NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sadar

"Sayang, kamu sudah sadar".

Mama Paula menyambut Zareena yang baru saja membuka kedua matanya.

Sejak masuk rumah sakit hari kemarin Zareena benar-benar tak sadarkan diri. Dokter juga sengaja membiarkannya beristirahat.

"Mama ... aku di mana?", tanya Zareena lemas.

"Jangan banyak bergerak dulu. Kamu sekarang ada di rumah sakit", Mama Paula menahan tubuh Zareena yang siap untuk bangun.

"Rumah sakit?".

"Iya, sayang. Kemarin kamu pingsan. Alden, Rayden, dan Helen yang membawamu ke sini", terang Mama Paula.

Zareena mencoba mengingat kembali apa yang dilakukannya kemarin. Dia ingat, hampir sepanjang hari kemarin dia meeting ke berbagai tempat.

"Maaf, Ma, aku jadi merepotkan Mama".

"Tidak, sayang. Mama tidak repot sama sekali. Mama senang kamu sudah sadar", ada senyum haru di wajah Mama Paula.

Zareena juga mencoba untuk membalas senyuman itu.

"Sebentar, Mama panggilkan dokter dulu ya untuk memeriksamu".

Mama Paula menekan tombol yang ada di dekat selang infus.

Tak lama, dokter dan dua orang perawat masuk. Mereka memeriksa kondisi Zareena.

"Kondisi Anda sudah lebih stabil. Mohon jaga istirahat Anda, Nona. Oh ya, nanti perawat akan memberikan Anda vitamin dan beberapa macam obat yang harus Anda minum".

"Baik, Dok", suara Zareena terdengar lirih.

"Dan sebaiknya untuk dua minggu ke depan Anda bed rest untuk memulihkan kondisi Anda dan menjamin kesehatan janin dalam kandungan Anda", terang Sang Dokter setelah memeriksa kondisi Zareena.

"Janin?. Maksudnya ... maksudnya aku hamil, Dok?", Zareena terkejut dan merasa bingung.

"Betul, Nona. Usia janin Anda masih sangat muda, jadi sebaiknya Anda kurangi aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran. Saya permisi", jawab dokter sebelum ia meninggalkan ruangan itu.

"Terima kasih, Dok".

Zareena melirik ke arah Mama Paula yang membalas lirikan itu dengan senyuman.

"Sayang, kamu akan menjadi seorang ibu. Di sini ada Ethan kecil".

Mama Paula mengelus lembut perut Zareena yang masih terlihat rata.

"Benarkah itu, Ma?", Zareena masih tak percaya.

Mama Paula menganggukkan kepalanya. Zareena menghambur, memeluk tubuh Sang Mama mertua. Ada rasa bahagia, haru, bercampur sedih di sana.

"Suamiku pasti senang kalau dia tahu aku hamil, Ma", ucap Zareena di sela-sela tangisnya.

Air mata Mama Paula semakin mengalir mendengar ucapan menantunya. Ia juga berpikir hal yang sama. Tapi saat ini Mama Paula tidak bisa berbicara apapun pada Zareena tentang suaminya, Ethan.

"Iya, sayang. Ini akan menjadi kejutan saat Ethan kembali. Kamu harus lebih menjaga kesehatanmu dan cucu Mama, ya".

Mama Paula mengecup lembut pucuk kepala Zareena.

"Iya, Ma", janji Zareena pada Sang Mama.

"Oh ya, Ma, apa Papa sudah tahu berita ini?".

"Sudah, sayang. Sejak kemarin kami di sini dan sudah mendengar semuanya dari dokter. Nanti sore Papa akan kembali ke sini, sekarang dia ada di kantor bersama Alden", terang Mama Paula.

Zareena terdiam. Hatinya merasa sangat bersyukur memiliki mertua yang sangat baik dan menyayanginya. Tapi di sisi lain Zareena juga sedih, disaat seperti ini Ethan tidak ada bersamanya.

Sementara itu di kantor, Papa Robin tampak berbincang serius dengan Alden dan juga Rayden yang sengaja diundang ke sana.

Mereka tidak hanya membahas bisnis dan kerja sama pengembangan dan pembangunan di Pulau X saja, tapi juga membahas tentang upaya pencarian Ethan yang sudah berjalan lebih dari satu bulan lamanya.

"Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa orang-orang kita masih belum menemukan Ethan atau jasadnya?", Papa Robin mengurut dahinya yang terasa sedikit pusing.

"Maaf Tuan, menurut saya selain kondisi wilayah Pulau X yang cukup menantang, area jatuhnya helikopter dan jangkauan pencarian juga menjadi medan baru untuk orang-orang kita. Selain itu, sepertinya ada campur tangan pihak lain yang membuat upaya pencarian ini masih belum menemukan titik terang", Alden merespon ucapan Papa Robin.

"Ya, kemungkinan itu selalu ada, Alden. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana mengatakannya pada menantuku jika nanti dia menanyakan keberadaan suaminya lagi. Ini sudah terlalu lama", keluh Papa Robin.

"Om, apa tidak sebaiknya kita sampaikan saja kondisi yang sebenarnya pada Zareena?. Diawal hal ini memang akan terasa berat untuk dia terima, tapi aku yakin dia wanita yang kuat", saran Rayden.

Papa Robin menghela nafas dalam. Saran itu sebetulnya sudah dia pikirkan beberapa hari terakhir ini, tapi Papa Robin belum cukup yakin untuk melakukannya.

"Aku khawatir dengan kondisi menantuku. Kalian tahu bukan kalau dia sedang hamil. Pekerjaannya saja sudah membuatnya kelelahan, apalagi jika dia tahu suaminya mengalami kecelakaan dan masih dinyatakan hilang".

Alden dan Rayden saling melirik. Ya, mereka paham dengan kondisi Zareena saat ini.

"Aku akan menambah orang-orangku di sana, Om. Aku juga sudah meminta bantuan Daddy untuk mengirimkan tim pencari dari negara rekanannya. Setahuku mereka sangat terlatih dan sudah sering menangani kasus seperti ini".

"Terima kasih banyak, Rayden. Aku berutang banyak pada keluarga Alexander".

"Tidak masalah, Om. Aku akan tetap membantu sebisaku untuk menemukan Ethan", janji Rayden.

Papa Robin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Al, semua urusan pembangunan dan pengembangan proyek di Pulau X mulai hari ini sepenuhnya aku serahkan padamu. Maaf jika ini semakin menambah beban kerjamu yang sudah terlampau banyak", Papa Robin menatap Alden yang sejak tadi fokus menjadi pendengar.

"Siap, Tuan. Anda tidak perlu meminta maaf, sudah seharusnya saya bekerja dengan maksimal", jawab Alden.

"Semoga istrimu memaklumi jika suaminya akan jauh lebih sibuk lebih dari sebelumnya. Oh ya, aku belum meminta maaf padamu dan Vallen atas ketidak hadiranku dan Paula di acara pernikahan kalian beberapa waktu yang lalu", lanjut Papa Robin lagi.

"Tidak apa-apa, Tuan. Kami mengerti kesibukan Anda", jawab Alden sopan.

Ketiga pria itu kembali terlibat dalam pembicaraan serius. Rayden menawarkan beberapa strategi dalam upaya pencarian Ethan. Papa Robin dan Alden fokus menyimak penjelasannya.

***

"Kamu sudah sadar?".

"Aku ... di mana? siapa kamu?".

Ethan bertanya dan berusaha bangkit dari tempat tidur.

"Jangan banyak bergerak dulu. Kamu ada di rumahku. Sebulan yang lalu kamu mengalami kecelakaan dan aku yang menyelamatkanmu".

"Kamu ... siapa?".

Ethan memicingkan kedua matanya, mencoba melihat sosok wanita yang duduk di samping tempat tidur.

Wanita itu tersenyum manis pada Ethan.

"Aku, Jane".

"Jane?".

Wanita yang mengaku bernama Jane menganggukkan kepalanya.

"Kamu sebaiknya beristirahat kembali. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu. Tunggu sebentar, ya".

Jane pergi dari hadapan Ethan.

Ethan mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa begitu kaku dan nyeri.

"Aaaaaaaaaawwww".

Ethan mengerang, menahan sakit yang muncul bersamaan di area kepala, tangan kanan, dan kedua kakinya.

"Sudah aku katakan, kamu jangan banyak bergerak dulu. Luka-lukamu belum sembuh dan kamu juga baru sadar setelah koma selama satu bulan terakhir ini".

Jane bergegas membantu Ethan. Dia baru saja kembali ke dalam kamar setelah memanggil dokter.

Dokter yang dipanggil Jane masuk dan memeriksa Ethan dengan menyeluruh.

"Ini sebuah keajaiban, Nona. Tubuhnya pulih dengan cukup cepat, bahkan dia bisa sadar dari koma. Tapi Anda harus tetap memperhatikan gerak-geriknya, jangan sampai dia banyak bergerak atau beraktivitas dulu".

"Baik, Dokter. Terima kasih".

Setelah Dokter pergi, Jane menyiapkan air hangat di dalam sebuah mangkuk besar. Tak lupa dia juga membawa handuk kecil, handuk besar, dan pakaian.

"Aku senang kamu sudah sadarkan diri. Sekarang aku akan membersihkan tubuhmu", ucap Jane yang kini sudah duduk di samping tempat tidur.

Ethan menatap Jane dengan dalam. Dia sepertinya sedang mencoba mengingat sesuatu.

"Aku ... siapa aku?", tanya Ethan pada Jane.

Jane terdiam. Dia balik menatap Ethan. Beberapa waktu yang lalu, dokter yang selama ini merawat Ethan pernah mengatakan kemungkinan hilangnya ingatan Ethan dan ternyata kemungkinan itu benar terjadi. Meskipun dokter juga menjelaskan kondisi tersebut bersifat minor atau sementara saja. Jadi, peluang Ethan untuk kembali mengingat semuanya masih sangat besar.

Jane tersenyum ke arah Ethan.

"Kamu adalah Leon, suamiku", jawab Jane sambil mulai membersihkan tubuh Ethan.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!