Maya, seorang wanita muda yang cantik dan sukses dalam karier, hidup dalam hubungan yang penuh dengan kecemburuan dan rasa curiga terhadap kekasihnya, Aldo. Sifat posesif Maya menyembunyikan rahasia gelap yang siap mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Kedekatan yang Tumbuh
Hubungan Aldo semakin dekat dengan Arini. Mereka sering bekerja sama dalam berbagai proyek, dan kedekatan itu tumbuh seiring waktu. Maya, yang tinggal di Jakarta, tidak mengetahui perkembangan ini karena Aldo jarang membicarakannya, berusaha untuk tidak membuat Maya khawatir.
Di Surabaya, Aldo dan Arini sering makan siang bersama. Kedekatan mereka terasa alami, terutama karena mereka memiliki banyak kesamaan dalam pandangan dan pendekatan kerja.
Suatu siang, di sebuah kafe dekat kantor, Arini membuka pembicaraan dengan nada serius. "Aldo, aku tahu situasi di kantor belum sepenuhnya stabil. Bagaimana kamu menghadapinya?"
Aldo menghela napas dan mengambil sepotong roti dari piringnya. "Ya, masih sulit. Ada beberapa masalah yang belum selesai. Tapi aku berusaha tetap fokus dan bekerja sebaik mungkin."
Arini menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Kamu harus tetap kuat. Jangan biarkan masalah ini mengalahkanmu."
Aldo tersenyum tipis. "Terima kasih, Arini. Kehadiranmu sangat membantu. Aku merasa lebih tenang ketika ada seseorang yang bisa diajak bicara."
Arini tersenyum balik, meraih tangan Aldo sejenak. "Kita teman, Aldo. Aku selalu ada di sini untuk mendukungmu."
Sementara itu, di Jakarta, Maya menjalani hari-harinya dengan rutinitas yang sama. Dia mengurus Luna, bekerja, dan mencoba mengelola kecemasannya dengan bantuan dari psikiaternya. Maya merasa sedikit lebih tenang, tetapi kadang-kadang merasa ada yang kurang dari komunikasi dengan Aldo.
Malam itu, setelah pulang kerja, Aldo berbicara dengan Maya melalui telepon. "Sayang, aku tahu mungkin kamu merasa kita kurang berkomunikasi akhir-akhir ini. Tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu memikirkan kalian."
Maya menghela napas, suaranya terdengar lelah. "Aku tahu, Aldo. Aku hanya merindukanmu. Rasanya sulit menjalani semua ini tanpa kamu di sini."
Aldo merasa hatinya berat. "Aku juga merindukanmu dan Luna. Tapi kita harus kuat, demi masa depan kita."
Maya mengangguk. "Aku akan berusaha lebih keras. Tapi tolong, kalau ada sesuatu, jangan ragu untuk memberitahuku."
Aldo menjawab dengan lembut, "Tentu, Maya. Aku akan selalu jujur padamu."
Hari-hari berlalu, dan Aldo terus berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaannya di Surabaya dan hubungannya dengan Maya dan Luna di Jakarta. Kedekatan dengan Arini memberikan dukungan yang sangat berarti baginya di tempat kerja.
Suatu hari, Arini mengajak Aldo untuk berbicara setelah jam kerja. Mereka duduk di sebuah kafe yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kantor.
"Aldo, aku merasa ada yang tidak beres. Kamu kelihatan sangat stres akhir-akhir ini," kata Arini dengan nada prihatin.
Aldo menghela napas panjang. "Ya, tekanan di kantor semakin berat. Kadang-kadang aku merasa seperti tidak ada habisnya."
Arini menatap Aldo dengan penuh empati. "Kamu harus menjaga kesehatanmu. Jangan terlalu memaksakan diri."
Aldo tersenyum lelah. "Aku akan berusaha. Terima kasih sudah selalu ada untukku."
Kedekatan mereka semakin terasa, namun Aldo tetap berusaha memastikan bahwa hubungannya dengan Maya tidak terganggu. Ia tahu bahwa Maya dan Luna adalah yang paling penting dalam hidupnya, dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjadikan mereka prioritas utama.
Di Jakarta, Maya terus menjalani hari-harinya, tidak mengetahui betapa dekatnya Aldo dengan Arini. Namun, Aldo berusaha menjaga transparansi dalam hubungan mereka, meskipun ia tidak menceritakan setiap detail kecil. Ia ingin menjaga kedamaian rumah tangganya, sambil tetap berusaha menjadi yang terbaik di tempat kerjanya.
Sementara itu Satria, yang masih marah dan dendam terhadap Aldo, terus menyusun rencana untuk menjatuhkannya. Satria merasa bahwa Aldo adalah ancaman besar bagi karirnya dan dia tidak akan berhenti sampai Aldo disingkirkan dari perusahaan.Di sudut lain kota, Satria duduk di mejanya, berpikir keras tentang langkah berikutnya. "Aku tidak bisa membiarkan dia terus berjalan mulus seperti ini," gumamnya pelan.Dia mulai mengumpulkan informasi tentang Aldo, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Satria menyusun strategi, mencoba menemukan cara untuk mempengaruhi opini manajemen terhadap Aldo. Dia berencana untuk menyebarkan rumor yang bisa merusak reputasi Aldo di perusahaan.Beberapa minggu berlalu, dan Satria mulai melancarkan aksinya. Dia menyebarkan cerita-cerita negatif tentang Aldo di antara rekan kerja, berharap bisa menanamkan keraguan di benak mereka. Selain itu, Satria juga berusaha mendekati atasan Aldo, memberikan informasi-informasi yang bisa menjatuhkan Aldo.Namun, Aldo tidak mudah terpengaruh oleh upaya Satria. Dengan dukungan Arini dan tekad kuatnya, Aldo terus bekerja keras dan menunjukkan kinerjanya yang terbaik. Ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk melawan fitnah adalah dengan membuktikan diri melalui kerja keras dan integritas.Konflik ini masih jauh dari selesai. Satria tidak akan berhenti sampai dia mencapai tujuannya, sementara Aldo terus berjuang untuk mempertahankan posisinya dan melindungi keluarganya.
Setelah beberapa kali mencoba merusak reputasi Aldo di perusahaan dan gagal, Satria memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih drastis. Ia merasa perlu menargetkan sesuatu yang lebih pribadi untuk mengguncang Aldo, dan pemikiran itu membuatnya terpikir pada Maya, istri Aldo yang tinggal di Jakarta.
Satria mendapatkan nomor telepon Maya dengan cara yang tidak jujur, melalui salah satu kontak di perusahaan. Dengan niat busuk, dia memutuskan untuk menghubungi Maya dan menceritakan tentang kedekatan Aldo dengan Arini, berharap bisa memprovokasi dan menghancurkan hubungan mereka.
Suatu sore, ketika Maya baru saja pulang dari bekerja dan sedang mengurus Luna, teleponnya berdering. Di layar terlihat nomor tak dikenal. Maya menjawab telepon itu dengan sedikit ragu.
"Halo, ini Maya," sapanya.
"Halo, Bu Maya. Saya Satria, rekan kerja Aldo di Surabaya. Saya tahu ini mungkin mendadak, tapi saya merasa perlu memberitahu Anda tentang sesuatu yang penting," kata Satria dengan nada yang berpura-pura prihatin.
Maya merasa ada yang aneh, tetapi tetap mendengarkan. "Apa yang ingin Anda sampaikan, Pak Satria?"
Satria menarik napas dalam-dalam, berusaha menyusun kata-katanya agar terdengar meyakinkan. "Saya tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini, tapi saya merasa Anda berhak tahu. Aldo dan seorang rekan kerja kami, Arini, tampak sangat dekat akhir-akhir ini. Mereka sering terlihat bersama, dan banyak rekan kerja yang mulai berbicara tentang kedekatan mereka."
Maya merasa dadanya berdebar. "Apa maksud Anda dengan 'tampak sangat dekat'? Aldo tidak pernah menyebutkan tentang ini."
Satria melanjutkan, "Mereka sering makan siang bersama, berbicara dengan sangat akrab, dan tampaknya mereka lebih dari sekadar rekan kerja. Saya tidak ingin menuduh apa-apa, tetapi saya pikir Anda berhak untuk mengetahui apa yang terjadi."
Maya merasa dunia seakan runtuh. Pikiran tentang Aldo dan Arini membuatnya cemas dan marah sekaligus. "Terima kasih sudah memberitahu saya, Pak Satria. Saya akan membicarakannya dengan Aldo."
Setelah menutup telepon, Maya merasa gelisah. Ia duduk di sofa, mencoba menenangkan diri, tetapi pikirannya terus berputar. Ia berpikir apakah Satria mengatakan yang sebenarnya atau hanya mencoba memanipulasinya.
Sementara itu, di Surabaya, Aldo sedang bekerja ketika menerima pesan dari Maya. "Aldo, kita perlu bicara malam ini. Ada sesuatu yang penting."
Aldo merasakan firasat buruk. Malamnya, saat mereka berbicara di telepon, Maya langsung mengungkapkan kekhawatirannya. "Aldo, aku menerima telepon dari seseorang bernama Satria. Dia mengatakan bahwa kamu sangat dekat dengan Arini. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Aldo terkejut dan marah mendengar nama Satria disebut. "Maya, dengar, Satria adalah orang yang mencoba menjatuhkanku di kantor. Dia memanfaatkan ini untuk membuat keretakan antara kita. Arini memang rekan kerja yang baik, dan kami sering bekerja bersama, tapi tidak ada yang lebih dari itu."
Maya berusaha menenangkan diri. "Aku percaya padamu, Aldo, tapi ini sangat mengganggu. Tolong, aku butuh jaminan bahwa kita akan baik-baik saja."
Aldo menarik napas dalam-dalam. "Maya, kamu dan Luna adalah yang terpenting bagiku. Aku tidak akan membiarkan apa pun merusak keluarga kita. Satria hanya mencoba memprovokasi kita. Aku akan menangani ini, dan aku akan lebih terbuka tentang apa yang terjadi di sini."
Percakapan mereka berakhir dengan sedikit kelegaan, tetapi Maya masih merasa cemas. Ia berusaha mempercayai Aldo, tetapi kata-kata Satria terus mengganggunya.
siapa sebenarnya satria ??
siapa pendukung satria??
klo konseling dg psikolog g mempan, coba dekat diri dg Tuhan. setiap kekhawatiran muncul, mendekatlah dg sang pencipta. semoga dg begitu pikiran kalian bisa lebih tenang. terutama tuk Maya. berawal dr Maya & kini menular ke Aldo