Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putri Cantikku
Suasana haru menyeruak muncul di ruangan itu.
Om Abraham masih tergugu dengan tangisnya. Papa Suryo mengkode Mayong untuk menghubungi Maya. Mayong mengerti maksud papanya. Mayong bergegas keluar dari ruang kerja Om Abraham. Papa Suryo masih berusaha menenangkan sahabatnya itu.
Tuutttt...tuuuttt...tuuutttt...nada sambung terdengar.
"Halo, ada yang bisa dibantu tuan?" suara laki-laki terdengar di seberang. Mayong mengernyitkan alisnya, dengan siapa Maya pikir Mayong.
"Halo tuan besar, dokter Maya lagi operasi. Ada yang bisa saya bantu untuk menyampaikan ke dokter Maya" tanya orang di sana.
Tuan besar???? batin Mayong.
"Haloooooooo...tuan besar".
Mayong tergagap, "Eh..i..iya..tolong sampaikan kalau sudah selesai operasi suruh hubungi saya. Terima kasih".
Di sana di ruang operasi, Bara tertawa terbahak-bahak, "Bisa juga ngerjain kakakku yang super dingin itu"
"Sapa sih kak?" Maya sambil menjahit kulit.
"Nomer kontak di ponselmu yang kau kasih nama tuan besar siapa?" Bara balik bertanya.
Maya hanya tersenyum di balik maskernya.
Operasi selesai. Masih di ruangan dokter, Maya mencoba menghubungi Mayong.
"Halo, tadi menghubungi aku ada apa ya tuan? eh kak?" Maya malah tersipu sendiri.
"Cieee..ciee....sudah ada yang panggil kakak nih?" goda Bara di samping Maya. Maya menimpuk Bara dengan berkas rekam medis pasien.
"Bara disitukah May?" Kamu tadi operasi sama Bara yaa? Terus jangan bilang kalau yang mengangkat telponku tadi Bara juga?" Mayong sampai lupa tujuan awalnya, geregetan dengan Bara.
"Kak, tadi telpon ada urusan apa?" Maya mengulang pertanyaannya.
"Eh..iya..hampir lupa. Aku tunggu kamu di rumah Om Abraham. Selesai dengan operasimu, segeralah meluncur ke sini. Bilang Bara suruh mengantar kamu ke sini, tidak ada penolakan" Mayong menutup telponnya. Bara juga mendengar ucapan Mayong karena sama Maya dibuat mode loudspeaker, "seenak jidatnya sendiri aja nyuruh-nyuruh orang" gerutu Bara.
"Oke May, aku antar kamu. Tapi sebelumnya mampir bentar ke tempat Yasmin" pinta Bara.
"Wah..wah....ada perkembangan apa nih?" goda Maya. Maya tahu Bara mencoba mendekati Yasmin, kegigihan dan kemandirian Yasmin lah yang membuat Bara meleleh. Seperti yang diungkapkan Bara ke Maya sebelumnya, selain itu kesibukan Yasmin yang masih bisa diatur juga menjadi alasan tambahan Bara.
Setelah menutup telpon dari Maya, Mayong segera menghubungi mama Clara untuk segera datang ke kediaman om Abraham. Mama Clara yang kebetulan sedang kumpul dengan teman sosialitanya di dekat lokasi Mayong, segera meluncur.
Maya, Bara dan Yasmin sampai ke kediaman om Abraham. Di dalam terlihat Mayong dan mama Clara duduk di ruang makan.
"May, kamu sudah datang?" Mayong menghampiri Maya.
"Yang lain gak ditanya nih?" celetuk Bara. Mayong menyentil kening Bara, "Sudah tau kali kalau kamu datang". Bara nyengir.
"Yasmin, kenalin nih mamaku. Wanita tercantik di dunia" Bara merangkul mama Clara.
"Yasmin tante" Yasmin mendekat menyalami mama Clara.
"Silahkan duduk kalian, bentar kupanggil papa sama om?" Mayong melangkah ke ruang kerja om Abraham.
Om Abraham menghambur memeluk Maya, "Maafkan ayahmu ini putriku? Yang begitu bodoh, bahkan tak tau kalau putrinya masih hidup. Bahkan yang selama ini begitu dekatpun tidak menyadari keberadaanmu" Abraham menangis tersedu-sedu di pelukan Maya. Maya masih terbengong. Hasil DNA pun bahkan belum keluar, batinnya.
"Jangan kau pikirkan hasil DNA itu May" Mayong seakan tau isi pikiran Maya.
"Ayahmu sudah yakin kalau kau putrinya May" Suryo mendekat ke Maya, "Maafkan kami yang mengira kau sudah meninggal. Bahkan kami pun tak tau, kalau Gayatri sudah menitipkan kalungnya ke seseorang yang menolongmu" papa Suryo juga mengelus rambut Maya.
Suasana mengharu biru di ruangan itu. Seorang ayah yang mengira putri cantiknya meninggal ternyata bertemu setelah lebih dari dua dekade. Bahkan putrinya sudah sukses menjadi dokter spesialis tanpa sedikitpun bantuan dari ayahnya. Abraham mengurai pelukannya.
"May, setelah ini sudilah dirimu pindah ke sini. Berikan kesempatan ayahmu ini untuk dekat denganmu" pinta Abraham.
Maya mengangguk, masih merasa canggung.
Yasmin yang sedari tadi terdiam, ikut menangis haru melihat sahabatnya telah menemukan keluarganya. Bara menepuk-nepuk punggung Yasmin.
"Sudah acara menangis-nangisnya. Seharusnya kita semua bahagia, karena putri Abraham sudah kembali. Bahkan Gayatri pun akan merasa tenang di sana" Mama Clara menyela.
"May, ayo berkeliling di rumah ayahmu. Kutemani" ajak mama Clara.
"Ini juga rumahmu nak", Abraham menimpali.
Akhirnya Maya berkeliling mengikuti mama Clara. Di ruang keluarga terpajang foto Abraham dan istri.
"Tante, apa ini foto pernikahan ayah dan mamaku?" Maya masih canggung banget.
"Biasa aja May, gak usah sungkan. Dulu mamamu itu juga sahabatku. Tidak hanya para ayah saja yang bersahabat. Kamu juga boleh kok panggil tante dengan mama" ujar mama Clara dengan ramah.
"Bahkan Mayong dan Bara juga panggil Gayatri dengan mama juga" lanjut mama Clara.
"Baik Ma" Maya tetap mengamati foto itu. Memang mirip sih dengan dirinya, batinnya.
Setelah puas berkeliling, mereka balik ke ruang keluarga.
"Siap pindah ke sini kapan Nak?" tanya om Abraham. Maya masih ragu.
"Kalau bisa secepatnya aja May, malah lebih baik hari ini kamu langsung pindah aja" papa Suryo menambahi.
Maya menoleh ke ayahnya, Abraham mengangguk.
"Mayong kamu antar Maya ambil barang-barangnya sekalian pamitkan ke ibu kosnya" perintah Suryo.
Menunggu Maya menganggukkan kepala kelamaan, pikir Suryo.
Bara dan Yasmin pun pamitan setelah Maya dan Mayong keluar duluan, menuju mall terdekat. Mumpung Bara longgar, Yasmin ingin dianter membeli bahan-bahan yang habis untuk butiknya.
Di mobil, Maya banyak terdiam. Hari ini banyak kejutan yang dirasakannya.
"May, apa yang kau pikirkan" Mayong menoleh ke Maya yang semenjak tadi hanya terdiam.
"Aku masih canggung kak, masih merasa aneh kalau ternyata prof. Abraham adalah ayahku sendiri. Aku yang begitu mengaguminya, guru besar yang sangat membimbing mahasiswanya" Maya membayangkan waktu kuliah dulu.
Mayong menoel Maya yang melamun.
"Memang sekarang masih canggung May, lama-lama pasti akan terasa nyaman. Makanya lebih cepat pindah lebih baik, manfaatkan waktumu yang terbuang untuk dekat kembali dengan ayah kandungmu. Sebelum......" Mayong menggantung perkataannya.
"Sebelum?.....sebelum apa kak?" Maya ikut penasaran.
"Sebelum apa ya enaknya? Mayong tertawa. Baru kali ini Maya melihat Mayong tertawa lepas. Ganteng juga kak Mayong, batin Maya.
"Sebelum apa kak, nggantung amat sih kalimatnya?" Maya mencubit Mayong karena gemas. Mayong semakin tertawa lebar, lucu juga Maya digoda.
"Sebelum...sebelum..ada yang meminangmu?" Mayong terbahak-bahak.
💝💝💝💝💝
#rajin amat thor?# mumpung jari lagi seneng bergerak# mumpung drakor on goingnya belum muncul new episode# ☕☕☕
Happy reading 😊😊