Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 031 Day 5
Tak ada seorang ibu yang benar-benar merelakan anaknya untuk pergi jauh dari sisinya. Ikatan batin antara ibu dan anak memang sangat kuat.
Begitupun sebaliknya , sebagai seorang anak perempuan ia pun merasa berat sekali untuk meninggalkan ibunya tercinta. Namun dunia pekerjaan yang ia jalani memang sama-sama penting dan tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.
Aera menutup koper dengan sempurna. Semua perlengkapan yang semula ia bawa , sudah ia kemas kembali dengan rapi tak tertinggal satu pun.
Tak ketinggalan , di lantai bawah sana sudah terpacking rapi semua oleh-oleh yang kemarin ia beli. Ia berharap semua akan menyukai apa yang ia bawa.
"Nak , kita makan siang dulu yuk. Udah ibu siapkan di ruang makan." ucap ibu Hanum yang baru muncul dan berdiri di ambang pintu.
"Oh iya Bu , aku akan turun sebentar lagi." ucap Aera dengan tersenyum.
"Udah selesai packing nya ?" ucap ibu Hanum yang kemudian masuk ke dalam kamar. Ia menghampiri putrinya yang masih duduk di lantai.
"Iya Bu udah selesai ini." ucap Aera.
"Aera... Ibu tuh sebenernya masih kangen sama kamu nak." ucap ibu Hanum sembari duduk di samping Aera .
"Ibu , ibu tenang aja. Aera akan sering-sering pulang kok." ucap Aera dengan tersenyum sembari memeluk ibunya.
"Kamu harus janji sama ibu , kamu akan selalu baik-baik aja selama disana. Jaga diri kamu dengan baik dan benar ya." ucap ibu Hanum dengan mengelus kepala Aera dengan lembut.
"Aera janji ibu. Aera pasti akan baik-baik aja. Aku nggak bakal bikin ibu sedih atau bahkan sampai kecewa." ucap Aera dengan memeluk ibunya.
"Kamu adalah anak perempuan ibu satu-satunya. Ibu selalu mendoakan kamu untuk yang terbaik." ucap ibu Hanum dengan tersenyum.
"Makasih banyak ya Bu , aku sayang banget sama ibu." ucap Aera dengan tersenyum sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh ibunya itu.
"Ibu juga sayang banget sama kamu nak." ucap ibu Hanum dengan mencium kening putrinya itu dengan penuh rasa sayang.
"Kalau emang udah selesai packing , ya udah ayo kita turun sekarang. Kita makan siang dulu , nanti mau berangkat jam berapa?" ucap ibu Hanum.
"Nanti berangkat jam satu aja Bu , takutnya macet di jalan soalnya ini kan weekend. Pasti jalanan ramai deh." ucap Aera sembari melepaskan pelukannya dari tubuh ibunya.
"Iya ayo Bu kita makan dulu." ucap Aera sembari menggandeng lengan sang ibu untuk berdiri secara bersamaan.
"Ayah sama adikmu udah makan duluan tadi." ucap ibu Hanum yang kemudian melangkah bersama keluar dari kamar Aera .
"Apa ayah nanti ikut anterin aku ke bandara bu?" ucap Aera.
"Iya sayang , semua nanti akan antar kamu ke bandara." ucap ibu Hanum.
Aera amat sangat bersyukur dengan keluarga yang ia miliki saat ini. Kehangatan itu benar-benar ia rasakan selama berada di rumah. Kebahagiaan seperti inilah yang terkadang membuatnya selalu rindu kepada rumah.
Sesi makan siang telah usai. Kini waktu sudah hampir menunjukkan pukul setengah satu , yang itu artinya ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
Aera masuk ke dalam kamar mandi dan menjalani ritual mandinya terlebih dahulu. Gerah sekali rasanya siang hari ini.
Dress tanpa lengan dengan panjang dibawah lutut itu di padukan dengan jaket Hoodie untuk menutupi kulitnya yang mulus.
"Za , Rezza ! Bantuin mbak dong Za." ucap Aera dari lantai atas memanggil adiknya yang sedang duduk di ruang tamu bersama ayah serta ibunya.
"Apaan ?" ucap Rezza sembari lekas berdiri.
"Bawain koper mbak turun dong. Berat." ucap Aera pada Rezza yang kini sudah mulai menaiki anak tangga.
"Mana kopernya mbak ?" ucap Rezza setelah sampai di atas.
"Itu di dalam." ucap Aera sembari menunjuk kedalam kamar dimana koper itu terletak.
"Udah semua nih , yakin nggak ada yang ketinggalan ?" ucap Rezza .
"Udah kok Za. Udah beres itu. Ayo kita turun." ucap Aera dengan tersenyum.
"Oke. Ayo." ucap Rezza yang kemudian melangkah keluar dari dalam kamar sembari membawa koper itu.
Aera berhenti sejenak di dalam kamar. Ia menatap seluruh ruangan itu dan tersenyum setelahnya. Ia pasti akan merindukan ruangan ini nantinya.
Sesaat kemudian , Aera di kejutkan oleh bunyi ponselnya yang tiba-tiba berdering. Ia pun membuka tasnya dan mengambil ponselnya.
Aera tersenyum melihat siapa yang menelponnya. Ia pun langsung menjawabnya.
"Iya halo ..." ucap Aera.
"Kamu nanti jadi terbang jam tiga kan?" ucap Derry.
"Iya dong jadi , ini aku udah mau berangkat ke bandara." ucap Aera.
"Aku akan jemput kamu sayang." ucap Derry yang membuat Aera tersenyum.
"Iya boleh , makasih ya. Ya udah kalau gitu aku turun dulu ya , udah pada nungguin aku dibawah. Ayah ibu sama adikku mau nganterin aku ke bandara." ucap Aera.
"Iya udah kamu hati-hati di jalan ya. Sampai jumpa nanti sayang." ucap Derry.
"Iya sayang." ucap Aera yang kemudian langsung memutus pembicaraan lewat telepon itu.
Entah kenapa , mulutnya reflek sekali mengucapkan kata-kata sayang. Padahal ia belum pernah mengucapkan sayang sebelumnya. Alhasil , malu sekali ia.
Aera pun memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Ia segera keluar dari kamar dan menutup pintunya.
Di ruang tamu , ayah ibu dan adiknya sudah menunggu. Aera menghampirinya dan melirik jam yang sudah menunjukkan pukul tiga belas lebih sepuluh menit.
"Ayo kita berangkat sekarang aja." ucap Rezza sembari melirik kakaknya.
"Iya udah ayo aku udah siap kok." ucap Aera dengan tersenyum.
"Lebih baik kita sampai lebih awal dan menunggu waktu keberangkatan di sana. Daripada nanti kita terlambat." ucap sang ayah yang kemudian berdiri.
"Ayo sayang. " ucap ibu Hanum sembari menggandeng lengan putrinya.
"Ayo Bu." ucap Aera.
Rezza menyeret sebuah koper yang di atasnya di tumpangi sebuah travel bag ukuran sedang.
Mobil yang sudah siap di garasi itu kini dengan perlahan melaju menuju jalan raya yang tampak ramai lancar. Udara siang hari ini memang terasa begitu panas karena terik matahari yang teramat menyengat.
Suka duka lengkap ia rasakan. Perasaannya tidak beraturan. Rasanya seperti enggan untuk kembali pergi jauh dari keluarga yang ia cintai.
Namun di satu sisi , ia juga mulai memiliki dunianya sendiri. Dunia yang kini sepertinya akan penuh dengan warna-warni.
Pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan , juga dengan atasannya yang kini sukses membuat hatinya terusik. Pekerjaan itu mengantarkan pada kisah cinta yang ternyata tak terduga.
Ah lelaki itu. Lagi-lagi otak di kepala cantiknya itu tiba-tiba saja memutar bayangan lelaki tampan itu. Sosok lelaki yang selalu ia impikan dalam diamnya. Jujur saja ia sangat merindukan lelaki itu.
Perjalanan menuju bandara yang lumayan jauh membuat Aera benar-benar merasa kantuk.
"Kamu tidur aja dulu nak , nanti kalau udah sampai biar ibu bangunkan." ucap ibu Hanum dengan tenang.
"Iya Bu , aku ngantuk banget deh." ucap Aera.
"Tidur sini." ucap ibu Hanum yang mengisyaratkan kepada Aera untuk menyandarkan kepalanya pada bahu .
Aera tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Aera pun memejamkan matanya secara perlahan. Dan akhirnya tak butuh waktu lama ia pun tertidur di pundak sang ibu yang terus menerus membelai lembut kepala Aera dengan penuh rasa sayang.
Senyaman itu memang belaian dari seorang malaikat bernama ibu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......