NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Tatapan penuh pesan

Di sisi lain, sebenarnya aku memecat Laksa dalam keadaan yang tidak tepat, karena stok barang kami sedang menipis, terutama parfum laundry. Dari tadi pagi aku sudah mulai membuat PL, entah sudah menghasilkan berapa liter, aku hanya meramu dari satu aroma ke aroma lainnya.

Pada akhirnya selalu saja seperti ini, menjalin sebuah hubungan dengan partner kerja memang menggiurkan di awal, namun ketika ketidakcocokan mulai terlihat maka suasana dalam pekerjaan akan menjadi tidak nyaman dan jika pertengkaran itu berujung perpisahan, biasanya salah satu pasti akan memilih pergi tanpa mau menunggu kehadiran anak baru, sehingga membuat karyawan lain terpaksa mengkover tugas yang di tinggalkannya.

”arhhh!!! punggungku.”aku merebahkan diri pada lantai keramik putih, bekas stiker dan plastik masih berserakan, hanya botol-botol PL saja yang berbaris rapi.

“Vik. Makan siang kita sudah datang?”aku mengirim pesan padanya, setelah merenggangkan kedua tanganku dengan posisi yang belum berubah.

Bukannya membalas pesanku, dia malah berteriak dari ruangan sebelah.”EL! makan.”

Dengan malas aku bangun, mulai berjalan ke depan dengan tangan kiri memijat punggungku sendiri.

“Laksa menghubungimu?”tanyaku pada Vika sambil membuka kotak nasi yang masih hangat. Dia menggelengkan kepala tanpa sepatah kata, fokusnya masih pada laptop yang ada di depan.

”kau gak makan..”

“malas, nanti saja sekalian nunggu abang bakso. Nanggung sedikit lagi aku selesai dengan pekerjaanku.”jawabnya tanpa mengalihkan fokus.

”pengennya sih, mau aku suapi. Tapi, takut kalau nanti kau beneran cinta pada si manis ini.”aku menggodanya di sela mulutku yang sedang mengunyah. Dengan cepat Vika meloncat dari kursi yang di duduki nya, lalu jongkok tepat di depanku.

”mana! Penasaran gimana rasanya di suapi si manis.”ucapnya tiba-tiba, membuat ku kaget sampai tersedak. Segera aku meraih cup es teh, datang sepaket dengan makanan yang sedang kulahap.

“sialan kau! Bikin kaget saja.”gerutuku setelah meminum beberapa teguk.

Vika terkekeh.”banggalah terus dengan manismu. Tapi hati-hati, rawan diabet..!”celetuknya seraya kembali ke tempat semula. Tapi, sebelum itu dia terlebih dulu mengambil ayam yang jadi laukku.

"Kampret .!"protesku geram.

***

Pukul 19.30. aku sampai di pondok Ain bersama ibuk. Ku arahkan motorku pada tempat parkir yang sudah di sediakan panitia, sedangkan ibuk aku turunkan di samping gerbang.

”mas, kalau sudah sampai chat ya.”pesan Ain baru saja ku baca setelah menerima karcis parkir dari kang santri yang bertugas.

“aku dah sampai Sek. Di samping gerbang utama.”balasku sambil berjalan ke tempat ibuk menunggu. Ternyata dia sudah berdiri di samping ibuk, dia tidak memakai seragam khas pondok. Kerudung hitam, baju putih dengan rok warna hitam.

“mas!!”panggilnya ketika melihatku berjalan mendekat. Tanpa sedikitpun sungkan dia meraih tanganku mengajak salaman, melakukan ritual seperti biasanya.

“wajahmu jelek sekali Sek.“ejekku melihat foto yang dia kalungkan sampai dada dengan tulisan panitia.

”jangan di lihat!”protesnya segera membalik foto itu, lalu mencubit ku asal.

“husttt. Banyak orang, kalian jangan bercanda!”sela ibuk memarahi kami.

“mas, yang mulai! Bik.”sahut Ain manyun.

Aku menahan senyum melihat ekspresinya, tingkah seperti ini yang selalu kurindukan. Batinku bicara dengan debaran yang mulai memainkan ritmenya.

“Nanti, bibik biar pulang sama adik kelasku ya, terserah pake motorku apa motor mas.”pinta Ain tiba-tiba.

“kenapa sek?”

“dia tetangga bibik, di rumah cuma dengan neneknya saja, jadi gak ada yang jemput dia pulang. Kasian kalau dia harus menungguku. Soalnya setelah selesai acara, aku harus bersih-bersih dulu.”Ain menjelaskan maksudnya.

Aku hanya mendengarkan dengan memasang ekspresi mencibir.”mas! Serius.”Ain melotot dengan satu tangan mengepal.

“lee, jangan goda adikmu terus…”lagi-lagi ibuk menyela.

“bilang saja kau ingin pulang denganku Sek. Gak perlu bikin alasan!”ucapku santai sambil bersiap menahan dari serangan Ain. Benar saja!! Ain bersiap menyerangku, tapi suara dehem ibuk berhasil menahannya. Aku terkekeh sambil menjulurkan lidah.

”awas nanti!”ancamnya semakin cemberut.

“Inn..”

suara lelaki memanggil Ain. Kami menoleh ke arah suara itu.

”tamu VIP datang. Segera arahkan mereka.”perintahnya tanpa turun dari motor,.dia hanya mematikan mesinnya saja. Aku tahu siapa lelaki itu, dia adalah orang sama yang beberapa waktu lalu di gandeng Ain. Tatapan kami bertemu, aku memasang tatapan menekan, seakan memberinya pesan.”Ain adalah milikku”

Berbeda dengan ekspresinya waktu kami bertemu di rumah ibuk dulu, kini lelaki itu juga balik menatapku. Seolah menunjukan gelagat cemburu.

“Bik, aku masuk dulu.”pamit Ain pada ibuk. Sekaligus membuatku mengakhiri tatapan pada laki-laki yang di maksud adik Laras, mungkin.

Sekilas Ain menampakkan ekspresi berbeda, sebelum dia beranjak pergi untuk melanjutkan tugasnya.

Tidak lama berselang, aku dan ibuk-pun juga memasuki gerbang, berjalan menuju terop panjang dengan ujung sebuah panggung. Tamu laki-laki dan perempuan di pisah oleh satir berwarna putih. Aku memilih tempat duduk cukup belakang, setelah terpisah dengan ibuk yang berjalan bersama para ibu wali santri lainnya.

Acara Pun di mulai, kursi kursi yang di sediakan panitia terlihat hampir terisi sepenuhnya, menjadi tanda jika acara haflah malam ini terbilang sukses. Agenda demi agenda berjalan dengan lancar, hingga tiba acara yang paling di tunggu, yaitu pengajian dari pengasuh pondok pesantren. Terakhir, acara malam ini di tutup oleh doa.

Perlahan para wali santri mulai pulang bersama dengan anaknya, mayoritas para santri membawa tas besar juga beberapa kardus. Karena mereka, memang mendapat libur yang cukup panjang. Aku berdiri mengedarkan pandangan pada sekeliling, mencari ibuk.

Ternyata beliau yang sudah bersama dengan seseorang, mungkin itu adalah santriwati yang tadi di maksud Ain. Akupun mendekat kesana lalu membantu membawa sebagian barangnya menuju motorku yang ada di parkiran, sekaligus memberikan kunci motorku padanya.

“lee. Ibuk pulang duluan.”ucap ibuk sebelum naik pada jok belakang. Aku mencium punggung tangan beliau.

”iya buk.”

“mbak, hati-hati dijalan.”pesanku pada wanita yang akan pulang bersama ibuk, dia sudah siap menyalakan mesin motor.

”nanti langsung pulang le, jangan kebanyakan bergurau saat di jalan.”pesan ibuk yang sudah duduk di jok belakang. Aku hanya mengangguk dengan sedikit tersenyum.

Setelah ibuk pulang, aku mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Ain datang. Mobil dan motor di parkiran masih terlihat padat, para wali yang berjalan lalu lalang juga masih banyak.

”mas.!”

Aku kaget mendengar panggilan dengan nada cukup berat itu. Ku perhatikan sekeliling untuk mencari tahu siapa yang memanggil. Aku baru sadar setelah dia berdiri tepat di sampingku. Dia adiknya Laras.

”aku…?”sapa ku padanya. Takut jika ternyata bukan aku yang dia panggil.

Dia berdiri tanpa membawa barang sama sekali.”bisa minta tolong, mas.”pintanya tanpa ragu, nadanya juga tegas. Gaya bicara yang sangat berbeda dengan kakaknya.

“wifi di pondok trouble, dan paket dataku habis. Bisa tolong hubungi kakak?”pintanya sambil menjelaskan. Segera aku menyerahkan Hp Ku padanya setelahku telpon Laras, meskipun belum dia angkat.

“hallo!! Kau dimana kak.” Mereka mulai melakukan perbincangan, tak lama.

“terima kasih mas.”ucapnya mengembalikan Hp Ku, setelah selesai berbicara dengan kakaknya.

Tidak sampai 5 menit. Laras terlihat berjalan dari arah halaman pondok. Sejurus kemudian, adiknya juga berjalan ke sana, aku mengikutinya dari belakang bermaksud untuk menyapa Laras. Adik Laras segera salaman dan mencium tangan kakak satu-satunya itu, persis dengan yang sering Ain lakukan padaku.

”ternyata kau di sini juga Ass.”sapaku padanya, seperti biasa, dia selalu terlihat cantik dan anggun.

”ia mas. Tadi aku juga melihatmu, sebelum acara di mulai.”ucapnya.

”lah… kenapa gak menyapa.”

“gak enak! Ganggu orang sedang PDKT.”kelahnya tanpa memandangku. Aku hanya nyengir sambil menggaruk kepala.

“kasi…”perkataan adik Laras terhenti karena sang kakak segara menutup mulutnya, tentunya dengan kening yang sudah ia kerutkan. Aku pura-pura tak memperhatikan dan tak menanyakan apa yang hendak di bicarakan adiknya.

”ayo masuk. Ayah dan ibu sudah menunggu!”ajak Laras pada adiknya.

“duluan mas,”pamit Laras.

“siap!!” jawabku singkat.

Laras dan adiknya kompak membalikkan badan. Kembali berjalan menuju terop yang sudah mulai lengang.

“sabar…”

Aku mendengar adik Laras mengatakan itu sambil mengusap punggung kakaknya, setelahnya Laras mendorong kepala adiknya itu sambil menggerutu. Aku menahan tawa melihat tingkah 2 saudara itu.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!