Kimberly alias Kimi, seorang perempuan ber-niqab, menjalani hari tak terduga yang tiba-tiba mengharuskannya mengalami "petualangan absurd" dari Kemang ke Bantar Gebang, demi bertanggungjawab membantu seorang CEO, tetangga barunya, mencari sepatu berharga yang ia hilangkan. Habis itu Kimi kembali seraya membawa perubahan-perubahan besar bagi dirinya dan sekelilingnya. Bagaimana kisah selengkapnya? Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penerjemah Misterius
Adi tak bisa menutupi kegelisahan sejak mendengar Philippe menginterupsi menggunakan bahasa Prancis. Ketidakmampuan staf di kantor untuk merespons dengan cepat membuat ia panik.
Beberapa meter di sekeliling Adi, para pemulung penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Mereka mendekat, mencoba mengintip ke layar ponsel di hadapan Adi. Kemudian mereka saling pandang sambil berbisik-bisik tak jelas.
"Siapa di antara kalian yang bisa bahasa Prancis?" Adi bertanya seraya melirik ke kiri dan ke kanan. Dua vlogger di dekatnya saling pandang dengan wajah bingung dan langsung menggelengkan kepala. Mereka terlihat tak berdaya.
Di tengah situasi yang tegang, Kimi, yang sejak tadi berdiri agak belakang, melangkah maju dengan ragu. "Maaf Di, mungkin… aku bisa mencoba," ucapnya dengan suara lembut.
Mata Adi membulat, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Kamu serius, Kimi?"
Kimi mengangguk pelan, wajahnya sedikit tegang. "Ya, aku belajar bahasa Prancis waktu kuliah. Aku… akan mencobanya."
Dengan cepat, Adi mempersilakan Kimi mengambil alih. Namun, Kimi memilih untuk tetap di tempat tanpa menampakkan diri di video call.
"Aku lebih nyaman jika tak muncul di layar," ujarnya pelan dengan wajah bersemu merah di balik niqab-nya.
Si vlogger perempuan dengan sigap menyerahkan clip-on kepada Kimi. "Kamu bisa gunakan ini," katanya sambil memasangkannya di baju Kimi dengan cermat.
Kimi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Setelah memastikan mikrofon terpasang dengan baik, dia mulai berbicara dengan tenang.
"Bonjour, je suis une collègue de Monsieur Adi, le PDG de… PT Adiyaksa Pratama Group. Je suis ici pour vous aider et répondre à toutes vos questions." (Halo, saya rekan Tuan Adi, CEO… PT Adiyaksa Pratama Group. Saya di sini untuk membantu dan menjawab semua pertanyaan Anda.)
Senyum Philippe langsung mengembang begitu mendengar suara perempuan yang fasih berbahasa Prancis.
"Incroyable ! Elle parle parfaitement français !" kata Philippe, kagum. (Luar biasa! Dia berbicara bahasa Prancis dengan sempurna!)
"Oh, c'est vraiment surprenant !" (Oh, ini benar-benar mengejutkan!) ujar Claire, lalu menutup mulutnya.
"Qui est-elle ? Pourquoi ne la voyons-nous pas ?" (Siapa dia? Mengapa kita tidak bisa melihatnya?) tanya Sophie, dengan rasa penasaran.
Di sekitar mereka, seluruh staf kantor yang hadir terkejut, merasa tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Mira hampir menjatuhkan dokumen yang sedang dipegangnya, sedangkan Billy dan Pandu saling memandang dengan mulut ternganga.
"Apakah kalian mendengar itu?" bisik Mira dengan suara bergetar. "Siapa yang tiba-tiba bisa berbicara dalam bahasa Prancis seperti itu di sana?"
"Saya tidak tahu Bu, dia tidak muncul di layar," jawab Billy, suaranya rendah, masih dipenuhi keterkejutan.
Adi, yang masih berada di Bantar Gebang, juga terdiam sejenak. Matanya melebar ketika mendengar Kimi berbicara dengan begitu fasih dalam bahasa Prancis. Dua vlogger yang berdiri di sampingnya juga tampak terpana, mulut mereka terbuka lebar.
"Ini... ini sungguh luar biasa," gumam si vlogger perempuan, masih tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan dan dengar.
Wajah Philippe yang awalnya tegang, kini mulai melunak. Ia tampak puas akhirnya ada seseorang yang berbicara dalam bahasa Prancis. Claire, yang duduk di sebelahnya, langsung membenarkan posisi duduk. Sementara Sophie, fokus memperhatikan layar.
"Oui, c'est beaucoup mieux ! Merci beaucoup !" (Ya, ini jauh lebih baik! Terima kasih banyak!), Philippe berkata sambil tersenyum lebar ke seluruh staf. Para staf membalas senyuman Philippe dengan bingung.
Namun, sebelum memulai pembahasan rapat, Philippe memutuskan untuk menguji lebih jauh kemampuan bahasa Prancis juru bicara misterius itu.
Ia bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya Indonesia, seolah-olah ingin memastikan bahwa si juru bicara misterius benar-benar mengerti tidak hanya bahasa, tetapi juga substansi dari apa yang ia sampaikan.
"Dites-moi, connaissez-vous les arts traditionnels indonésiens ? Peut-être le… batuik ?" (Ceritakan pada saya, apakah Anda mengenal seni tradisional Indonesia? Mungkin tentang… batuik?) tanyanya, nada suaranya penuh rasa ingin tahu.
Kimi tersenyum, merasa nyaman dengan pertanyaan ini. "Oui, Monsieur… Philippe. Le batik est un tissu traditionnel indonésien avec des motifs complexes. Chaque région d'Indonésie a ses propres motifs et significations. Par exemple, le batik de Yogyakarta est souvent noir et blanc, symbolisant l'équilibre entre le bien et le mal."
(Ya, Tuan… Philippe. Batik adalah kain tradisional Indonesia dengan pola yang kompleks. Setiap daerah di Indonesia memiliki motif dan makna sendiri. Misalnya, batik Yogyakarta sering berwarna hitam dan putih, melambangkan keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan.)
Philippe tampak semakin terkesan. Ia melirik Claire dan Sophie, dan keduanya mengangguk kecil, seolah mengakui kehebatan orang yang berbicara ini.
"Très impressionnant ! Et que pouvez-vous me dire sur le… gamelan ?" (Sangat mengesankan! Dan apa yang bisa Anda ceritakan tentang… gamelan?) lanjut Philippe, sambil membaca sebuah artikel di ponselnya.
Kimi menjawab dengan lancar, "Le gamelan est un ensemble d'instruments de musique traditionnels indonésiens, principalement utilisé à Java et à Bali. Le gamelan est souvent joué lors de cérémonies et de spectacles traditionnels."
(Gamelan adalah ansambel instrumen musik tradisional Indonesia, terutama digunakan di Jawa dan Bali. Gamelan sering dimainkan dalam upacara dan pertunjukan tradisional.)
Mendengar jawaban tersebut, Philippe tak bisa menahan senyumnya. Claire, yang sejak tadi memperhatikan, mengomentari dengan kagum :
"C'est incroyable. Elle parle vraiment bien." (Ini luar biasa. Dia benar-benar berbicara dengan baik.)
Setelah Philippe dan keluarganya terkejut mendengar suara sang juru bicara yang fasih berbahasa Prancis, situasi di kantor PT Adiyaksa Pratama Group dan di lokasi Adi di Bantar Gebang mulai tenang.
Semua mata tertuju pada layar video call, termasuk beberapa pemulung yang penasaran, berhenti sejenak dari kegiatan mereka, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Kimi memulai presentasi singkat tentang profil perusahaan dalam bahasa Prancis yang lancar, memperkenalkan PT Adiyaksa Pratama Group dan produk-produk unggulan mereka, terutama produk-produk berbahan kulit yang memang menjadi spesialisasi perusahaan.
Philippe, yang dari awal memang bermaksud untuk menjadi distributor utama di Eropa, terutama untuk sepatu-sepatu kulit berkualitas tinggi, tampak semakin tertarik.
"Le groupe PT Adiyaksa Pratama est une entreprise de premier plan dans la production de produits en cuir de haute qualité, principalement des chaussures.” (PT Adiyaksa Pratama Group adalah perusahaan terkemuka dalam produksi produk kulit berkualitas tinggi, terutama sepatu.)
Masih dalam bahasa prancis, Kimi melanjutkan.
“Produk kami terinspirasi oleh seorang legenda sepatu Prancis, Alessandro Berluti, yang merupakan kebanggaan dari negeri Anda.
Namun, kami telah berhasil mengembangkan produk kami dengan sentuhan khas Indonesia yang unik, menggabungkan keanggunan Eropa dengan kekayaan budaya tradisional kami.
Motif-motif unik yang Anda lihat pada produk kami bukan hanya sebuah desain, tetapi juga penghargaan mendalam terhadap adat dan budaya Nusantara yang kami cintai,” ucap Kimi dengan lancar.
Philippe mengangguk dengan penuh perhatian, mata coklatnya menyala penuh minat.
“Ah, maintenant je comprends,” (Ah, sekarang saya mengerti,) katanya dalam bahasa Prancis, suara pria itu mengandung nada kekaguman.
Philippe melanjutkan perkataan dalam bahasa Prancis sambil melihat contoh-contoh produk di hadapannya.
“Sangat menarik melihat bagaimana karya ini menggabungkan inspirasi dari Berluti dengan elemen tradisional Indonesia. Ini memberikan kedalaman dan keaslian pada produk berharga ini.
Karya ini menunjukkan penghormatan yang jelas terhadap budaya sambil membawa sentuhan modern. Saya terkesan dengan keberhasilan karya ini menggabungkan semua pengaruh secara harmonis.”
Claire, yang berdiri di samping Philippe, tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya.
“Menarik sekali melihat fusi budaya ini,” katanya sambil menatap motif yang dipamerkan dengan penuh kekaguman. “Motifnya benar-benar unik dan mencerminkan harmoni antara tradisi dan inovasi.”
Mira tersenyum, meski tak mengerti.
"Y a-t-il une équipe de designers pour ces produits ?" (Apakah ada tim desainer untuk produk-produk ini?) tanya Claire kemudian sambil melirik ke sekeliling tim.
Tak ada yang mengerti perkataan Claire, kecuali setelah Kimi menjelaskan. Lalu Mira menyuruh Seno dan timnya maju. Mira juga menggandeng Ayesha dan Sania supaya menyusul.
"Here they are, ma'am," (Ini mereka, Nyonya,) kata Mira sambil tersenyum.
Claire menyatakan kekaguman kepada Seno dan anggota timnya.
Mira kemudian mengalihkan perhatian Claire kepada Ayesha dan Sania dengan berbicara sambil merangkul keduanya.
“Dan… mereka juga berhasil mengakulturasi pisang goreng dengan budaya penyajian makanan berkelas ala Eropa,” lanjut Mira menggunakan bahasa Indonesia, kali ini jelas hanya untuk menggoda Ayesha dan Sania di depan para staf.
Ayesha dan Sania tersenyum malu, dan Claire kali ini bingung. Kimi yang memahami situasi segera menerjemahkan melalui suara video call, namun dengan perkataan yang lebih umum dan serius.
“Ils ont également réussi dans d'autres domaines de l'acculturation, en plus de ces produits,” (Mereka juga berhasil dalam bidang akulturasi lainnya, selain dalam produk-produk ini.) kata Kimi sambil tersenyum di balik niqab-nya.
Claire mengerutkan kening sejenak, memikirkan kata-kata-kata Mira yang baru saja diterjemahkan. Ia menyadari ada sesuatu yang tak terucap di balik kalimat tersebut, namun tak ingin terlihat bingung di depan para staf.
Dengan senyum tipis, ia mengangguk pelan dan menjawab, "Ah, c'est bon à savoir. Merci," (Ah, baiklah. Terima kasih.) Namun, di dalam hati, Claire merasa ada nuansa humor yang mungkin terlewatkan, terutama dari cara si misterius juru bicara menyampaikan terjemahan dengan nada yang lebih formal dan serius.
Kimi melanjutkan presentasinya dalam bahasa Prancis. Sementara Philippe dan keluarga mendengarkan dengan seksama.
Setelah presentasi selesai, Philippe mengangguk puas, lalu mengajukan beberapa pertanyaan yang disampaikan melalui Kimi. Dengan cepat, Kimi menerjemahkan setiap pertanyaan ke dalam bahasa Indonesia untuk Adi dan timnya di kantor.
Philippe bertanya tentang jenis kulit yang digunakan, proses produksi, hingga kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. Semua pertanyaan tersebut dijawab dengan cermat oleh Adi dan stafnya melalui Kimi sebagai penerjemah.
Di kantor, Sania dan Ayesha ikut membantu tim Seno menjelaskan beberapa contoh produk. Sambil memegang sepatu kulit elegan, Sania menjelaskan dengan antusias dalam bahasa Indonesia.
"Ini adalah salah satu sepatu kulit unggulan kami, terbuat dari kulit sapi pilihan dengan proses tanning yang ramah lingkungan," jelas Sania. Kemudian Ayesha menjelaskan motif-motif etnis apa saja yang terpola di contoh sepatu, tas, dompet dan produk lain.
Kimi menerjemahkan penjelasan tersebut ke dalam bahasa Prancis. Philippe terlihat semakin puas, bahkan sesekali tersenyum saat si misterius juru terjemah menjelaskan secara detail dan fasih.
Setelah semua pertanyaan dijawab dan Philippe merasa yakin dengan kualitas dan karakter produk serta komitmen perusahaan, tibalah saat yang paling dinantikan: penandatanganan kontrak kerja sama.
Philippe setuju untuk menjadi distributor resmi produk-produk kulit PT Adiyaksa Pratama Group di Eropa.
Namun, ada sedikit hambatan. Adi, yang masih berada di Bantar Gebang, tidak mungkin menandatangani kontrak secara langsung.
Dengan cepat, Ghea mengusulkan solusi: menggunakan tanda tangan digital Adi yang telah disiapkan sebelumnya untuk berjaga-jaga. Kemudian atas persetujuan Adi melalui video call, tanda tangan digital pun segera diproses pada dokumen.
Sebagai bukti tambahan prosesi penandatanganan pun siap direkam melalui rekaman video.
Kimi, yang tidak hanya piawai dalam berbicara, juga dengan cepat menerjemahkan kontrak ke dalam bahasa Prancis dengan bantuan aplikasi penerjemah dan aplikasi pengolah kata untuk melakukan sedikit koreksi di ponsel milik si vlogger perempuan.
Setelah selesai, file tersebut dikirim ke Ghea melalui media sosial, dan Ghea segera memproses dokumen itu lalu mencetaknya untuk ditandatangani Philippe.
Philippe, Claire, dan Sophie terlihat sangat puas saat kontrak dalam tiga bahasa—Indonesia, Inggris, dan Prancis—akhirnya ditandatangani.
Philippe tersenyum dan berterima kasih kepada Adi dan seluruh staf, terutama kepada si misterius juru bicara Adi yang telah menjadi jembatan komunikasi dalam negosiasi sangat penting ini.
"Nous vous remercions pour votre professionnalisme. Nous sommes impatients de commencer cette collaboration fructueuse," (Kami berterima kasih atas profesionalisme Anda. Kami tak sabar untuk memulai kerja sama yang menguntungkan ini.) ucap Philippe dengan senyum lebar.
Kimi menerjemahkan kalimat itu, dan semua orang, baik di kantor maupun di Bantar Gebang, merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang sama. Philippe dan keluarganya pun berpamitan, mengingat penerbangan mereka ke Prancis sudah dekat.
"Merci beaucoup pour tout, maintenant nous devons partir pour nous préparer à notre vol de retour en France," kata Claire sambil melirik jam tangan mewahnya. (Terima kasih banyak untuk semuanya, sekarang kami harus pergi untuk persiapan penerbangan kami pulang ke Prancis.)
Kimi menerjemahkannya dan segera memberi tahu Adi, yang langsung merespon dengan sopan melalui video call.
"Safe travels, Mr. Philippe, Mrs. Claire, Miss Sophie. We look forward to a successful partnership," (Selamat jalan, Tuan Philippe, Nyonya Claire, Nona Sophie. Kami menantikan kemitraan yang sukses,) ucap Adi sambil melambai di depan handphone yang menyala.
Pemulung-pemulung di sekitar Adi tampak bingung namun senang melihat suasana itu.
Terima kasih memberikan cerita tentang keteguhan seseorang dalam mempertahankan keyakinannya.
Bravo selamat berkarya, kuharap setiap hari up.