NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian

Dira memperhatikan adiknya dengan takjub. "Wah, keren. Kok bisa sih kamu ngerjainnya?" Dira memuji, kagum sekaligus terheran-heran "Itu gampang, Kak. Aku udah belajar ini dari SMP," jawab Vanya dengan nada santai, membuat Dira merasa sedikit bodoh “Duh, keluarga macam apa ini, gerutu Dira dalam hati, merasa tersisih oleh

kepintaran adiknya”

Tiba-tiba, Vanya mencondongkan tubuhnya mendekati Dira, wajahnya serius namun ada harapan di matanya. "Eh iya, Kak. Aku kesini mau minta tolong sama Kakak." "Minta tolong apa?" tanya Dira, merasa penasaran "Aku mau minta tolong Kakak makeup-in aku buat besok," kata Vanya tanpa ragu "Makeup? Buat apa?" Dira mengerutkan dahinya, bingung dengan permintaan mendadak itu

"Kan aku anggota cheerleader, Kak," kata Vanya sambil tersenyum. "Nah, besok tim basket ada tanding, jadi aku harus makeup. Aku mau coba di-makeup-in sama Kakak. Kelihatannya makeup Kakak selalu bagus banget!" puji Vanya dengan nada manis. Dira tersenyum kikuk, wajahnya perlahan memerah. "Ah, masa sih... jadi malu," gumamnya, tak bisa menahan rasa bangga yang muncul tiba-tiba "Ya udah, besok pagi kamu ke sini aja. Nanti aku makeup-in," jawab Dira, suaranya lebih lembut dari biasanya. Vanya, dengan gembira, langsung memeluk Dira erat-erat. "Makasih, Kak!" katanya penuh semangat. Dira hanya bisa tersenyum, merasa hangat oleh perhatian adiknya. Meski sering merasa kewalahan dengan kehidupan dan tugas-tugasnya, momen kecil seperti ini membuat segalanya terasa lebih ringan.

***

Malam itu, Levin masih terjaga. Matanya terpaku pada liontin kecil yang tergenggam erat di tangannya. Kilauan lembutnya menyemburat samar dalam kegelapan kamar. "Kapan kamu kembali..." bisiknya pelan, penuh kerinduan. Setelah beberapa saat termenung, ia menyelipkan liontin itu di balik bantalnya, lalu mematikan saklar lampu di samping ranjang dan membiarkan dirinya perlahan tenggelam dalam tidur. "Tok tok tok!" Suara ketukan keras di pintu kamar memecah kesunyian pagi. "Kak Dira, apa udah bangun?" teriak Vanya dari luar pintu, membuat Dira tersentak dari tidurnya"Ya ampun, udah pagi aja," gumam Dira sambil mengucek matanya yang masih terasa berat. "Iya, Vanya, masuk aja," jawabnya, sedikit serak karena baru bangun.

Vanya masuk ke kamar dengan langkah cepat. "Kakak gak pernah kunci pintu kamar, ya?" tanyanya keheranan, matanya melirik ke pintu yang terbuka lebar. "nggak pernah kunci" balas Dira santai sambil merogoh koper besar di sudut kamar, sibuk mencari peralatan makeup-nya yang terserak. "Wah, banyak banget makeup Kakak!" seru Vanya kagum, matanya berbinar menatap koleksi kosmetik Dira yang begitu beragam Dira hanya tersenyum tipis. "Emang hobi aja," jawabnya, lalu mulai memakaikan pelembap ke wajah Vanya.

"Ayo, kita mulai sekarang," ujar Dira dengan nada lebih tegas, berusaha menghentikan aliran pertanyaan adiknya yang tak ada habisnya"Iya, Kak," jawab Vanya sambil duduk tenang. Dira fokus menata wajah Vanya, riasannya sesuai dengan posisinya sebagai Flyer dalam tim cheerleader, memastikan tampilan Vanya mencerminkan kekuatan dan keanggunan di lapangan. Setelah beberapa saat, Dira mundur selangkah dan tersenyum puas. "Oke, udah selesai. Coba lihat." Dira menyerahkan cermin ke Vanya, Vanya menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya yang dirias sempurna membuatnya tersenyum lebar. "Wah, keren banget, Kak!" serunya dengan mata berbinar.

"Wah, Kak, bagus banget! Ini cantik banget!" seru Vanya dengan penuh kegembiraan saat menatap wajahnya di cermin. "Nanti teman-temanku pasti iri karena di-makeup-in sebagus ini!" Lompatan kegirangan terpancar jelas dari wajah Vanya yang ceria. Dira tersenyum kecil, merasa puas dengan hasil karyanya. Namun saat matanya melirik ke jam dinding, wajahnya berubah panik. "Aduh, gue lupa tugas! Gue belum ngerjain PR!" Dira menepuk dahinya, mendadak gelisah.

"Tenang, Kak," sahut Vanya cepat, senyum tak pudar dari wajahnya. "Tadi aku udah kerjain PR Kakak. Kaka tinggal mandi aja sekarang, soalnya kan Kakak udah bantu makeup-in aku," ucap Vanya dengan santai, seolah apa yang dilakukannya adalah hal kecil. Dira terdiam sejenak, terkejut sekaligus terharu. "Aduh, makasih banget ya. Lain kali gak usah gitu, Kakak ikhlas kok makeup-in kamu," kata Dira dengan nada rendah hati, merasa tak enak hati dengan adiknya yang selalu siap membantu.

"Kakak tenang aja," jawab Vanya dengan senyum lembut. "Aku juga seneng bantuin Kakak. Malah, aku bersyukur Kakak ada di sini. Jadi, aku punya teman di rumah ini sekarang." Tanpa ragu, Vanya memeluk Dira erat, menyalurkan rasa hangatnya.

Dira tersentuh. Rasanya hati kecilnya menghangat. "Duh, jadi pengen nangis deh gue," gumamnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Ada kebahagiaan yang jarang dirasakannya, dan Vanya lah sumbernya pagi itu. Saat mereka duduk di meja makan untuk sarapan, Tante Maya memperhatikan Vanya dengan senyum lebar. "Wah, kamu berbakat juga ya, Kak. Makeup-nya bagus banget!" puji Tante Maya, terkesan dengan hasil riasan Dira.

Namun, suasana tak sepenuhnya nyaman bagi Dira. Di sisi meja, Rico menatapnya dengan pandangan sinis, seolah menunggu kesempatan untuk menyindir. Ini bocil kenapa sih gitu banget sama gue, pikir Dira dalam hati, merasa terganggu oleh sikap Rico yang selalu seperti itu. Sementara itu, Levin, yang telah selesai dengan sarapannya, hanya diam dan tenggelam dalam bukunya, tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Di tengah percakapan yang menggantung, suasana tetap terasa terpecah, dengan emosi yang masing-masing memancar dalam diam.

Dira melangkah menuju kelasnya, namun kerutan di dahinya menandakan kebingungan. Sekolah yang biasanya ramai kini terasa sepi, tanpa suara langkah ataupun percakapan. Vanya dan Levin sudah lebih dulu pergi ke lapangan untuk persiapan lomba, dan Dira mulai bertanya-tanya. "Apa semua orang ada di lapangan?" pikirnya, merasa aneh dengan suasana lengang yang mengelilinginya. Tiba-tiba, tanpa peringatan, suara keras menyusul percikan yang mengejutkan.

"Byurrr!" Cairan merah menghantam tubuh Dira, membasahi seragamnya. Sejenak, Dira hanya terdiam, memproses apa yang baru saja terjadi. Amarah segera menyala di dalam dirinya. Ia menggenggam erat jari-jarinya, kuku-kuku yang hampir menusuk telapak tangannya. Dengan napas yang tertahan, ia berjalan dengan mantap menaiki tangga, amarah memenuhi setiap langkahnya. "AAA, lepasin gue!" jerit Naomi saat Dira tanpa ragu menjambak rambutnya orang yang tanpa ampun mengguyurnya dengan cairan merah "Serius, lo?" Dira menyeringai dingin. "Emang masih zaman ya ngebully orang kayak gini? Norak banget." Ia melepaskan genggamannya, membiarkan Naomi terhuyung, sementara tatapan dinginnya tertuju pada sekumpulan teman Naomi yang tampak terkejut, Dira ingat perkataan Dinda kemarin, peringatan tentang geng Naomi dan kelakuan

mereka yang sering melecehkan orang lain, tapi saat itu Dira hanya diam. Sekarang, ia tak akan mundur.

1
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!