NovelToon NovelToon
Terbuangnya Tuan Muda Sombong

Terbuangnya Tuan Muda Sombong

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: roliyah

Rate. 21+ 🔥


Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.

Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.

Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.

Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkeliling pasar

Mateo mengajak Anin berbelanja barang yang di butuhkannya. Mateo terus berkeliling pasar mencari beberapa potong pakaian, hingga tiba di depan toko pakaian wanita. Mateo menarik tangan Anin dan mengajak Anin masuk ke toko tersebut. Mateo memilih beberapa potong pakaian, setelah itu Mateo segera membayarnya.

"Kamu lapar tidak?" tanya Mateo kepada Anin dan di jawab dengan anggukan kepala.

"Kamu tau warung makan yang enak di pasar ini?" tanya Mateo lagi dan Anin pun mengangguk.

"Kalau begitu tunjukkan dimana tempatnya."

Anin mengangguk dan segera mengajak Mateo ke warung nasi yang tempatnya tidaklah jauh dari toko pakaian wanita tadi.

Tiba di warung nasi, Mateo segera mengajak Anin dan memilih makanan yang sudah tersedia di etalase.

"Kamu mau makan apa?"

Anin menggelengkan kepalanya.

"Kenapa nggak mau makan?" tanya Mateo.

Anin merogoh buku kecil dan pensil dari saku celananya dan menulis sesuatu, setelah itu Anin memberikan kepada Mateo.

Mateo membaca apa yang di tulis oleh Anin. "Saya tidak sanggup membayar jika saya makan di warung seperti ini." Mateo membaca tulisan Anin.

Mateo menatap Anin yang kini tengah menatapnya dengan tatapan polos. Mateo tersenyum simpul dan menarik Anin untuk duduk dan Mateo segera memesan dua porsi makanan kepada pemilik warung.

Dua piring makanan sudah tersaji di depan Mateo, segera Mateo berikan satu piring ke hadapan Anin.

"Makanlah, saya tau kamu pasti lapar dan saya yang akan membayarnya," tutur Mateo lembut.

Anin berkaca-kaca karena jarang sekali ada orang yang berwelas kasih terhadapnya, apa lagi orang seperti Mateo. Lelaki yang berparas rupawan dan juga baik hati.

Anin mengangguk sembari menyusut air mata yang akan jatuh ke pipinya menggunakan lengan bajunya. Mateo tersenyum menatap Anin yang begitu lahap dengan makanannya.

"Jika kamu mau tambah, tinggal tunjuk saja," ujar Mateo dan di jawab anggukan kepala Anin.

Mateo dan Anin segera menghabiskan makanannya.

"Bu, tolong bungkus satu dengan lauknya ayam goreng dan sayur... ini apa Bu namanya?" tunjuk Mateo ke salah satu sayur yang tersaji di etalase.

"Ini namanya sayur lodeh, ini kangkung, ini kacang panjang dan ini orek tempe."

"Emm... sayur... kacang panjang dan orek tempe, jangan lupa tambahin ayam gorengnya, Bu."

"Iya, kang," jawab si ibu pemilik warung.

"Ada lagi kang?" tanya si pemilik warung.

"Sudah itu saja."

Si ibu pemilik warung segera membungkus pesanan Mateo, setelah itu memberikannya kepada Mateo. Mateo segera membayarnya, lalu Mateo dan Anin pergi meninggalkan warung tersebut.

Di tengah perjalanan menuju lapak nek Iroh Mateo memberikan tiga kantong plastik hitam kepada Anin dan satu kantong plastik berisi nasi bungkus.

"Ini... ambillah" kata Mateo dan di terima oleh Anin.

"Dan ini, sebagai bayaran kamu karena kamu sudah menemani saya berkeliling pasar." Mateo mengulurkan empat lembar uang pecahan seratus ribu dan dua pecahan lima puluh ribu kepada Anin.

Anin tertegun melihat uang lima ratus ribu yang masih berada di tangan Mateo, Anin ragu untuk mengambil uang tersebut. Anin menatap wajah Mateo.

"Kenapa diam saja? ini ambil," ucap Mateo.

Anin mengambil satu lembar uang lima puluh ribuan. Mateo mengernyitkan dahinya karena Anin hanya mengambil uang lima puluh ribu saja.

"Kenapa nggak di ambil semua."

Anin menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" tanya Mateo.

Anin menulis di buku dan menyerahkan kepada Mateo. "Saya tidak pantas mendapatkan uang sebanyak itu, lagi pula saya hanya menemani tuan berkeliling pasar dan juga saya tidak bawa barang belanjaan tuan." Mateo membaca tulisan Anin.

Mateo menghela nafasnya, kemudian Mateo menyerahkan kembali bukunya dan Mateo menarik tangan Anin. Di serahkan uang tersebut ke telapak tangan Anin tapi Anin menggelengkan kepalanya cepat.

"Sudah ambil saja, kamu pantas mendapatkan uang ini," ucap Mateo tulus.

Anin berucap kata Terima kasih tanpa suara dengan mata berkaca-kaca.

"Iya, sama-sama. Saya pergi. Jaga dirimu baik-baik, besok saya akan datang lagi kesini dan saya harap kamu mau menemani saya lagi," ujar Mateo yang di jawab anggukan kepala Anin.

Mateo pergi meninggalkan Anin dengan mengulum senyumnya. Sedangkan Anin berucap syukur atas rizki yang di dapatkannya hari ini.

***

Sore harinya Darren pulang dengan tergesa-gesa. Darren tiba di rumah dan langsung masuk mencari dira di dalam rumah.

"Ra...." teriak Darren mencari Dira.

"Iya... aku di belakang rumah," sahut Dira.

Darren langsung menemui Dira di belakang rumah yang ternyata tengah mengangkat jemuran yang sudah kering. Darren langsung memeluk Dira dari belakang dan mencium kepala Dira.

"Aku kangen...." seloroh Darren yang mengeratkan pelukannya seraya mencium pipi Dira

" Kamu nggak di apa-apain kan sama si semprul Teo," sambung Darren.

"Nggaklah, emangnya kang Teo penjahat apa?" jawab Dira masih mengangkat jemurannya.

"Siapa tau si semprul ngapain hati kamu, aku kan takut hati kamu berpaling dari aku."

"Hati aku masih ada nama kamu. Awas aku mau masuk ke rumah dan lebih baik kamu mandi dulu," ujar Dira.

"Nggak mau, aku masih kangen sama kamu. Sini menghadap ke aku."

Darren langsung memutarkan tubuh Dira dan menghadap ke arahnya. Dira mengadahkan pandangannya menatap netra Darren.

"Apa?" tanya Dira.

"Cium," pinta Darren manja.

"Nanti saja di kamar, kalau di lihat kang Teo aku malu," tukas Dira.

"Aku nggak peduli."

Darren langsung mencium bibir Dira lembut yang di balas oleh Dira, keduanya saling memagut dan saling membelit lidah. Mateo datang dan ingin bertanya dimana letak gula ke Dira, Mateo langsung menggelengkan kepalanya melihat Darren dan Dira tengah berciuman.

"Benar-benar kalian ini, berciuman dimana saja, dan nggak tau tempat," gerutu Mateo yang langsung kembali masuk ke dalam rumah.

1
Diana Taslim
Luar biasa
Giyeem Endut
ceritanya sederhana aku suka, maksih y thor
mursih brebes
bagus
Giyeem Endut
badas kali dira, aku suka
Giyeem Endut
bucin akut y si darren
Giyeem Endut
wahhh🤣🤣🤣
Giyeem Endut
cieee yg uda cemburu
Giyeem Endut
gemessss thor
Giyeem Endut
Kecewa
Giyeem Endut
Buruk
Giyeem Endut
uda cari perhatian y si darren
Giyeem Endut
darren mulai suka sm dira
Giyeem Endut
geliii😂😂😂
Giyeem Endut
agak lain kayak nya ini seru
kurnia rahayu
Luar biasa
Sudar Wati
ya ampun paten kali bumil bisa menghukumi orang biar jerah tapi kok bikin geli
Rara Kusumadewi
tuh kan terjebak permainan sendiri si darren
Alejandra
Perasaan pup bayi nggak bau, cuma asem doang, kenapa jijik sich...
Alejandra
Bukannya dulu Darren tu anti sama cew, tapi kenapa gampang aja didekatin cew meski hanya sebatas rekan kerja tapi harusnya jadi cow tu u peka dkit...
Alejandra
Mungkin itu akibat dari berbuat zalim terhadap cucu menantu sendiri...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!