Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14. Malah Bertemu Siluman
Rombongan Pak RT sudah sampai di dataran agak tinggi yaitu di area pemakaman keramat. Ketiganya terus berpencar, jika sekira ada hal yang mencurigakan maka ketiganya akan saling memberitahukan.
Ketiganya benar-benar teliti, hampir ke segal pelosok di area pemakaman tersebut. Dari mulai semak belukar, tebing, saluran air yang mengering, semuanya beraih sudah dicek, dan juga termasuk di area antara batu-batu yang besar, sebesar rumah penduduk pun yang berada di area pemakaman barangkali kawanan pencuri itu bersembunyi di balik batu besar sudah pula dicek. Tapi hasilnya nihil.
Beberapa lama kemudian, setelah semua tempat digeledah, dan tanpa ada hasil, akhirnya Pak RT memutuskan untuk kembali lagi ke rumah atau ke pos ronda.
Kebetulan, Juragan Basri dan Mang Darta juga sudah menunggu pak RT di salah satu saung ladang milik warga.
"Bagaimana, Pak RT, apa ada tanda-tanda ?" Tanya Juragan Basri penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan Juragan Basri, Pak RT menaruh obornya dekat tiang saung. Dan apinya telah dipadamkan. Hanya obor mang Darta dan Juragan Basri yang masih nyala, itu juga sudah mulai redup seperti sebentar lagi akan kehabisan minyak tanah.
Pak RT duduk di samping Mang Darta pada bangku panjang yang ada di dalam saung ladang tersebut. Kemudian menjawab pertanyaan Juragan Basri.
"Saya sudah cek ke seluruh tempat di sekitaran sini, tapi nggak ada yang mencurigakan, kawanan pencuri itu nggak ketemu, Juragan. O iya kalau Juragan dan Mang Darta bagaimana." Pak RT balik bertanya.
"Oowh... Saya dan Mang Darta juga sama, Pak RT." Ucap Juragan Basri bernada putus asa.
Sementara waktu, ketiga nya hanya bisa berdiam.Wajah lelah ketiga orang dewasa itu sangat kentara. Apalagi bagi Juragan Basri, yang telah kehilangan perhiasan dan uang yang tidak sedikit nilainya di zamannya.
Suasana dini hari yang semakin sunyi. Angin malam yang berhembus membawa hawa yang lebih dingin. Suara jangkrik dan binatang malam yang biasa liar malam, terasa semakin mencekam.
"Terus bagimana kita ini. Langkah selanjutnya Pak RT?" Mang Darta mulai terdengar bertanya pada Pak RT
"Kalau menurut Saya mah, mendingan kita pulang saja dulu. Atau kita kembali ke Pos ronda lagi. Siapa tahu Kang Inon dan teman-temannya sudah ada di sana." Jawab Pak RT datar.
Setelah diiyakan oleh Juaragan Basri dan Mang Darta, akhirnya ketiganya meninggalkan tempat itu.
Baru saja beberapa langkah ketiganya meninggalkan saung ladang dari milik warga, tiba-tiba ekor mata Mang Darta meihat ada bayangan hitam yang berkelebat tidak jauh dari mereka. Mungkin hanya beberapa puluh meter saja. Mang Darta langsung menarik lengan Pak RT yang berada di depan nya. Dan langsung berbisik.
"Pak RT...Saya melihat ada bayangan orang yang berkelebat di bawah pohon Kamboja ke arah Utara."
Pak RT sedikit tertegun, dan menoleh ke Mang Darta di belakangnya.
"Ada apa Mang Darta?" Tanya Juragan Basri, sambil ikutan berbisik.
"Sssttt....jangan keras-keras. Barusan saya melihat bayangan seseorang yang berkelebat, dari bawah pohon kamboja, melewati rimbunan pohon pisang di sebelah sana." Jawab Mang Darta, setelah menoleh ke belakang ke Juragan Basri yang berdiri di belakangnya. Kemudian menunjuk ke arah yang tadi Mang Darta lihat.
"Ayo kita selidiki, jangan-jangan salah satu teman dari kawanan pencuri." Bisik Pak RT lagi, kemudian Ia mendekati Saung lagi, lalu memadamkan nyala api obornya.
Mang Darta dan Juragan Basri seolah mendapat perintah, keduanya mengekor Pak RT masuk lagi ke dalam Saung ladang.
"Kita perhatikan dari sini, kebetulan tidak terlalu jauh, dan mereka tidak melihat keberadaan Kita, karena posisi Kita di atas. Matikan nyala obornya, Mang, kayaknya dengan cahaya rembulan walau separuh, kita masih bisa memerhatikan keadaan di sekitar sini, Saya juga barusan melihatnya. Bayangan kelebatnya ke arah rimbunan pohon pisang yang bersebelahan dengan batu-batu besar. " Pak RT panjang lebar mengatur rencana dan strategi.
Tak berselang lama, kini ketiga nya melihat lagi secara bersamaan, ada kelebat seseorang tapi wajahnya nggak jelas, Juragan Basri pun spontan histeris, beruntung ia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan kirinya.
"Ituuu dia.. jangan-jangan dia salah satu rombongan penjahat itu !!"
"Ssssttttt jangan keras-keraaas Juragan. Kita bisa gagal nih. Ayo, kita langsung mendekat.!" Pak RT memperingatkan.
Beberapa menit kemudian, ketiganya mengendap mendekati bayangan berkelebat yang sangat mencurigakan tersebut.
Walau hati mereka merasa deg degan, tapi ketiganya memaksakan diri menghampiri bayangan itu.
Hingga sudah sampai di dekat rimbunan pohon pisang, Pak RT, Mang Darta dan juga Juragan Basri menyembunyikan dirinya di balik pohon pisang. Ketiganya tertegun, ketika beberapa meter dari tempat persembunyian, tampak ada seseorang yang lagi duduk di atas batu besar membelakangi ketiganya.
"Wah.. Benar ini mah, Saya curiga, ini pasti salah satu teman atau bahkan Bos nya dari kawanan maling, Pak RT. Dia sepertinya sedang menunggu teman-temanya." Bisik Juragan Basri di telinga Pak RT.
" Terus apa yang akan kita lakukan. Pak RT ?" Tanya Juragan Basri tidak sabar. Bahkan sudah disiapkan nya golok yang ia bawa.
"Jangan gegabah. Juragan. Kita tanya dulu, siapa tahu Ia orang yang lagi menunggu air buat mengairi sawah nya. Kan di musim kemarau ini jadwal pembagian air buat sawah mulai diberlakukan." Jelas Pak RT.
"Ayo Kita ke sana, Pak RT." Mang Darta juga ikut nimbrung.
" Hmmm ayo..." kata Pak RT langsung berdiri dan Juragan Basri memilih duluan, di depan Pak RT. Rupanya sudah tidak sabar untuk meringkus maling yang telah menggasak rumahnya.
Beberapa menit kemudian, ketiganya sudah berada di belakang lelaki tersebut jarak satu meteran. Dengan tidak sabar, tiba-tiba Juragan Basri langsung bertanya pada lelaki itu dengan nada sedikit keras, suaranya bergetar seolah menahan emosi dari dalam.
"Hai.. Ki sanak..siapa Ki Sanak ini..malam-malam begini berada di tempat seperti ini. Sedang apa, hah !? Sedang menunggu tiga orang teman nya. Ayo jawab.!!" ucap Juragan Basri yang tiba-tiba ngomong begitu saja dengan intonasi yang tinggi. Hingga Pak RT sedikit menyenggol pergelangan Juragan Basri, seolah memberi isyarat jangan terlalu buru-buru. Tapi rupanya Juragan Basri tak memperdulikan Pak RT. Mungkin karena rasa kesal dan geramnya yang meluap luap pada kawanan maling.
Suasana mendadak hening. Hanya suara angin dini hari yang mendadak sedikit kencang, hingga menimbulkan suara-suara gaduh dari daun-daun pepohonan dan deret pohon bambu yang tertiup angin. Dan laki-laki yang sedang duduk itu tidak bergeming, seolah tidak mendengar sama sekali pertanyaan Juragan Basri, hingga membuat hati Juragan Basri tambah geram.
"Hai.. kenapa kau diam. Ki sanak. Kamu punya telinga apa tidak hah.. Kamu tidak tuli kan, Aku yakin kau salah satu teman dari kawanan maling yang telah menggasak rumah ku kan.!!?" Juragan Basri berteriak lebih keras lagi nafasnya mulai tak teratur.
Mendengar teriakan Juragan Basri yang emosi nya mendadak meninggi karena sangkaan nya pasti dan sangat yakin bahwa laki-laki itu salah satu teman dari kawanan maling yang sedang menunggu teman-temannya.
Laki-laki yang sedang duduk di atas batu tersebut perlahan menoleh dengan sangat hati-hati. Anehnya hanya kepalanya saja yang menoleh dan berbalik ke arah Juragan Basri, sementara badanya tetap seperti semula masih membelakangi. Laki-laki tersebut kemudian tertawa kecil. Kedua bola matanya kosong. Persis seperti tengkorak. Sementara wajahnya sangat menyeramkan sekali, dengan hidung yang hanya lobangnya saja.
Deg.. Deg.. Deg..
Mendadak jantung Juragan Basri berdegup dengan kencang. Sementara Pak RT dan Mang Darta belum tahu apa yang terjadi. Karena suasana malam yang hanya ada sinar rembulan separuh. Juga jaraknya tidak sedekat Juragan Basri, apalagi pak RT dan Mang Darta yang berdirinya agak terhalangi oleh badan Juragan Basri.
Beberapa saat kemudian, Juragan Basri hanya terpaku. Badannya bergetar hebat. Kedua mata nya hampir lepas, mulutnya menganga. Nafasnya mendadak terdengar tak beraturan.
"Juragan..ada apa.!?" Pak RT heran yang melihat Juragan Basri mendadak diam seribu bahasa. Pak RT melangkahkan kakinya mendekati Juragan Basri. Kemudian bertanya lagi.
"Juragan, ada apa. ?"
"i..i...iiit..iiituuu.. se...se..se.se...!!!" Juragan Basri mendadak gagap. Badannya masih bergetar hebat. Tangannya menunjuk ke depan. Pak RT tambah heran. Ia belum memperhatikan apa yang ada di depannya.
"Sssseee..se..setaaaaan...!" Teriak Juragan Basri, spontan loncat hampir menubruk ke Pak RT. Dan secepat kilat ia berlari tapi naas, Juragan Basri langsung menubruk Mang Darta yang masih bengong.
Pak RT pun baru sadar. Ia menoleh ke depan.
Hal yang sama terjadi pada Pak RT. Apalagi ketika melihat, laki-laki menyeramkan itu ngajak tertawa ke Pak RT.
"Sesese...sese..se..taaaan..!!" Secepat kilat Pak RT langsung berbalik ke belakang dan langsung ngambil langkah seribu tanpa melihat di depan nya ada Juragan Basri dan Mang Darta sedang bertubrukan.
"Brugh.. Gdebughk.."
"Aaarrghh.. ampuuun...!" Pekik mereka bertiga hampir bersamaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe