Di dunia di mana para dewa pernah berjalan di antara manusia, sebuah pedang yang terlupakan bangun, melepaskan kekuatan yang dapat mengubah dunia. Seorang pemuda, yang ditakdirkan untuk kehebatan, menemukan sebuah rahasia yang akan mengubah nasibnya, tetapi dia harus memilih pihak, pilihan yang akan menentukan nasib dunia. Cinta dan kesetiaan akan diuji ketika dia menjelajahi dunia sihir, petualangan, dan roman, menghadapi ancaman yang dapat menghancurkan jaringan eksistensi. Warisan Para Dewa menunggu... Apakah kamu akan menjawab seruannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pramsia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3: Lembah Tersembunyi dan Jalan Menuju Kultivasi yang Mendalam
Di hadapan Jian terbentang Lembah Tersembunyi, sebuah pemandangan yang begitu indah dan mempesona. Udara sejuk dan harum dipenuhi aroma bunga liar yang semerbak, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Air terjun yang menawan jatuh dari tebing yang menjulang tinggi, menciptakan suara gemericik yang menenangkan namun juga menyimpan aura misterius. Cahaya matahari menembus dedaunan, menciptakan corak emas dan hijau yang memikat. Namun, di balik keindahan itu, Jian merasakan getaran energi yang kuat, sebuah kekuatan hidup yang berdenyut di dalam lembah itu. Ia merasa seolah-olah telah memasuki dunia lain, dunia yang penuh dengan keajaiban dan misteri.
Di tengah lembah, sebuah kuil kecil yang tua berdiri kokoh. Kuil itu terbuat dari batu dan kayu, dengan ukiran-ukiran kuno yang terlihat seperti simbol-simbol yang tidak ia kenali. Ukiran-ukiran itu terlihat rumit dan penuh makna, seolah-olah menceritakan sebuah kisah panjang. Aura spiritual yang kuat terpancar darinya, menarik Jian mendekat. Ia melangkah masuk dengan hati-hati, merasakan getaran energi yang semakin kuat. Setiap langkahnya di dalam kuil itu membawa rasa hormat dan ketakutan. Ia merasakan aura spiritual yang kuat, aura yang membuatnya merasa tenang dan damai.
Tiba-tiba, suara dalam dan tenang bergema di dalam kuil. "Kau telah datang, Jian." Suara itu membuatnya terkejut. Seorang pria tua berambut putih dengan mata berbinar kebijaksanaan duduk bersila di dekat kolam lotus yang tenang. Wajahnya tenang, namun memancarkan kekuatan yang tak terukur. Wajahnya dipenuhi dengan keriput-keriput yang menceritakan kisah panjang hidupnya, namun matanya tetap tajam dan bercahaya, memancarkan kebijaksanaan dan kedalaman yang luar biasa.
Pria tua itu tersenyum, seolah-olah ia sudah mengetahui tujuan Jian. "Ceritakanlah kisahmu, Jian. Bagaimana kau menemukan pedang sakral itu?"
Jian menceritakan semuanya; serigala raksasa, gua tersembunyi, dan bisikan yang menuntunnya ke tempat ini. Ia berbicara jujur, mengungkapkan keraguan dan ketakutannya. Setiap kata yang diucapkannya terasa berat, seolah ia melepaskan beban yang selama ini dipendamnya. Ia menceritakan tentang pertarungannya dengan serigala, tentang kekuatan yang mengalir di dalam dirinya, tentang bisikan misterius yang membimbingnya, dan tentang ukiran bintang di gagang pedang.
Master Agung mendengarkan dengan sabar, matanya menatap jauh ke dalam jiwa Jian. Setelah Jian selesai bercerita, ia mengangguk perlahan. "Pedang itu adalah warisan para dewa, Jian. Ia memiliki kekuatan yang besar, tetapi juga bahaya yang mengancam. Kau harus belajar mengendalikannya dengan bijaksana, memahami takdir yang menantimu."
Dengan penuh perhatian, Jian mendengarkan penjelasan Master Agung tentang sistem kultivasi. Ia membandingkan Qi dengan aliran sungai, Jing sebagai kedalaman sungai, dan Shen sebagai sumber mata air. Ia menjelaskan tentang tiga tahap utama kultivasi: Xīnjīng (New Realm), Liánhéng (Refined Realm), dan Shén (God Realm), menjelaskan tantangan dan pencapaian di setiap tahap dengan detail. Ia menjelaskan tentang pentingnya keseimbangan dan kesabaran dalam kultivasi, tentang pentingnya memahami alam semesta dan hubungan antara manusia dan alam, tentang pentingnya memahami diri sendiri dan mengendalikan emosi, tentang pentingnya mencari keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan, tentang pentingnya menggunakan kekuatan untuk kebaikan, tentang pentingnya memahami takdir dan menjalankan takdir tersebut dengan bijaksana, tentang pentingnya menghormati alam dan makhluk hidup lainnya, tentang pentingnya belajar dari kesalahan dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuatan fisik dan kekuatan spiritual, tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, tentang pentingnya berlatih dengan tekun dan sabar, tentang pentingnya memiliki tekad yang kuat dan pantang menyerah, tentang pentingnya memiliki hati yang baik dan penuh kasih sayang, tentang pentingnya hidup harmonis dengan alam dan manusia, tentang pentingnya mencari kebijaksanaan dan pengetahuan, tentang pentingnya belajar dari pengalaman dan terus berkembang, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia material dan dunia spiritual, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan sosial, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kesenangan dan tanggung jawab, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat, tentang pentingnya hidup dengan penuh makna dan tujuan, tentang pentingnya berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, tentang pentingnya hidup dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan, tentang pentingnya hidup dengan penuh rasa syukur dan penghargaan, tentang pentingnya menghargai kehidupan dan keindahan alam, tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam dan manusia, tentang pentingnya hidup dengan penuh kedamaian dan ketenangan, tentang pentingnya hidup dengan penuh kebijaksanaan dan pengetahuan, dan tentang pentingnya hidup dengan penuh makna dan tujuan.
"Ketiga elemen ini saling berkaitan. Mengendalikannya adalah kunci untuk mencapai kekuatan yang luar biasa," ujar Master Agung. "Tanpa disiplin, kekuatan yang kau miliki bisa menghancurkan dirimu sendiri. Kau harus belajar mengendalikan emosi dan mencari harmoni dalam setiap aspek kehidupan."
Jian merasa hatinya terbakar oleh semangat baru. Ia bertanya, "Bagaimana aku bisa mempelajari seni kultivasi ini?"
Master Agung tersenyum bijak. "Kultivasi membutuhkan waktu, kesabaran, dan disiplin. Mulailah dengan meditasi. Rasakan aliran Qi di dalam dirimu. Izinkan energi itu mengalir melalui tubuhmu, seperti air yang mengalir di sungai. Amati alam, pelajari dari alam, dan jadilah satu dengan alam."
Jian mengangguk, bertekad untuk mengikuti ajaran Master Agung. Ia merasakan harapan baru lahir di dalam dirinya. Dia tahu perjalanan ini baru saja dimulai, dan tantangan di depan akan menguji kemampuannya. Namun, dengan bimbingan Master Agung dan kekuatan pedang sakral, ia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Sebagai langkah pertama, Master Agung memberikan Jian sebuah gulungan kuno. "Ini adalah teknik dasar untuk memulai kultivasi. Pelajari dengan seksama dan praktikkan setiap hari. Ingat, perjalanan ini adalah tentang menemukan dirimu sendiri."
Jian memegang gulungan itu erat-erat, merasa seolah-olah ia memegang kunci untuk membuka potensi terpendam dalam dirinya. "Aku akan berlatih dengan tekun, Master," ujarnya dengan penuh keyakinan. "Aku akan melindungi desaku dan menemukan arti sebenarnya dari kekuatan ini."
Dengan tekad yang membara, Jian siap untuk memulai perjalanan kultivasi yang akan mengubah hidupnya selamanya.
(Lanjutkan ke Chapter 4! 😉 )