Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gawat!!!!
Hampa. Ya, itulah yang dirasakan Amel selama satu minggu ini. Kenangan indah bersama Andra terus menghantui. Tak ada komunikasi di antara mereka berdua. Amel sangat frustasi dengan keadaan ini. Satu persatu orang yang dia sayang, telah pergi meninggalkannya.
"Aku harus bangkit dan mencari solusi. Tenang Amel, tenanglah. Semua akan baik-baik saja tanpa Andra," gumam Amel sambil menyugar rambutnya ke belakang.
Amel beranjak dari tempat tidur. Lantas dia berjalan menuju almari yang ada di sudut ruangan. Setelah pintu almari terbuka, Amel menarik laci yang ada di sana. Dia mengambil map merah yang tersimpan rapi di dalam laci tersebut.
"Aku harus menyelesaikan semua ini," gumam Amel saat membawa map tersebut ke sofa yang ada di dekat ranjang.
Amel membuka map merah itu. Dia membaca kembali surat perjanjian serta surat kontrak yang tersimpan di sana. Satu persatu poin yang tertulis di sana diteliti lagi oleh Amel. Gadis cantik itu menghela napas berat setelah membaca nominal denda yang harus dibayar apabila dirinya mengakhiri kontrak sebelum waktunya.
"Dua ratus lima puluh milyar?" gumam Amel dengan hembusan napas berat. "Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak ini? Apartment, tabungan dan beberapa barang mewahku belum cukup untuk membayar uang pinalti sebanyak itu. Aku harus mencari uang lebih banyak lagi agar cepat terlepas dari sini." Amel menutup kembali map merah itu.
Suara ketukan pintu beberapa kali terdengar di sana. Amel menyimpan kembali map tersebut ke dalam laci almari. Lantas, dia segera membuka pintu. Rupanya Sari yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Aku lihat dari tadi pagi kamu belum makan. Jangan terlalu pusing, Jo. Jaga selalu kesehatanmu," ucap Sari seraya menepuk bahu Amel.
"Oke, nanti aku makan, Mi," jawab Amel dengan diiringi senyum tipis.
"Aku tunggu di ruang makan. Sudah lama kita tidak makan bersama," ucap Sari sebelum pergi dari kamar Amel.
Sudah tiga hari Amel tinggal di rumah megah Sari. Dia mencari ketenangan di rumah penuh warna ini. Dia Melampiaskan segala rasa sakit yang melanda hati di kamar ini. Kamar dengan segala kepahitan yang selama ini dirasakan.
Setelah merapikan diri, Amel keluar dari kamar. Dia mengayun langkah menuju ruang makan. Rupanya Sari sudah menunggu di sana bersama Bobby. "Selamat siang," sapa Amel saat bergabung di ruang makan. Dia duduk berhadapan dengan Sari.
"Makan dulu, Jo," ucap Sari sambil menuangkan nasi di piring Amel. "Jangan sampai berat badanmu turun karena setres. Nanti gak cantik lagi dong," ucap Sari dengan diiringi senyum tipis.
"Memangnya setres kenapa dia, Mi?" sahut Bobby seraya menatap Amel.
"Biasa. Masalah cinta," jawab Sari dengan diiringi senyum tipis.
Amel tak menanggapi obrolan di antara Sari dan Bobby. Dia fokus menikmati makanan yang ada di piringnya. Setelah beberapa menit, makan siang telah usai. Mereka bertiga masih duduk di sana sambil membahas beberapa klien dan beberapa masalah dari agensi yang dinaungi Sari.
"Mi, gak ada gitu klien pengusaha muda yang masih seger. Ya kali sama yang matang-matang mulu," protes Amel sambil mengupas Apel.
"Kenapa? Pengen main sama yang lebih bertenaga ya?" ledek Sari sambil melihat layar ponsel yang menyala karena ada pesan masuk.
"Sesekali boleh lah untuk merefresh pikiran. Syukur-syukur dapat yang loyal dan banyak duit. Ya gak, Bob?" seloroh Amel seraya menatap Bobby penuh arti.
"Jo, sepertinya dewi keberuntungan ada di pihakmu. Nih, ada job untukmu nanti malam. Sepertinya dia masih muda," ucap Sari setelah berkutat dengan ponselnya.
"Serius? Orang mana, Mi? Pejabat?" cecar Amel sambil mengunyah apel.
"Bukan. Dia sepertinya pengusaha muda. Ini bukan permintaan dari pertemuan. Ini permintaan pribadi, Jo," jelas Sari tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
"Dia booking sendiri gitu?" tanya Amel lagi.
"Tidak. Ini yang booking ternyata asistennya. Katanya dapat rekomendasi dari rekan sesama pengusaha. Ini asistennya hanya menyebut nama belakang. Wiyoko, " jawab Sari.
Amel tersenyum simpul mendengar penjelasan Sari. Entah mengapa kali ini dia sangat bersemangat saat mendapat job bos muda. "Aku mau ke salon dulu kalau begitu, Mi," pamit Amel saat beranjak dari tempat duduknya.
****
Lipstik merah maroon menghiasi bibir sexy Amel. Aroma parfum yang memabukkan tercium dari tubuhnya. Malam ini Amel benar-benar menyiapkan penampilannya agar terlihat sempurna.
"Kurang apa lagi ya?" gumam Amel saat mengamati penampilannya dari cermin almari. Saat ini dia sudah berada di dalam kamar hotel untuk menyambut pengusaha muda bernama Wiyoko.
Amel mengembangkan senyum manis setelah merapikan penampilannya. Malam ini dia mengenakan gaun berwana hitam dengan hiasan swarovski serta dua tali kecil yang ada di kedua pundak Amel. Sebagian punggungnya terekspos jelas. Kakinya yang mulus terlihat jelas karena belahan dress tersebut sampai di atas lutut.
Suara ketukan pintu mulai terdengar. Amel berdiri dari sofa dan berdiri membelakangi pintu kamar. Suara derap langkah seseorang mulai terdengar bersamaan dengan suara pintu kamar yang tertutup kembali.
"Selamat datang, Tuan Wiyoko. Sel—" sambut Amel seraya membalikkan badan. Namun, ucapannya harus terhenti karena dia shock setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
"An ... And ... Dra," ucap Amel terbata.
Kaki Amel tiba-tiba saja kehilangan tenaga hingga membuatnya ambruk ke lantai. Jantungnya berpacu dengan cepat hingga membuat keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya. Amel hanya bisa menatap Andra dengan napas tersengal. "Siapa kamu sebenarnya?" tanya Amel setelah melihat penampilan Andra yang sangat berbeda dari biasanya.
"Apa kamu yang bernama Jovana dari Butterfly?" Hanya pertanyaan itu yang lolos dari bibir Andra.
...🌹TBC🌹...
...Waduh ... Waduh ... Waduh!! Gawat!! Komen yuk!! Jangan lupa besok kasih vote ya...
Andra di posisikan orang yg akan meninggslkan Amel sukarela
Semoga keluarga Ansra mau menerima Amel setulus hati
Untung Andra sudah antisipasi dari awal..
dulu aku pernah bermimpi tinggi dpt laki2 tajir.yg hdp serba kecukupan.eee gk tau nya hayalan...😁😁