Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 : Makan Malam Di Hutan.
Terlihat sosok Gadis Demi Human rubah ungu tengah berdiri dengan perlahan. Kedua matanya menatap tajam ke arah dua orang yang berdiri tak jauh di depannya.
"Kalian kira bisa membuatku jatuh dan tunduk ? Itu tidak akan terjadi." ucapnya sambil memanjangkan semua kuku jarinya yang tajam.
Reynal berkata. "Sayangnya bukan aku yang akan membuatmu tunduk, tapi dia yang akan menjadi tuanmu." katanya sambil menunjukan Dika yang berdiri disampingnya.
Pangeran itu memegang pundak remaja itu. "Dika, aku merasa tugasku sudah selesai, sekarang aku akan pulang."
Tiba-tiba sebuah portal muncul di belakang mereka berdua. Reynal pun berpamitan sembari menjabat tangan dengan Dika, setelahnya, lalu ia memberikan batu sihir yang dimana batu itu adalah inti kalung budak. Reynal berbisik, dia mengatakan jika batu itu hancur, maka kontrak kalung budaknya akan hilang.
Setelah menjelaskan semuanya kepada Dika, Reynal berjalan masuk ke dalam portal. Begitu sudah masuk, portal itu pun menyusut dan hilang. Setelah melihat kepergian salah satu teman barunya, pandangannya beralih ke arah gadis rubah yang sedang melongo ke arahnya.
"Hei, kenapa kau ?" sapa Dika bertanya.
"Tadi itu portal apa ?" sahut gadis rubah itu menjawab secara reflek.
"Owh, barusan portal untuk pergi ke tempat yang jauh secara instan." jawab Dika dengan santai.
Lalu remaja itu berjalan ke arah tasnya yang tergeletak. Mana mungkin ia membiarkan tas yang berisikan barang-barang berharga begitu saja. Dika pun berjalan kembali mendekati gadis rubah itu.
"Jadi, namamu siapa ?" tanya Dika.
Gadis itu tersadar, pandangannya kembali fokus ke arah Dika dengan tajam. Dika menatap malas dan menghela nafasnya. "Aku tanya, namamu siapa ?"
Gadis itu malah tersenyum miring, lalu ia membalas. "Aku tidak punya hak untuk menjawab kepada manusia kotor sepertimu."
Dika pun merubah tatapannya dengan serius. "Aku sebagai tuanmu jawablah pertanyaanku, siapa namamu ?"
Gadis rubah itu malah terkekeh mendengarnya, saat akan bersuara dengan kata-kata kasar, tiba-tiba mulutnya terdiam. Dengan paksaan dia mencoba untuk bersuara, alhasil mulutnya malah bersuara dengan kata-kata terbata-bata. "Vi-Violet Le-Lecott."
Jadi, nama gadis rubah rubah itu bernama Violet Lecott, dan Dika yang mendengarnya mengangguk-anggukan kepala dan memegang dagunya. "Nama yang bagus, kalau begitu ayo ikut aku."
"Kau memerintahku ? Jangan kau kira aku menuruti ucapanmu tadi..!!" balas Violet dengan lantang sambil melihat Dika yang sudah berbalik dan perlahan menjauh.
Sekilas, tiba-tiba lehernya merasakan sedikit sakit, dan tubuhnya tiba-tiba juga bergerak dengan sendirinya. "A-apa ? Apa yang terjadi ? Kenapa tubuhku bergerak sendiri."
Violet mencoba melawan dan menahan tubuhnya, dan hasilnya tubuhnya tetap bergerak, malahan dirinya berjalan kaku seperti robot karena ia tahan. Dan sekarang Dika memiliki kawan perjalanan petualangannya, lebih tepatnya budak atau bawahan yang menemaninya meski suka sekali memakinya dan terus berusaha melepaskan kalung budak di lehernya.
.....
Langit telah gelap, kini Dika tengah duduk dan membakar dua daging kelinci hutan buruannya tadi. Ia tak sendiri, karena di seberang depannya sudah ada budaknya yang duduk di batang pohon yang sudah roboh. Ya, dialah rubah gadis cantik yang bernama Violet. Dia sedang diam, padahal hampir selama perjalanan hingga malam, dia terus mengoceh dan memaki Dika.
Dan sekarang gadis itu malah menatap tajam ke arah Dika. "Sudahlah, gak udah sok-sokan punya rencana mau menyerangku. Itu gak akan berhasil." ucap Dika tanpa menatap Violet, karena ia sedang fokus membumbui daging buruan di atas api unggun.
Violet pun membalas. "Kali ini aku kalah, dan saat aku berhasil melepaskan kalung ini, saat itu juga aku akan menyerangmu dan menyiksamu tanpa ampun, sampai kau memohon untuk diberi kematian."
"Hahahahaha....." Dika tertawa terbahak-bahak.
"Sungguh rencana dan imajinasi yang luar biasa. Sampai gak bisa menahan diri untuk tidak tertawa, hahahaha...." kata Dika, lalu ia kembali fokus daging buruannya, meski sudah mereda tawanya, tapi mulutnya tak bisa berhenti untuk terkekeh.
Terlihat urat kecil di dahinya Violet, ia memejamkan kedua matanya dan kedua tangannya mengepal kuat-kuat. Sedari awal ia mencium aroma daging bakar yang wangi, tiba-tiba aromanya semakin kuat di indra penciumannya. Memang benar, Violet yang merupakan Ras Demi Human spesies rubah, dan dia memiliki kemampuan indra penciuman, penglihatan, dan pendengaran yang tajam.
Meski begitu, itu hanya bisa dipakai kalau dia sedang ingin, terutama jika saat keadaan darurat atau bertarung. Dan sekarang, padahal ia sedang tak mempertajamkan indra penciuman dan kedua lainnya, lalu ia membuka kedua matanya. Begitu dibuka, ia terkejut, melihat satu ekor kelinci bakar sudah di depannya dengan beralasan daun.
Benar, Dika memberikan satu ekor buruannya yang sudah matang kepada Violet. Dengan melebarkan kedua matanya, ekspresi bingung mulai terlukis di wajahnya, ia memandangi Dika yang kembali duduk di depannya.
Dika yang juga ikutan bingung pun bersuara. "Kenapa malah lihat aku ? Itu dimakan, aku sudah masak bener-bener malah gak makan."
Violet masih dalam keadaan bingung. Ya, karena ia tak mengira Dika akan memberikannya satu ekor buruannya kepadanya, padahal ia sudah mengira kalau remaja itu akan memakan semuanya. Dika yang sedang mengunyah makanannya, kembali menatap Violet yang diam saja.
"Kalau kau sampai kelaparan, jangan salahkan aku loh ya." ucap remaja itu, lalu ia kembali melanjutkan makan makanannya.
Violet segera meraih satu ekor kelinci bakarnya, ia melihat-lihat, dari penampilannya tidaklah buruk menurutnya. Lalu ia mengendus-endus, kedua matanya terbelalak, seketika ia langsung menggigit gading bakarnya. Sungguh lezat rasanya, karena seumur-umur baru kali ini ia makanan enak seperti ini
Rasa kelezatan daging yang sedang ia makan membuatnya tak bisa berhenti mengunyahnya. Gigitan demi gigitan, perlahan daging bakarnya hanya tinggal tulang-tulang saja. Kenyang ? Sungguh kenyang rasanya.
Sedangkan Dika, yang baru saja menghabiskan setengahnya, melongo tak percaya, lalu ia melanjutkan kembali makannya. Dengan senyuman tipis di bibirnya, karena melihat Violet makan dengan lahap. Dan terlihat lucu saat melihat ekornya ungunya bergoyang-goyang
.....
Hari semakin malam, kini Dika tengah berjaga dan menatap api unggun, tapi ia sudah merasa tak nyaman lagi.
"Jangan menatapku terus..!!" kata Dika dengan perasaan jengkelnya.
Violet memiringkan kepalanya, lalu berkata. "Apa salahnya jika aku berjaga-jaga bila nanti kau bertindak macam-macam."
"Hah ?" sahut Dika keheranan. "Maksudmu apaan, anjirr. Emangnya aku laki-laki macam apa ?" lanjutnya tak terima.
Violet tersenyum miring. "Bukankah semua manusia begitu kepada budaknya, terutama laki-laki, yang akan memperlakukan budaknya hanya untuk permainan nafsu kalian."
Sudut bibir remaja itu berkedut-kedut. "Kenapa bisa kau berfikir sampai sejauh itu ? Aku malah gak sampai kepikiran kaya begituan. Segitunya kah kau membenci Ras manusia ?"
"Jangan berpura-pura untuk tidak tau, jangan mengira kalau aku akan lengah karena telah diberi makanan olehmu." balas Violet dengan tatapan tajamnya.
"Ehh, buset dah nih orang pikirannya jelek terus ke aku. Heran banget, bisa-bisanya kau berfikir jelek padaku. Bukankah sudah seharusnya sebagai tuanmu, aku pastinya memberi makan untuk kamu bertahan hidup." jawab Dika sambil memegang dahinya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Violet yang mendengarnya malah memasang wajah kebingungan. Saat akan membalas, Dika lebih dulu bersuara. "Sudahlah, aku lagi gak mau berdebat." remaja itu langsung merebahkan tubuhnya ke daun yang sudah ia siapkan sebagai alas tidurnya.
lanjutkan