Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke barat 11
“Awas! Menghadang.”
“Biar aku sabet dengan cemeti ini guru.”
Ah…
Langsung terkena Dan terbelah kepala Dia memang pandai memainkan alat begitu saja Yang menjadi senjata dahsyat Dimana pada pukulan mengerikan. Terus saja membuat luka.
Namun untuk kuda nyatanya menjadi daya pacu yang baik Sehingga tak merasa kesakitan Akan tetapi kalau untuk memukul musuh Sekali sabet saja sudah bisa membuat tubuh terluka. Padahal lawan di hadapannya bukan orang main-main. Dia sangat sakti. Terbukti mau mencegat langkah sang guru. Yang sudah begitu kesohor sebagai orang sangat sakti.
Pada ujung cemeti tadi, terkadang di ikat satu bilah pisau sehingga bisa untuk senjata yang mengerikan. Namun kalau bukan orang yang piawai dan biasa mempergunakannya, akan jadi boomerang buat diri sendiri. Karena sangat sulit memainkannya. Dengan senjata yang tajam lebih dekat ke badan sendiri, maka akan menjadi sesuatu yang menusuk. Dengan arah cemeti yang di lecut kan dengan keras, ujungnya mendekati badan, sehingga akan meluncur lurus dulu, sebelum ayunannya mengikuti liukan tambang. Dan itulah yang akhirnya bakalan mengenai diri.
“Terus saja,“ ujar Guru Moli-hua. Dia merasa harus segera mungkin meninggalkan Lokasi tersebut. Sehingga beberapa menit ke muka sudah mampu menjangkau jarak yang lumayan Panjang. Karena memang semua di perlukan untuk meniti jalan jauh yang tak mungkin kalau di jadikan patokan yang hanya sebentar saja. Karena memang begitu Panjang. Sehingga dengan adanya satu Gerakan maka akan bisa menuju Lokasi dengan perkiraan waktu yang tepat. Sehingga untuk pekerjaan yang lain, juga tidak mengalahkan yang lain itu. Andai tetap berada di Lokasi dengan perkiraan yang keliru, akibat berbagai kondisi yang menghalangi berjalan lancarnya satu kegiatan itu.
“Kita meninggalkan mereka.“
“Ya. Sebentar lagi mereka juga menyusul,“ ujarnya pasti. Karena memang yakin akan kemampuan saudara-saudari itu yang begitu konsekuen akan tugasnya. Juga pada Wanita itu yang meskipun belum sembuh total sudah ingin memainkan perannya sebagai murid yang berbakti. Jadi, kalau ada repot nya saudara seperguruan, bakalan ikut membantu dengan segenap kemampuan. Tidak akan mundur barang sejengkal pun, jika kemampuan masih dia miliki. Sebab kemenangan bakalan di dapat andai tak mudah menyerah. Walau satu keadaan, bakalan membuat seperti itu, akan tetapi segalanya bisa di kendalikan bila semua itu di hadapi dengan penuh semangat dan rela berkorban demi segalanya bisa di selesaikan dengan baik. Juga untuk urusan yang satu ini, dengan tak di dahului oleh satu perencanaan, akan tetapi situasi yang buruk tersebut, tentu akan bisa di lalui, andai mereka semua bisa di kalahkan. Sebab kalau mereka yang unggul, maka kondisi mereka yang bakalan jadi kacau. Akan banyak terhambat, serta untuk perjalanan selanjutnya akan terkendala, atau bahkan bakalan kacau sama sekali, dengan tidak mampu lagi berjalan. Sehingga untuk itulah sang guru mesti berjalan dahulu. Nanti akan mereka susul, kalau sudah berhasil menumbangkan mereka semua. Kalaupun mereka yang tumbang, maka sang guru sudah jauh, sehingga urusan tetap berjalan meskipun tanpa mereka. Di jaman seperti ini maka pengorbanan masih di butuhkan untuk bisa mendahulukan suatu kepentingan agar, segalanya sukses, serta tidak terhambat oleh satu insiden yang mengganggu tersebut.
“Baik guru. “
Kereta terus melaju. Dengan guru Moli-hua memegang tiga senjata yang akan di serahkan pada raja To-lo-mo di barat.