NovelToon NovelToon
Haluan Nadir

Haluan Nadir

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Jodoh adalah takdir dan ketetapan Tuhan yang tidak bisa diubah. Kita tidak tahu, siapa, di mana, dan kapan kita bertemu jodoh. Mungkin, bisa saja berjodoh dengan kematian.

Kisah yang Nadir ditemui. Hafsah Nafisah dinikahi oleh Rashdan, seorang ustaz muda yang kental akan agama Islam. Hafsah dijadikan sebagai istri kedua. Bukan cinta yang mendasari hubungan itu, tetapi sebuah mimpi yang sama-sama hadir di sepertiga malam mereka.

Menjadi istri kedua bertolak belakang dengan prinsipnya, membuat Hafsah terus berpikir untuk lepas dalam ikatan pernikahan itu karena tidak ingin menyakiti hatinya dan hati istri pertama suaminya itu. Ia tidak percaya dengan keadilan dalam berpoligami.

Mampukah Hafsah melepaskan dirinya dari hubungan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengapa Mandi di Kamar Hafsah?

🍃🍃🍃

Hafsah membetulkan selimut di tubuh Halma setelah membantu wanita itu berbaring dari posisi duduk bersandar ke kepala tempat tidur rumah sakit. Hafsah selesai membantu Halma makan, menyuapi wanita itu sampai memastikan obat malam dimakan. Sejak Halma setuju melakukan pengobatan tadi siang, Hafsah yang menjaganya sampai malam karena kebetulan Rashdan juga sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Raihan juga sibuk menyelesaikan tugas kuliah secara online sambil menjaga Husein yang dititipkan padanya.

Setelah melihat Halma memejamkan mata, merasa wanita itu sudah tidur. Hafsah keluar dari kamar tersebut dan menghampiri seorang perawat yang kebetulan lewat di depan kamar itu. Selagi ia tidak ada di sana, maupun anggota keluarga lainnya, Hafsah menitipkan Halma kepada perawat tersebut.

“Nanti suster bisa hubungi saya kalau butuh sesuatu,” ucap Hafsah.

“Baik.”

Hafsah tersenyum, menepis lembut bahu perawat itu, dan berjalan di lorong rumah sakit menuju lobi di mana pintu utama rumah sakit berada

***

Setelah membuka pintu rumah, Hafsah melihat Raihan tidur duduk di ruang tamu bersama beberapa buku-buku di atas meja dan Husein tertidur di samping pemuda itu dengan posisi berbaring. Gadis itu tersenyum melihat tingkah mereka.

Bergegas Hafsah mendekati mereka, menggendong Husein saat melihat anak itu menggeliatkan badan, hendak terjatuh ke lantai.

“Sayang ….” Hafsah menggendong sambil mengayun pelan tubuh Husein yang cukup berat saat tidur.

Raihan mengucek kedua bola mata setelah terbangun dan mendengar suara kecil yang keluar dari bibir Hafsah saat gadis itu kembali menidurkan Husein yang hampir bangun.

“Kamu sudah pulang?” tanya Raihan sambil menguap dan berdiri.

Pemuda itu merapikan buku-buku di atas meja dan membawanya memasuki kamarnya, sedangkan Hafsah lanjut membawa Husein ke kamarnya pula, membaringkan anak itu di atas kasur sampai menyelimutinya.

Pintu kamar terdengar dibuka. Hafsah menoleh ke belakang dan melihat Rashdan berjalan memasuki kamar dengan wajah lelah yang tergambar. Pria itu menghampiri Hafsah, memeluk istrinya itu yang membuat Hafsah diam mematung.

“Ustaz kenapa …?” tanya Hafsah.

“Kamu bisa memijat, tidak?” tanya Rashdan sambil melepaskan pelukannya dan menatap Hafsah dengan lembut.

Kembali jantung gadis itu rasanya tidak tenang.

“B-bisa,” balas Hafsah, gagap.

“Kamu sakit?” tanya Rashdan, menatap Hafsah dengan mata menyelidik setelah melihat tingkah gadis itu tidak seperti biasanya.

Dasar pria! Rashdan tidak sadar istrinya itu tengah salah tingkah dengan tingkahnya.

Bergegas Hafsah meninggalkan posisinya dari hadapan suaminya itu, ia ke kamar mandi untuk menetralkan perasaan. Beberapa kali kedua tangan menampung air dari keran dan mengusapkannya ke wajahnya. Kemudian, ia menatap wajahnya di cermin sambil mengingat beberapa situasi di mana suaminya itu sempat membuat jantungnya terguncang.

Rashdan mendekati pintu kamar mandi, mengetuknya sambil berseru, mempertanyakan kondisi gadis itu karena takutnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mengingat Halma kini tengah dirawat di rumah sakit.

“Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Rashdan.

Pintu kamar mandi dibuka Hafsah dan menunjukkan wajah tersenyum dengan anggukan kepala. Keberadaan Rashdan dilewati dan mendekati kasur, duduk di tepi kasur sambil memainkan ponsel. Sedangkan Rashdan beranjak memasuki kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki sebelum tidur.

Ketika Rashdan berada di kamar mandi, pintu kamar Hafsah diketuk oleh Raihan. Gadis itu bangku dari kasur menuju pintu kamar dan membukanya.

“Hmm … kamu sudah makan?” tanya Raihan.

Pemuda itu ingin mengajak Hafsah makan bersama.

“Hafsah …! Ambilkan handukku!” seru Rashdan dari kamar mandi.

“Kak Rashdan? Kapan kembali? Kenapa dia di kamar mandimu?” tanya Raihan, menunjukkan wajah bingung.

Ekspresi bingung yang tergambar di wajah Raihan malah membuat gadis itu ikut bingung. Sepengetahuan Hafsah, pemuda yang ada di hadapannya itu sudah tahu mengenai hubungannya dan Rashdan seperti Kahfi. Namun, mengapa sikapnya tampak malah sebaliknya? Tidak diketahui olehnya, pemuda itu masih saja tertipu oleh situasi.

“Hafsah …!” Rashdan membuka pintu kamar mandi, hanya menampakkan wajahnya dengan tubuh berada di balik pintu.

Pandangan pemuda itu dan Rashdan beradu. Hafsah jadi semakin sulit memberikan penjelasan dan hanya bisa memperhatikan mereka bergantian.

“Kenapa Kakak mandi di kamar mandi Hafsah? Air di kamar mandi Kakak mati?” tanya Raihan.

Pemuda itu masih saja belum berpikir jauh mengenai hubungan Rashdan dan Hafsah yang sempat dicurigainya. Kali ini ia juga masih salah paham.

Pertanyaan yang dilayangkan Raihan juga membuat Rashdan sadar kalau adik iparnya itu masih belum sadar dengan hubungan mereka. Beban mengenai masalah itu yang sebelumnya dipikir selesai, kembali membubuh di benak Rashdan karena bingung untuk memberikan penjelasan kepada pemuda itu mengenai hubungan mereka mengingat sebelumnya pernah membohonginya.

Rashdan menghela napas, tampak pasrah.

“Hafsah, ambilkan handuk,” ucap Rashdan dengan nada suara terdengar pasrah.

Pria itu tidak menjawab pertanyaan Raihan dan kembali menutup pintu kamar mandi.

“Kak Rashdan kenapa?” tanya Raihan kepada Hafsah.

“Sebaiknya kamu kembali ke kamarmu. Ini sudah malam, lebih baik istirahat,” ucap Hafsah dan mendorong pelan Raihan dari pintu kamarnya, lalu menutup pintu kamar.

“Sampai kapan masalah ini berakhir? Mengapa dia belum mengerti dan tahu kalau aku dan Ustaz Rashdan itu suami-istri? Apa dia tidak mendengar beritanya dari warga pesantren? Apa Pak Kahfi juga belum memberitahunya?” Hafsah ikut bingung dan pusing dengan masalah itu.

Hafsah mendekati lemari, mengambil handuk yang dilipat dari sana, dan membawanya ke depan pintu kamar mandi. Ketika gadis itu hendak mengetuk pintu, Rashdan membukanya dan tangan Hafsah tidak sengaja mengetuk dada pria itu.

“Eh! Maaf Ustaz. Ini.” Hafsah menyodorkan handuk itu ke dada Rashdan dan mengalihkan pandangan menjauh dari dada bidang pria itu yang putih bersih.

“Dia sudah pergi?” tanya Rashdan.

“Seperti yang Ustaz lihat.”

“Sudah kamu kasih penjelasan mengenai hubungan kita?”

“Bagaimana caranya aku memberikan penjelasannya? Aku juga bingung.” Seketika Hafsah tampak bodoh dengan senyuman cengengesannya.

“Besok aku jelaskan.” Rashdan kembali menutup pintu kamar mandi.

“Mengapa tidak sekarang saja?” tanya Hafsah dari luar.

“Belum ada waktu bagiku menjelaskannya sekarang. Kebetulan sudah malam, lebih baik beristirahat!”

Hafsah diam, tidak lagi membalas seruan suaminya itu. Gadis itu beranjak mendekati kasur, membuka jilbabnya, dan membaringkan badan di sana, hendak tidur.

Sekitar lima menit kemudian, Rashdan keluar dari kamar dalam balutan handuk yang hanya menutupi pinggang ke bawah. Hafsah yang belum tidur menemukan wujud suaminya itu yang membuatnya tercengang sesaat dan memutar arah badan membelakangi keberadaan Rashdan. Pria itu mendekati lemari, mengambil pakaian dari sana dan menggantinya di kamar itu dengan yakin gadis itu tidak akan menoleh ke belakang karena ia sudah pernah mencobanya.

“Kenapa Kak Rashdan belum keluar-keluar dari kamar itu?” Raihan duduk di ruang tamu dan sejak keluar dari kamar Hafsah ia memantau pintu tersebut.

Perasaan pemuda itu tidak tenang. Ia bangkit dari posisinya dan menggenggam daun pintu kamar Hafsah dengan keberanian yang dikumpulkan akan membuka pintu itu tanpa permisi. Pada akhirnya Raihan membuka pintu tersebut yang kebetulan tidak dikunci. Setelah pintu dibuka, kedua mata milik pria itu membelalakkan kaget saat melihat bibir Rashdan mendarat di bibir Hafsah dengan posisi tubuh mereka sama-sama duduk di tepi kasur.

“Kakak …!” panggil Raihan, menarik mata Hafsah dan Rashdan mengarah ke pintu.

Pemilik dua bibir yang saling menempel itu untuk membelalakkan mata karena kaget. Bergegas Hafsah menarik bibirnya menjauh dari Rashdan dan menundukkan kepala, masih tampak syok dengan situasi itu.

1
Sri Atun
bagus cerita nya lanjut
Ig: Mywindersone: Ditunggu...!
🥰🥰
total 1 replies
Sri Atun
seru... lanjut dong
Sri Atun
bagus lanjut
Fitri Nur Hidayati
jangan2 memang benar rashdan. bisa saja kan. semoga masih saling ingat.
Fitri Nur Hidayati
jangan ada orang ke-3 y thor. aku kok g ikhlas gitu, biar mereka terlibat poligami g usah ada pelakor
Sofian
lama ya tor up nya
Sofian
lama ya baru up lagi,lagi penasaran jga🫢
Fitri Nur Hidayati
iya pak syahril. kalo mau pisah beneran ka nunggu debay nya lahir dulu.
Fitri Nur Hidayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
semangat ya thoor , cerita keren....💪
Hilda Hayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
hmmmm...ribet bet bet.,.🤦🤦🤦
Hilda Hayati
jangan lama2 min kelanjutannya keburu lupa alurnya
Hilda Hayati
keren ceritanya, islami, biin penasaran.
Hilda Hayati
kapan kelanjutannya min, penasaran gmana jadinya hub mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!