Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyambutan Menantu
Taburan bunga terus mengiringi pengantin saat mereka berjalan berdua memasuki aula pesta.
Kemudian tepuk tangan juga menyambut mereka ketika sepasang kekasih itu sudah sah menjadi suami istri.
Janji suci yang disaksikan semua undangan beberapa menit lalu sungguh terasa sakral.
Semua orang tertawa kecuali Else dan Hugo yang duduk di bangku barisan paling depan.
"Kenapa aku jadi merasa bersalah?" gumam Hugo pada dirinya sendiri.
"Aku juga merasa tidak senang, ayo kita minum!" ajak Else.
Keduanya pergi ke balkon aula pesta seraya mengambil minuman.
Else dan Hugo bersulang sebelum meneguk minuman dari gelas mereka masing-masing.
"Akh!" Else berteriak kecil setelah berhasil menghabiskan minuman di gelasnya.
"Aku sudah lama tidak minum seperti ini!"
"Apa kau sering mabuk?" tanya Hugo.
"Tidak juga, hanya terkadang minum jika merasa setres, percayalah tidak mudah hidup sendirian," balas Else.
Mereka kemudian membalik badan dan melihat suasana pesta dari kejauhan.
"Akhirnya mereka menikah," komentar Else.
Dari awal memang ini tujuan utamanya.
"Lalu bagaimana dengan Kara?"
Hugo tidak langsung menjawab tapi menghabiskan sisa minuman yang ada di gelasnya.
"Entahlah, dia ingin bicara padaku beberapa kali tapi aku menolak bertemu," jelas Hugo.
Semenjak insiden Laura tentu saja hidup Kara jadi tidak tenang. Perempuan itu terus meminta bertemu dengan Hugo tapi mereka tidak pernah bertemu.
"Bukankah kau menyukainya?" tanya Else lagi.
"Biasanya kalau laki-laki sudah jatuh cinta pada wanita maka dia akan menerima dan memaafkan apapun kesalahan orang yang dicintainya!"
"Benarkah? Dari mana kau tahu hal seperti itu?" Hugo jadi penasaran. Dia yakin kalau Else tidak pernah dekat dengan lelaki manapun.
"Aku hanya suka menonton film romantis," celetuk Else di sana.
Hugo menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau mudah tertipu dengan cerita fiksi seperti itu?"
"Kenyataannya cinta itu rumit dan menakutkan!"
"Kenapa menakutkan?" tanya Else ingin tahu.
"Karena perasaan cinta manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu," jawab Hugo.
Sekarang keduanya saling memandang satu sama lain.
Mereka kemudian berciuman, entah kenapa mereka jadi terdorong untuk melakukan itu dan mengakhiri pembicaraan mereka.
Pesta terus berlangsung sampai tidak terasa sudah masuk malam hari.
Karena sebelumnya beberapa acara sudah dipangkas, pesta itu diakhiri oleh pesta kembang api.
Kembang api di langit malam saling bersahutan.
Semua tamu undangan melihat keindahan itu dan berpamitan untuk pergi.
*
*
"Akhirnya," Else sangat menikmati kasur empuk yang sekarang dinaikinya.
Setelah seharian berada di acara pesta akhirnya Else bisa membaringkan diri di atas kasur.
Rupanya Hugo berbaik hati untuk tidak mengganggu Else karena perempuan itu langsung tertidur begitu saja.
"Setidaknya ganti bajumu dulu," komentar Hugo seraya mendekat.
Lelaki itu melepas high heels yang dikenakan Else kemudian mencoba membuka gaun pesta yang dikenakan sang istri palsu.
Hugo menurunkan resleting gaun yang langsung menampilkan punggung mulus Else kemudian semakin turun ke bawah.
Saat selesai Hugo mencoba membalik tubuh Else yang posisinya tengkurap.
"Ck! Ternyata kau tidur lelap sekali," decak Hugo karena Else tidak melakukan perlawanan.
Jadi, ketika gaun sudah terlepas Hugo menjadi bayi besar yang langsung menyusu sebelum tidur.
Saat terbangun, Else merasakan nyeri di bagian dadanya. Dia terkejut karena buah dadanya yang ranum harus dilahap oleh mulut besar Hugo.
"Astaga, apa dia tertidur sambil melakukan ini?" protes Else. Dia perlahan menjauhkan dirinya.
PLUP!
Sudah terlepas tapi Else masih merasakan nyeri.
Else mendesis pelan, dia tidak bisa melakukan protes karena Hugo masih tertidur tanpa dosa setelah melakukan hal itu padanya.
Tidak mau ambil pusing, Else memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Hari ini mereka harus kembali ke mansion keluarga Duke dan menyambut Laura sebagai menantu di sana.
"Sayang..."
Else akhirnya mengalah untuk membangunkan Hugo supaya mereka tidak terlambat.
"Bangunlah, kita harus pulang!"
Saat Hugo membuka mata hal pertama kali yang dilihatnya adalah Else yang sudah segar dan rapi.
"Curang!" ketus Hugo.
"Kau mandi sendirian tanpa aku!"
Benar-benar ya, Hugo jadi bertingkah seperti anak kecil yang merajuk tidak jelas.
"Aku harus mendatangi ibu, jangan sampai aku dicap sebagai menantu jelek," ucap Else kemudian.
Memang benar nyonya Claudia saat ini tengah menunggu Else.
Di lobi hotel nyonya Claudia memberi instruksi pada pelayan mansion yang ikut membantu pesta semalam.
"Baik Nyonya!"
Mereka begitu patuh dan Else bergabung bersama mereka.
"Apa Butler sudah kembali duluan ibu?" tanya Else.
"Akhirnya kau turun juga, Butler sudah menunggu kita, kau harus membantu Laura," ucap nyonya Claudia.
Else bingung harus membantu Laura seperti apa ternyata nyonya Claudia ingin mengadakan penyambutan dan Else harus ikut karena waktu itu keluarga Duke tidak menyambut Else dengan baik.
Di mansion, Butler sudah bersiap melakukan ritual penyambutan menantu.
"Apa memang biasanya seperti ini?" tanya Laura ketika sampai.
Dia bingung ada karpet merah dan para pelayan berjajar di sampingnya. Di ujung ada Butler yang mengenakan pakaian hitam aneh.
"Aku juga baru pertama kali melihat yang seperti ini," balas Riftan.
Daripada banyak bertanya lebih baik mereka menurut saja.
"Else, kau duluan!" pinta Nyonya Claudia.
Else menunjuk dirinya sendiri, dia merasa gugup sekarang.
Walaupun begitu, dia tetap menuruti permintaan ibu mertuanya.
Else berjalan di atas karpet merah lalu berhenti ketika Butler memberinya sesuatu.
"Minum ini, Nona," ucap Butler seraya memberikan sesuatu di gelas.
"Apa ini?" tanya Else bingung. Minuman itu rasanya bau amis.
Tapi, Lagi-lagi Else langsung meminumnya.
"Rasanya manis," komentar Else.
Sementara ketika giliran Laura rasanya jadi berbeda.
"Kenapa pahit sekali?" protes Laura.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada bayinya!"
Riftan membuang minuman yang tersisa. "Jangan dihabiskan!"
"Dan sebenarnya apa ini?"
Dari kejauhan nyonya Claudia merasa ada sesuatu yang aneh karena kedua menantunya merasakan hal berbeda.
"Seharusnya minuman itu rasanya memang manis tapi kenapa Laura merasakan pahit? Apa karena dia hamil?" gumamnya.
"Aku tidak tahu ada penyambutan menantu seperti itu?" komentar Hugo yang akhirnya membuka suara.
"Memangnya apa isi minuman itu?"
Nyonya Claudia menatap anak pertamanya di sana. "Itu bukan minuman biasa tapi..."
"Kau tidak perlu tahu!"
Setelah berkata seperti itu, Nyonya Claudia masuk ke dalam.
Tentu saja Hugo tidak puas kalau belum mendapat jawaban pasti.
Hugo memaksa Butler untuk memberitahu minuman apa yang diberikan sampai rasanya berbeda.
"Cepat katakan!" Hugo mendesak kepala pelayan itu untuk berkata jujur.
"Maaf saya tidak bisa memberitahu Anda, Tuan," Butler menolak.
Bukan Hugo namanya kalau tidak bisa mengancam seseorang. Sampai Butler bisa menyerah.
"Minuman itu sebenarnya adalah darah dari tuan Duke," ucap Butler pada akhirnya.
"Apa? Maksudmu darah ayahku?" Hugo merasa terkejut.
Apa hubungannya?
lalu kenapa else sebagai orang luar merasakan manis,apa sekarang else mengandung keturunan duke 🤔 .