Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Saya menghadap Yang Mulia sang Matahari Kerajaan." Calvian membungkuk hormat pada seorang pria paruh baya dengan pakaian kebesaran raja. Dia adalah Grambiel Alleto Seanthuria.
"Salammu diterima, Duke." Sahut sang raja dengan datar. Duke Castallio menegakkan tubuhnya dan menatap sang raja dengan hormat. "Ada apa Anda memanggil saya, Yang Mulia?"
"Aku mendengar kabar jika manusia bertopeng dengan mata merah itu telah menghilang beberapa waktu lalu. Selidiki keberadaannya dan tangkap dia. Aku khawatir jika dia membuat kekacauan dan menggoyahkan posisi putra mahkota."
"Baik Yang Mulia."
Raja Grambiel tidak menyukai orang-orang yang tidak memiliki sihir, apalagi keberadaan orang-orang yang memiliki kemampuan memanipulasi alam. Dia tidak segan-segan membantai mereka seperti yang dilakukan pada klan Tigries.
Kerajaan Seanthuria dipimpin oleh Raja Grambiel Alleto Seanthuria. Dia memiliki seorang ratu bernama Errena Wilton Seanthuria, seorang permaisuri bernama Lydia Monique Seanthuria dan seorang selir bernama Anabelle Seranthony Seanthuria.
Dari pernikahannya, beliau memiliki lima orang anak. Tiga perempuan dan dua laki-laki, namun dia lebih menyayangi putra dari permaisuri dan selalu mengirim pembunuh bayaran untuk pangeran kedua namun selalu gagal. Dan sekarang raja Grambiel hendak mengirim pangeran kedua ke akademi Moon Shadow, berharap pangeran kedua tidak pernah kembali lagi ke istana.
"Duke, aku mendengar kabar jika kau telah mengusir putri kandung mu. Apa kabar itu benar?" Ucapan Grambiel membuat Calvian menatapnya datar.
"Benar, Yang Mulia. Sampah sepertinya tidak pantas berada di kerajaan ini." Ucap Calvian dingin membuat sang raja tersenyum puas.
"Bagus, bagus. Aku senang dengan keputusan mu." Ucap raja Grambiel puas. "Sekarang kau boleh pergi."
Calvian segera pergi meninggalkan raja yang tengah tersenyum senang. Bagi raja Grambiel, orang yang tidak memiliki mana adalah aib bagi kerajaan.
Calvian yang berjalan di lorong hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Jika dia tidak mengusir Leona, kemungkinan besar gadis itu akan bernasib sama dengan mendiang istri tercintanya.
Apalagi Calvian tidak benar-benar mengabaikan Leona, mengingat posisinya yang sulit. Salah-salah gadis itu akan terbunuh di tangannya.
Dia akan mengorbankan Iris, menjadikan gadis itu seperti putri kandungnya sendiri. Meskipun rasa bersalah merayap di hatinya, dia tidak ingin Leona menderita.
💠💠💠💠
Leona dan Jim kini tiba di sebuah pedesaan yang terlihat kumuh namun memiliki pemandangan yang indah. Desa ini masih berada di wilayah Seanthuria, namun desa ini diabaikan oleh raja dan bangsawan karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota dan memakan waktu yang cukup lama untuk sampai disini. Belum lagi medannya yang sedikit terjal dan sulit membuat kereta kuda tidak bisa memasuki desa.
Penduduk disini sangat sedikit. Mereka berjumlah puluhan orang. Jumlah mereka setiap tahunnya selalu berkurang karena banyak penduduk yang memilih keluar desa untuk kehidupan yang lebih baik.
Terdapat satu bangunan besar berlantai dua yang berfungsi sebagai tempat pengasingan bangsawan. Mereka akan tinggal disini untuk menjalani hukuman maupun pengasingan baik dari kerajaan maupun dari keluarga mereka. Sudah banyak bangsawan yang mati bunuh diri karena tidak kuat berada di tempat terpencil. Namun hanya ada satu bangsawan yang mampu bertahan di sini dan telah meninggal beberapa waktu lalu.
"Leona, kita sudah sampai." Ucap Jim datar.
"Desa yang indah, namun sayang sekali desa ini di abaikan kerajaan." Keluh Leona sambil menatap sekitar dengan dingin saat menyadari tatapan kebencian yang diarahkan penduduk sekitar.
"Kenapa mereka menatapku begitu?" Tanya Leona sambil melangkahkan kakinya memasuki desa itu.
"Karena sangat jarang orang lain yang memasuki desa ini, terutama bangsawan. Apalagi sejak raja yang sekarang menduduki tahta. Dia tidak peduli sama sekali dengan desa ini."
Leona mengangguk mengerti. Mungkin karena mereka berasal dari kota, penduduk disini mewaspadai dirinya.
Kebanyakan bangsawan mengambil orang-orang dari desa ini untuk dijadikan pelayan pribadi yang sewaktu-waktu bisa mereka singkirkan jika tidak berguna.
Leona mengabaikan tatapan itu dan menatap pemandangan desa yang terlihat asri. Jalanan setapak licin yang berlumpur tidak membuatnya jijik ataupun risih. Desa ini di kelilingi pegunungan yang gagah menjulang dan terdapat sebuah danau di utara desa ini, sementara kontur desa ini menyerupai perbukitan dan memiliki sebuah savana hijau yang menyejukkan mata.
Terdapat beberapa hutan kayu jati dan beberapa perkebunan yang terbengkalai. Padahal Leona melihat jika desa ini memiliki tanah yang sangat bagus dan subur.
"Jim, sepertinya desa ini sangat cocok untuk tempat tinggal kita. Bagaimana jika kita membangun desa ini agar menjadi lebih baik?" Tanya Leona sambil memasuki sebuah rumah besar berlantai dua. Terdapat tiga pelayan yang datang menyambutnya dengan ramah.
"Selamat datang~"
Jim dan Leona mengangguk lalu memasuki rumah itu dengan santai diikuti beberapa pelayan yang mengekor di belakang mereka.
"Aku setuju dengan itu. Tapi bagaimana dengan sekolahmu?"
"Aku akan tetap pergi ke akademi. Mulai sekarang kau bukan lagi pelayanku, tetapi kau menjadi kakakku. Aku percayakan semuanya padamu, Jim." Ucap Leona sambil tersenyum tulus.
Jim berkedut mendengar perkataan Leona. Dan tanpa diduga pemuda itu memeluk Leona dengan erat.
"Dasar anak kurang ajar. Aku ini pamanmu, bodoh. Hah~ Menyamar sebagai pelayan ternyata melelahkan." Ucap Jim tiba-tiba yang membuat Leona kaget dan meronta-ronta minta di lepaskan.
"Hah?"
"Akhirnya aku menemukanmu, keponakanku. Kau tau, selama ini aku berpura-pura menjadi pelayan pribadimu. Dasar!" Ucap Jim melepaskan pelukannya, dia menyentil kening Leona cukup keras membuat sang empu meringis kesakitan.
💠💠💠💠
Jim menceritakan semuanya pada Leona, jika dia adalah pamannya yang berasal dari baron Houlise yang telah di bantai oleh pihak kerajaan beberapa tahun lalu saat dia berada di akademi.
Hanya dia saja yang selamat dan menyamar menjadi seorang pemuda biasa dan mencari pekerjaan di kediaman Castallio dengan identitas palsu dan surat rekomendasi dari Duchess. Beruntung dirinya di terima dengan mudah oleh Lucas dan mulai bekerja di sana.
Jim yang melihat keadaan Leona di kediaman itu merasa kasihan dan mengajukan diri sebagai pelayan pribadi Leona. Meskipun sulit, dia menjalaninya sepenuh hati agar bisa berdekatan dengan keponakannya.
Jim adalah adik sepupu jauh dari Miria, ibu Leona. Sebelum Miria meninggal, dia memohon padanya agar menjaga Leona sebelum kepergiannya dan menitipkan sepucuk surat pada Jim.
Jim yang saat itu masih berusia empat belas tahun mengiyakan. Apalagi saat itu dirinya baru saja kehilangan ibunya tercinta dan memilih keluar dari kediaman Houlise dan menetap di desa ini sebagai putra angkat seorang bangsawan tua yang di asingkan, Baron Calisius. Setelah mendengar cerita Jim, Leona hanya manggut-manggut mengerti dengan memasang pose berfikir yang imut.
"Jadi apakah pihak kerajaan tau jika Paman adalah keturunan Houlise?"
"Tidak. Karena permintaan ibuku dulu untuk tidak memberikan nama Houlise padaku. Beruntung tuan Baron tidak keberatan, mengingat dia memiliki segudang anak dan selir di kediamannya." Jelas Jim.
"Lalu kenapa pihak istana membantai habis keluarga Baron?"
"Entahlah. Aku tidak tau." Ucap Jim menerawang.
"Paman, lihat ini." Ucap Leona dan mengeluarkan sebuah gulungan lalu membukanya.
'Poft'
'Klinting' 'Klinting'
Gemerincing koin emas berjatuhan di lantai dengan nyaring. Semakin lama koin emas itu bertambah hingga menutupi meja.
Seketika mata Jim membelalak melihat tumpukan koin dan emas batangan yang sangat banyak itu dan menatap Leona dengan tatapan horor. Begitupun dengan pelayan yang berada di sekitar mereka.
"Aku mendapatkan dari kasino, Paman. Hehe..." Ucap Leona santai sambil nyengir tak berdosa.
"Kau merampok?" Tuduh Jim menatap tajam Leona yang hanya cengar cengir.
"Jangan menuduh ku sembarangan begitu, Paman. Aku hanya bertaruh dan berhasil membuat kasino itu bangkrut. Belum lagi beberapa bangsawan bodoh yang menantangku. Jadi aku ladeni saja dia sampai puas, hihi." Sahut Leona panjang lebar sambil terkikik. Lalu dia kembali menyimpan uang itu dalam gulungan.
"Jadi apa yang akan kau lakukan kedepannya, Leona?"
Leona terdiam sebentar dan melirik pelayan yang berada di sekitarnya. Jim yang menyadari hal itu menyuruh mereka keluar.
"Sebenarnya kediaman ini milik Baron Calisius, begitupula dengan wilayah ini. Sayangnya dia mengabaikan penduduk sekitar sini dan membeli beberapa bidang tanah, serta beberapa bibit yang dia beli dari serikat dagang. Uang peninggalannya telah habis dan kediaman ini menyisakan mereka saja." Tutur Jim jujur.
"Apa mereka utusan raja atau kediaman Calisius?" Tanya Leona curiga.
"Mereka adalah budak yang di beli oleh Baron Calisius. Mereka bertahan disini karena tidak ada lagi tempat yang bagus untuk mereka."
Leona menganggukkan kepalanya dan tersenyum miring. Jim yang hafal dengan tingkah Leona hanya bisa mengelus dada.
"Paman, kita istirahat dulu, lalu kita pikirkan rencana besok. Perjalanan hari ini sangat melelahkan." Ucap Leona yang langsung di setujui oleh Jim.
"Ide yang bagus."