bukan main lagi amarah Fian, dia melayangkan tamparan kuat ke wajah Syena, bukan hanya sekali namun berkali-kali hingga wajah putih Syena merah dan bibirnya pecah.
"Jangan bilang kalau kau dan dia sering berbagi ranjang."
"Ya Allah Fian, aku tidak sehina itu."
"Siapa yang tahu, kalian bisa saja berbuat gila kan."
"Aku tidak begitu Fian, aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya, dia murni menjagaku tanpa pernah menyentuhku."
"Alaah, persetan dengan alasanmu, dengar Syena, jika sampai aku melihat kau dan dia bersama atau akur seperti tadi, aku tidak akan segan untuk membunuhmu." Fian mendorong tubuh Syena ke atas kasur, Syena memegangi perutnya yang terasa sedikit ngilu.
Syena terisak, dia tidak menyangka kalau Fian tega memperlakukan dia seperti itu, kedua pipinya terasa perih dan panas, perutnya juga sakit. Fian tersadar dengan apa yang telah dia perbuat pada Syena, dia mendekati Syena dan berusaha memeluk istrinya itu.
"Mau apa kamu?" Tanya Syena sambil menjauh dari Fian, dia takut kalau Fian akan berbuat kasar lagi.
"Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud menyakiti kamu." Sesal Fian ketika melihat wajah Syena yang memar.
"Sudahlah Fian, aku mau mandi dan ganti baju."
"Kita mandi bersama ya." Syena melihat aneh pada Fian, tadi pria itu baru saja marah-marah dan sekarang malah baik kembali seolah tidak terjadi apapun.
"Kau ini kenapa?" Tanya Syena dengan nada takut.
"Maafkan aku Syena, aku sudah menyakitimu, aku cemburu dengan Ayyas, aku tidak suka jika istriku dekat dengan pria lain, aku tidak suka Syena." Syena memejamkan matanya, dia mengerti kalau saat ini Fian sedang cemburu.
"Sudahlah, ayo mandi, maafkan aku ya, aku janji tidak akan sedekat itu lagi dengan Ayyas, maafkan aku ya." Syena membalas pelukan suaminya, Fian memeluk Syena dan mengusap wajah istrinya.
"Aku mencintaimu Syena, aku sangat mencintaimu, aku tidak rela jika ada pria lain yang mencintai dirimu juga."
"Iya aku mengerti, lebih baik sekarang kita mandi agar pikiran kita lebih jernih." Ajak Syena.
"Kamu mau memaafkan aku bukan?" Syena mengangguk dan tersenyum.
"Iya sayang."
"Aku akan mengobati luka di wajahmu, maafkan aku ya."
"Iya sudahlah, aku mengerti dengan tindakanmu tadi, kalau aku jadi kamu, mungkin aku akan berbuat hal yang sama." Syena mencoba untuk memahami diri Fian, dia tidak marah ataupun benci pada suaminya itu, karena memang pada dasarnya, Syena sangat mencintai Fian, Fian adalah cinta pertamanya.
"Jangan tinggalkan aku Syena." Fian mencium lembut bibir Syena sebelum akhirnya mereka mandi bersama.
...***...