THE CURSED ANGEL

Mati.....?

Myra menatap tanah tempat kejadian tadi berlangsung, yang sekarang sama kosongnya dengan seluruh lahan itu. Myra menunduk...., dia merasa sangat pusing.

"Aku... aku pikir... Malaikat tidak bisa dibunuh.." gumam Myra pelan.

"Hmm... Bisa. Hanya saja, membutuhkan sebuah senjata yang tepat!" jawab Cyrill.

Cyrill memperlihatkan anak-anak panah itu kepada Myra untuk terakhir kalinya, sebelum dia membungkusnya dengan kain yang dia keluarkan dari jaketnya. Lalu dia kembali memasukkan anak panah itu ke dalam jaket kulitnya.

"Benda-benda ini sulit untuk di dapatkan. Ck! Berhentilah gemetaran, Myra! Aku tidak.akan membunuhmu!" ujar Cyrill sambil berdecak kesal.

Cyrill menatap ke arah mobil-mobil yang ada di parkiran. Lalu dia menyeringai, ketika menemukan sebuah mobil truk berwarna kuning labu yang terbuka jendelanya dan membuka kuncinya.

"Berterima kasihlah kepadaku, kamu tidak perlu berjalan kaki untuk kembali ke Laware. Ayo, masuk!" ujar Cyrill sambil tersenyum.

Mulut Myra ternganga lebar ketika mendengar ucapan Cyrill. Dia mengintip ke dalam jendela mobil dan memperhatikan Cyrill yang sedang mengutak-atik starternya.

"Kamu pikir, aku mau masuk ke dalam mobil curian ini setelah melihat kamu membunuh seseorang?" ujar Myra dengan nada sarkas.

"Hah!... Jika aku tidak membunuhnya, maka dia yang akan membunuhmu, oke?!" jawab Cyrill sambil meraba-raba ke bagian bawah kemudi.

"Kamu pikir siapa yang mengirimkan surat itu kepadamu? Kamu itu dipancing keluar dari Laware untuk dibunuh! Apakah alasan itu cukup untukmu?!" ujar Cyrill mengingatkan Myra.

Myra bersandar ke kap truk, dia tidak tahu harus berbuat apa. Myra teringat pembicaraannya dengan Ignatius, Mallory, dan Gene, tepat sebelum dia meninggalkan Two Sword & Tiger.

Mereka berkata jika Miss Allondra dan sekutu yang bergabung dengan sektenya, mungkin akan mengincar dirinya.

"Tapi...., dia tidak terlihat seperti.... Apakah Yang Terasing adalah bagian dari kelompok Tetua?" gumam Myra tanpa sadar.

Cyrill sudah berhasil menyalakan mesin mobil tersebut. Dia bergegas melompat keluar, berjalan ke arah Myra, dan mendorong Myra ke bangku penumpang.

"Cepatlah masuk! Kita harus bergegas pergi dari sini! Aku merasa seperti sedang menjaga seorang anak kecil yang sedang merajuk saja!" celoteh Cyrill sambil memaksa Myra duduk dan memasangkan sabuk pengaman.

"Dan sialnya..., kamu punya lebih dari satu macam musuh, Myra! Karena itu, aku akan membawamu kembali ke Laware yang aman untukmu. Baiklah, kita berangkat sekarang!" ujar Cyrill kepada Myra.

"Bruum.... Bruuum.... Bruuum..."

...----------------...

Di dalam perjalanan, Myra berfikir bahwa tindakan berduaan di mobil dengan Cyrill adalah tidak tepat. Tapi berada sendirian di tempat itu juga sebuah tindakan yang tidak tepat.

"Tunggu dulu...!"

Tiba-tiba Myra berkata, ketika Cyrill mulai melajukan mobilnya kembali ke arah Laware.

"Jika Golongan Yang Terasing itu bukan bagian dari Surga atau Neraka, maka mereka berada di pihak mana?" tanya Myra kepada Cyrill.

"Golongan Yang Terasing adalah golongan dengan warna kelabu yang paling memuakkan. Seandainya kamu belum sadar juga, masih banyak yang lebih parah dari pada aku di luar sana!" jawab Cyrill menjelaskan.

Myra melipat tangannya di atas pangkuan, dia merasa tidak sabar untuk segera kembali.ke kamar asramanya. Tempat dia bisa merasa... aman.

Kenapa dia harus mempercayai Cyrill?

Myra sudah berulangkali tertipu oleh pemuda itu.

"Tidak ada yang lebih parah dari kamu! Apa yang kamu inginkan... Maksudku, apa yang kamu lakukan di Two Sword & Tiger itu sangat mengerikan dan tidak benar! Kamu hanya ingin membohongiku lagi...." ujar Myra sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak....!" ujar Cyrill menyanggah.

Suara Cyrill tidak menunjukkan perlawanan seperti yang Myra perkirakan. Pemuda itu terlihat termangu dan murung.

Saat ini, mobil sudah memasuki kawasan Laware yang panjang dan melengkung.

"Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, Myra. Tidak akan pernah...!" ujar Cyrill.

"Jadi..., karena itu kamu memanggil bayangan untuk bertarung, ketika aku berada di pemakaman?" tanya Myra.

"Baik dan jahat itu tidak segamblang apa yang kamu pikirkan!" jawab Cyrill sambil menatap keluar jendela.

Cyrill menatap ke arah bangunan sekolah Laware yang terlihat gelap dan tidak berpenghuni.

"Kamu dari Selatan, bukan? Setidaknya pada masa kehidupanmu yang sekarang. Jadi, seharusnya kamu mengerti kebebasan para pemenang untuk mengukir ulang sejarah. Percayalah, Myra... Apa yang menurutmu jahat... Well, untuk kaumku itu hanyalah sebuah masalah konotasi..." ujar Cyrill menjelaskan kepada Myra.

"Tapi..., Ignatius tidak menganggapnya begitu..." ujar Myra.

Myra berharap bisa mengatakan bahwa Dia yang tidak menganggapnya begitu. Tapi Myra masih belum tahu cukup banyak. Myra masih manaruh kepercayaan yang tinggi terhadap penjelasan Ignatius.

"Ignatius dan aku adalah dua sisi dari sebuah koin yang sama..." jawab Cyrill.

Cyrill memarkirkan truk tersebut di atas sepetak rumput, dibelakang asrama Myra. Cyrill membuka pintu bagian penumpang, dan mengulurkan tangan untuk membantu Myra turun. Dan Myra menyambutnya.

"Pasti terdengar cukup menyakitkan untukmu..." ujar Myra datar.

Myra ingin berkata bahwa hal itu tidak benar, tidak ada kesamaan antara Ignatius dan Cyrill walaupun dia berusaha untuk menutupi kesalahannya.

Selama seminggu ini, dia sudah melihat hal-hal yang bertentangan dengan yang selama ini dia percayai.

Myra membayangkan Calliope dan Cheva. Mereka datang dari tempat yang sama. Pada suatu masa dimana sebelum peperangan dan kutukan, hanya ada di satu pihak.

Cyrill bukanlah satu-satunya yang menyatakan bahwa perbedaan antara Malaikat dan Iblis bukan sekedar Hitam dan Putih.

...----------------...

Lampu terlihat menyala dari jendela kamarnya. Myra membayangkan Skyler yang sedang berada di daerah warna oranye di atas karpet, dengan kedua kaki terlipat dalam posisi lotus (bermeditasi).

Bagaimana bisa Myra masuk dan berpura-pura tidak melihat Malaikat yang mati di depannya tadi?

Atau segalanya yang terjadi seminggu terakhir ini tidak membuatnya meragu?

Myra merasa bahwa di kehidupannya kali ini, terlalu banyak misteri yang belum terjawab dengan pasti.

"Akan lebih baik, jika kita simpan kejadian sore tadi hanya untuk kita berdua saja. Bukankah begitu, Myra?" ujar Cyrill menyadarkan Myra dari lamunan.

"Dan untuk kedepannya, demi kita semua, tetaplah berada di dalam lingkungan sekolah ini! Tempat kamu tidak akan terlibat masalah!" ujar Cyrill memperingatkan.

Myra berjalan melewati Cyrill drngan acuh, menjauhi sorotan lampu truk curian, dan memasuki bayangan yang menyelubungi dinding-dinding asramanya.

Cyrill masuk kembali ke dalam truk, dan memutar kendaraan itu dengan cepat.

Tapi sebelum pergi, dia menurunkan jendela dan memanggil Myra.

"Hey, Myra...! Terima kasih kembali...." seru Cyrill.

"Terima kasih untuk apa?" tanya Myra acuh sambil membalikkan tubuhnya.

"Untuk menyelamatkan Nyawamu!!" jawab Cyrill sambil menyeringai.

Lalu Cyrill menginjak pedal gas truk tersebut dalam-dalam dan melaju kencang meninggalkan area sekolah tersebut.

"Bruum.... Bruuum.... Bruuum..."

...****************...