Rukmini gadis desa yang berwajah manis, hilang mendadak tanpa ada yang tau keberadaan nya , 2 tahun kemudian dia kembali ke desa nya, dari mana kah rukmini menghilang
yuk simak cerita selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Kesedihan Darsih, Kebahagiaan Warga
Kabar tentang kematian mbah jiwo begitu cepat tersebar dalam desa, bahkan sampai ke desa sebelah tapi tak seorang pun terlihat datang melayat.
istrinya darsih hanya terduduk menangis di samping jasad suami nya, sedangkan jefri mengurung diri di kamar. Walaupun darsih sudah meminta tolong pada warga agar membantunya memandikan dan memakamkan suaminya tetap saja tak ada warga yang mau, sampai-sampai darsih menjanjikan uang bila mereka bersedia.
" Maaf...Walaupun Bu Darsih Mau Membayarnya Aku Tetap Tidak Mau, Siapa Juga Yang Ingin Makan Uang Dari Hasil Menyakiti Bahkan Membunuh Orang," hardik salah satu warga yang di datangi darsih.
Air matanya berderai menerima penolakan dia hanya tertunduk lesu dengan air mata yang sudah berderai.
" Tolong Lah Pak...! Berapa Pun Akan Aku Kasih." ucap nya memohon.
" Sekali Lagi Aku Minta Maaf Bu Darsih, Carilah Orang Lain Siapa Tahu Masih Ada Orang Lain Didesa Ini Yang Mau." titah nya sambil berlalu meninggalkan darsih yang berdiri di teras rumah bapak tadi.
" Huhuhuhu....Kemana Lagi Aku Minta Bantuan? Pak..Pak..Itulah Akibat Nya Kalau Suka Berbuat Jahat Pada Orang, Tidak Akan Ada Satu Orang Pun Yang Mau Membantu," gumam nya sambil menangis.
Bu darsih akhirnya mendatangi rumah kepala desa untuk meminta nya membujuk warga agar mau memakamkan suaminya tapi saat sampai di sana baru saja hendak melangkah masuk ke pekarangan rumah, istri kepala desa sudah menutup pintu nya.
Hati darsih begitu sakit melihat penolakan warga tapi dia tidak menyalahkan mereka namun bagaimana pun tetap saja ada rasa sedih dan kecewa di hatinya.
Akhirnya dia memutuskan kembali saja karena sudah seharian berkeliling tapi tak seorang pun yang bersedia, ketika masuk di dalam mata darsih terbelalak melihat ratusan bahkan ribuan lalat hijau mengerumuni jasad suaminya.
Karena penasaran dia lalu mengusir lalat-lalat itu kemudian membuka kain jarik yang menutupi tubuh mbah jiwo, darsih tersurut mundur sambil menutup hidung nya. Bagaimana tidak terkejut tubuh suami nya yang tadi tidak apa-apa ketika dia meninggal kan nya ternyata sudah di penuhi belatung begitu banyak nya, bahkan sampai berjatuhan di lantai.
Bukan belatung saja yang tercecer tapi sebagian daging mbah jiwo sudah ada yang terlepas dari tulang nya menimbulkan bau yang sangat busuk membuat bu darsih muntah-muntah di dekat jasad suami nya karena tak sempat lagi berlari ke kamar mandi.
" Jefri...! Kesini Sebentar Nak!." serunya.
" Ada Apa?" teriak jefri dari dalam kamar nya.
" Kesini Lah Dulu, Ibu Mau Minta Tolong!." seru nya lagi.
Jefri keluar dengan wajah dongkol. " Ada Apa Dari Tadi Teriak-teriak Terus?, Kamu Kira Aku Budek Ya." bentak jefri pada ibu nya.
" Astaghfirullah Jefri! Sadar Nak! Durhaka Kamu Nanti Bila Menyakiti Hati Orang Tua," pesan ibu nya.
" Aalllaaa....Aku Ndak Akan Kena Azab Hanya Karena Membentak Wanita Seperti Kamu." hardik jefri lagi.
" Jefri Terserah Kamu Mau Bilang Apa Nak, Ibu Hanya Mau Meminta Tolong Untuk Memanggil Teman-Temanmu Agar Membantu Ibu Memandikan Dan Memakamkan Bapakmu, Kalau Perlu Ibu Akan Membayar Nya Berapa Pun," pinta nya pada jefri.
" Aku Tidak Bisa, Kalau Kamu Mau Datangi Saja Rumah Mereka, Tapi Awas Jangan Sampai Teman-Temanku Tahu Kondisi Wajahku Sekarang, Mengerti! " bentak jefri pada ibu nya.
Air mata darsih jatuh berderai dia tidak tahu apa yang sudah di perbuat nya dulu hingga memiliki anak yang sifat nya seperti itu.
" Yaallah Maafkan Dosa Hamba Dan Dosa Anak Juga Suamiku Yaallah ." mohon nya, air mata nya kembali mengalir membasahi pipi nya.
Darsih lalu keluar dari rumah nya menuju tempat tinggal teman-teman nya jefri. Darsih berniat mendatangi roni karena dia lah yang sering ke rumah dan juga sangat dekat dengan jefri dan bapaknya, sesampainya di sana tampak roni sedang memperbaiki motor.
" Assalamualaikum Nak Roni." salam bu darsih.
" Eeeee...Tante Darsih Mari Silahkan Masuk." ajak nya pada ibu jefri.
" Tidak Usah Nak." balas bu darsih.
" Oh Ya Tante, Maafkan Aku Tidak Datang Di Pemakaman Suami Nya, Jefri Bagaimana Keadaan Nya Setelah Di Tinggal Om Jiwo?. Dia Pasti Sangat Sedih Karena Dekat Sekali Dengan Bapaknya." tukas nya.
" Tidak Apa-apa Nak, Jefri Juga Sudah Ikhlas Dengan Kepergian Bapak Nya. Nak Roni Tante Kesini Sebenernya Ada Sesuatu Yang Hendak Ku Sampaikan Tapi Rasa Nya Sangat Berat." tutur nya dengan wajah sedih .
" Apa Itu Tante." tanya roni memandang bu darsih penuh selidik.
" Begini Nak Roni, Sebetulnya Bapaknya Jefri Belum Di Makamkan." ucap ibu jefri.
" Belum Di Makam Kan! Kenapa Bisa? Bukannya Om Jiwo Sudah Dua Hari Meninggal Tante! Apa Sebenarnya Yang Terjadi?." lontar roni heran dengan mata terbelalak saking terkejutnya mendengar penuturan bu darsih.
" Memang Benar Bapak Nya Jefri Sudah Dua Hari Meninggal Nak Tapi Tak Seorang Pun Tetangga Tante Yang Mau Memakamkan Suami Ibu, Jangan Kan Membantu, Melayat Pun Tidak Ada." air mata darsih jatuh berderai membasahi kedua pipinya.
" Apa Mungkin Karena Om Jiwo Semasa Hidup Nya Sering Kali Menyakiti Bahkan Sampai Membunuh Orang Dengan Menyantet Nya." gumam nya lirih.
" Hanya Nak Roni Dan Teman-teman Mu Harapan Tante Satu-satunya Untuk Membantuku Memandikan Dan Memakamkan Bapak Nya Si Jefri. Tolong Lah Tante Nak Roni." bu darsih bersimpuh di bawah kakinya dengan air mata bercucuran.
" Bangunlah Tante, Ndak Enak Kalau Di Lihat Orang, Aku Akan Mencoba Menghubungi Teman-temanku Semoga Saja Mereka Mau." bujuknya pada bu darsih sambil membantunya berdiri.
" Nak Roni...! Tante Akan Membayarmu Dan Teman-temanmu Asalkan Kalian Mau." tekan nya penuh harap.
" Sudah Lah Bu Tak Usah Di Pikirkan, Semoga Saja Mereka Mau Ya!." terang nya.
" Nanti Sore Aku Akan Menemuinya." lanjut nya lagi.
Akhirnya ibu darsih memutuskan untuk kembali ke rumah nya menunggu kabar dari roni tapi sampai sore yang di harapkan darsih belum juga datang karena kecapekan tanpa sadar darsih tertidur di samping jenazah mbah jiwo.
Roni yang ternyata baru sampai di rumah doni segera memanggilnya.
" Don...Don...Kamu Ada Di Dalam Nggak." teriak nya.
Tak lama pintu terbuka tampak doni yang masih memakai sarung keluar sambil menguap lalu berkata . " Apa Apa Si Ron? Mengganggu Tidurku Saja Kamu Itu." seru nya.
" Maaf...Maaf!!! Aku Ke Sini Karena Ada Perlu Sama Kamu Juga Anak-anak Yang Lain." ungkap nya .
" Ada Perlu Apa ?." tanya nya heran.
" Kamu Kan Tahu Kalau Bapaknya Si Bos Jefri Sudah Dua Hari Meninggal." terang nya.
" Terus?." tukas doni.
" Kamu Tahu Nggak! Ternyata Mbah Jiwo Belum Di Makamkan!." urai roni.
" Aapaaaa...! Jangan Bercanda Kamu Ron!." Masa Belum Di Makamkan Keburu Bau Tuh." pungkas nya sembari mengerut kan wajahnya
" Justru Itulah Aku Kesini Karena Tak Seorang Pun Warga Yang Bersedia Memakamkan Nya Ibunya Jefri Minta Tolong Pada Kita, Kamu Mau Nggak? Katanya Dia Akan Memberikan Uang Berapa Pun Kalau Kalian Bersedia Membantunya." tutur roni panjang lebar.
" Waahhhh...Bagus Tuh Bisa Di Pakai Minum-minum Nanti Uangnya. Ron! Kamu Pernah Ketemu Jefri Nggak? Apa Kabar Nya Ya Setelah Melamar Rukmini?." tanya doni pada roni.
" Tidak Don! Sepertinya Dia Di Tolak Kalau Di Terima Jefri Pasti Sudah Pamer Pada Kita, Tapi Tadi Aku Tanya Pada Ibunya Kata Tante Darsih Dia Baik-baik Saja." urai roni.
" Jadi Bagaimana Nih? Kamu Mau Kan Don?." lontar roni.
" Kalau Ada Uang Pokoknya Beres Deh, Bagaimana Kalau Kamu Sekalian Aja Tunggu Anak-anak Sebentar Lagi Mereka Ke Sini." titah doni.
" Kamu Aja Deh Ron Yang Menyampaikan Aku Mau Pulang Dulu, Jangan Lupa Kalau Mereka Setuju Besok Datang Ke Rumah Tante Darsih Pagi-pagi." potong roni sambil berlalu menaiki motornya dan meninggalkan rumah doni.
" Asyiiikkk...Dapet Pemasukan Lagi Nih, Heheheh..." gumam doni terkekeh.
Roni yang meninggal kan rumah doni ternyata tidak kembali ke rumah nya melainkan mendatangi rumah bu darsih, selang berapa menit dia pun sampai di depan rumah.
Baru saja menjejakkan kaki nya di teras bau bangkai tiba-tiba menyeruak ke dalam penciuman nya, dia gegas menutup hidung dengan tangan nya.karena tak melihat siapa pun roni memanggil ibu jefri. " Tante Darsih Ini Aku Roni! Apa Tante Ada Di Dalam?." namun tetap tak ada jawaban akhirnya roni memutuskan masuk saja.
Tapi saat pintu terbuka lalat hijau berterbangan keluar bahkan sampai ada yang menabrak wajah roni yang membuat dia bergegas menepi, ketika masuk roni melihat bu darsih tertidur di samping jenazah suami nya.
" Tante Darsih..!" seru roni sembari menepuk pelan bahu ibu jefri.
Darsih yang merasa sentuhan seseorang segera terbangun dan mendapati roni sudah berdiri di samping nya sambil menutup hidung.
" Eee..Nak Roni, Kapan Dateng? Maaf Ya Tante Ketiduran." ucap nya wajah nya terlihat begitu lelah mata nya tampak sayu.
" Ndak Apa-apa Tante, Aku Kesini Hendak Mengasih Tahu Kalau Teman-temanku Mungkin Besok Pagi Baru Bisa Datang ." ucap nya.
" Tidak Apa-apa Nak, Asalkan Mereka Mau Tante Sudah Senang Sekali." balas nya tampak senyum bahagia di wajah nya.
" Kalau Begitu Roni Pamit Dulu Tante, Oh Ya Jefri Mana? Boleh Aku Bertemu?." pinta roni pada ibu darsih.
" Jangan Nak! Tidak Usah Lihat Jefri, Mungkin Dia Sudah Tertidur ." ibu jefri mencoba mencegah roni untuk menemui anaknya.
" Baiklah Tante." ucap roni sembari menjulurkan tangan hendak membuka kain jarik yang menutupi jenazah mbah jiwo.
Darsih yang melihat roni bermaksud melihat suaminya segera menarik tangan nya sambil berkata ." Jangan Nak! Jasad Bapak Nya Jefri Sudah Hancur." ungkap nya wajah bu darsih tampak begitu sedih.
Akhirnya roni menurunkan kembali tangannya dan meninggalkan rumah mbah jiwo.
Esok paginya darsih yang sudah terbangun terlihat sangat kelelahan wajah nya begitu pucat ketika hendak melihat suami nya tiba-tiba terjatuh dengan susah payah berusaha kembali berdiri.
Roni yang sudah datang bersama temannya segera membantu bu darsih berdiri, tampak semuanya memakai penutup hidung mungkin sebelum ke sini roni sudah memberitahunya.
Jenazah mbah jiwo kemudian mereka angkat tanpa melepas penutup nya tapi ketika teman roni menyiram kan air ke seluruh tubuh mbah jiwo tampak belatung berjatuhan terkena air. Semua yang ikut bergidik menyaksikannya.
Setelah memandikan mereka lalu mengkafani jenazah mbah jiwo walaupun asal-asalan menurut nya yang penting selesai karena sudah tidak tahan dengan bau nya padahal ketika di mandikan mereka menyiramkan sabun cair ke seluruh tubuh mbah jiwo sebab tidak ada yang mau menyentuhnya.
Tak lama kemudian jenazah mbah jiwo di antar ke pemakaman di sertai tatapan tajam dari warga yang sedang berkumpul sambil mengobrol.
" Begitulah Kalau Jadi Orang Jahat, Tidak Ada Kan Yang Mau Menolong." umpat salah seorang warga.
" Aku Cuma Kasihan Pada Bu Darsih Yang Memiliki Suami Dan Anak Seperti Itu Padahal Dia Sangat Baik." timpal ibu yang satunya lagi.
" Sekarang Kita Sudah Bernafas Lega Dan Tak Takut Lagi Setelah Si Dukun Brengsek Itu Meninggal ." hardik ibu yang lain.
" Iya Bu, Aku Tuh Bahagia Banget Saat Ada Kabar Kalau Mbah Jiwo Sudah Mati." sambung ibu yang berkerudung biru.
Setelah jenazah mbah jiwo dimakamkan tanpa kehadiran jefri, darsih yang memang sudah membawa uang segera memberikannya pada teman-teman nya roni, walaupun dia menolak tapi tetap di paksa bu darsih dan akhirnya menerimanya. Mereka kemudian meninggalkan lokasi pekuburan itu.
Bu darsih yang hanya berjalan kaki karena tak mau di antar sudah terlihat begitu pucat dan tak kuat lagi berjalan dan akhirnya ambruk di tengah jalan. pak kahar yg hendak pergi ke toko membeli pupuk melihat nya lalu bergegas memanggil warga untuk membantu membawanya pulang.
Walaupun darsih istrinya mbah jiwo yang sangat di benci warga tapi mereka masih tetap baik pada darsih ibu nya jefri, itulah sebab nya tetap mau membopong tubuh bu darsih ke rumahnya.
setelah sampai dua orang ibu-ibu yang tadi mengobrol tampak ikut mengantar bu darsih sampai ke rumah nya. Pak kahar yang merasakan tubuh bu darsih tiba-tiba dingin mencoba menggoyang-goyangkan badan nya sembari memanggil namanya.
" Bu Darsih..! Ibu Tidak Apa-Apa Kan." panggil nya dengan nada khawatir.
Karena bu darsih tetap bergeming pak kahar lalu meletakan telunjuk di depan lobang hidung nya tapi dia kaget karena tak merasakan hembusan nafas nya lagi.
" Apa Dia Meninggal." gumam pak kahar.
Ibu yang tadi ikut melihat perubahan pada wajah pak kahar kemudian bertanya. " Ada Apa Pak Kahar?."
" Darsih! Darsih Bu, Jangan-jangan Dia Sudah Meninggal." pungkas nya.
" Achhh Yang Bener Pak..? Kasian Sekali Dia, Terus Jefri Mana Ko Dari Tadi Kita Ndak Lihat Ya Bu." tanya nya pada pak kahar sembari menoleh pada ibu di sebelah nya.
" Iya Ya...! Jangan-jangan Dia Juga Sudah Mati, Hihihi..." sambung nya tertawa.
" Husss...Ibu Ibu Ndak Boleh Gitu Loh " potong pak kahar.
setelah memastikan kalau bu darsih sudah memang meninggal salah satu ibu yang tadi ikut memutuskan untuk menyampaikan pada kepala desa.
terlihat beberapa orang datang melayat, tampak juga bi ijah di sana, setelah di mandikan dan di sholatkan jenazah bu darsih kemudian di bawa ke pemakaman, tak pernah sekali pun jefri keluar dari kamar nya untuk sekedar melihat ibunya untuk yang terakhir kali nya. Jenazah bu darsih di makamkan tepat di samping kuburan suami nya.
Tak lama kemudian warga desa yang ikut mengantar mulai berbisik-bisik.
" Jefri Kemana Ya !, Masa Ibunya Meninggal Dia Tak Pernah Kelihatan, Padahal Seharusnya Dia Ikut Memakamkan Ibunya." ucap ibu yang bertubuh gembrot.
" Iya Bu Poni, Tadi Aja Waktu Kami Mengantar Ibunya Pulang Setelah Di Temukan Pingsan Di Jalan Jefri Tidak Pernah Nongol." sambung ibu berbaju hitam.
" Mungkin Dia Masih Bersedih Bu Wati Karena Kedua Orang Tuanya Meninggal Hampir Bersamaan, Apalagi Si Jefri Sangat Dekat Dengan Bapaknya." timpal ibu berkerudung hitam.
" Ibu-ibu Apa Kalian Sudah Tahu Kalau Jefri Pernah Datang Ke Rumah Neng Rukmi Untuk Melamarnya?." lanjut ibu poni sambil mencolek lengan ibu sebelah nya.
" Yang Bener Bu? Siapa Yang Bilang? Memang Jefri Tidak Tahu Kalau Neng Rukmi Sudah Punya Suami?." lontar ibu wati kembali.
" Bu Ijah Tadi Yang Bercerita Tapi Katanya Neng Rukmi Menolaknya Dan Satu Lagi Ternyata Majikan Nya Itu Lagi Hamil Loh." seru ibu poni sambil tersenyum.
" Ya Jelas Neng Rukmi Tolak Lah, Siapa Sih Yang Mau Punya Suami Kaya Dia Walaupun Punya Wajah Tampan, Aku Si Ogahh..." dengus nya dengan wajah kesal.
" Yeeee...Bu Tati Emang Jefri Mau Sama Situ Hahaha..." potong ibu poni tertawa di ikuti ibu wati.
Kini jefri tinggal sendirian di rumah nya dia tak pernah sekalipun keluar walaupun sekedar membeli makanan atau bertemu teman-teman nya. selama Jefri mengurung diri anak berandalan itu tak pernah lagi terlihat nongkrong didepan rumah rukmini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...