Setelah 14 Tahun Berlalu

"Raka,"

Tok tok tok

"Bangun, Nak!!"

Karena sang anak tak kunjung menjawab, akhirnya Karina memutus untuk membuka pintu kamar Raka.

Ceklek.

Berhasil, pintu kamar Raka tidak dikunci. Tapi, Karina dikejutkan dengan keberadaan Gala yang tidur bersama sang anak dalam satu kasur sempit.

"Astaga, kenapa orang itu disini?" Karina Sampai melongok ke luar, dan benar saja ada mobil Gala yang terparkir di teras mereka.

"Huh dasar!! Bilang nggak mau dikelonin Mamanya, tapi mau dikelonin sama Bapaknya." gumam Karina sebelum akhirnya memilih membangunkan Raka yang tak terpengaruh dengan aktifitasnya itu.

"Bangun, Nak."

"Enghhhh," Tak hanya Raka, Gala pun terbangun karena ulah Karina.

"Ayo mandi!! Udah pagi, kamu harus sekolah." Karina hanya membangunkan Raka seolah Gala tak ada disana, meskipun nyatanya Gala pun juga sudah membuka matanya.

Setelah membangunkan Raka, Karina kembali ke dapur untuk menyiapkan satu sarapan lagi untuk Gala. Meskipun tak suka, tapi Karina tak setega itu untuk mengusir Gala yang selama ini sudah banyak membantunya tanpa diminta itu.

Saat sarapan, suasana terasa hening karena tak ada yang berbicara selain suara denting sendok yang beradu dengan piring mereka. Ya, mereka makan lesehan di ruang tamu.

"Ma, Raka berangkat dulu ya." pamit anak remaja itu setelah selesai dengan sarapannya.

"Hati-hati, sayang. Belajar yang benar."

Seperti biasa, Raka mencium punggung tangan sang Mama, dan tak lupa cipika cipiki kepada wanita yang telah melahirkannya itu.

Tapi, kali ini ada yang aneh. Jika biasanya Raka akan berangkat ke sekolah bersama Gala, maka saat ini Raka justru mencium punggung tangan Gala seolah Raka sedang berpamitan dengan lelaki itu. Setelah itu, Gala masih memberikan selembar uang 100 ribu untuk Raka dan sempat berpesan agar hati-hati kepada anak itu.

Oke, Karina paham sekarang. Entah apa tujuannya, tapi Gala masih tetap tinggal meskipun Raka sudah keluar dari rumahnya.

"Kamu ngapain masih disini?" Mau tak mau, Karina bertanya kepada Gala.

"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu."

Karina mengangguk. "Ya udah, ngomong aja."

Kini, fokus Gala benar-benar tertuju pada wajah Karina karena lelaki itu sedang menatap Karina dengan intens.

"Benar kamu mulai kerja hari ini?"

"Ya,"

"Kerja dimana?" Gala masih berusaha bersikap tenang.

"Di hotel."

"Sebagai?" Gala mengangkat satu alisnya.

Tapi Karina malah mengedikkan bahunya.

"Kok nggam tahu?"

"Kemarin orang yang nawari aku kerjaan cuma bilang aku suruh kesana dulu. Soalnya ada dua karyawannya yang katanya tiba-tiba resign."

"Kamu percaya sama orang itu?"

"Percaya." Karina acuh.

"Kamu nggak takut kalau orang itu menjerumuskan kamu ke dalam pekerjaan kotor?"

Mendengar ucapan itu Karina mendengus. "Sebenarnya apa sih tujuan kamu nanya-nanya sama aku? Apapun yang akan aku lakukan, nggak ada urusannya sama kamu. Cukup Raka saja yang kamu stir. Sementara aku? Kita sama sekali nggak ada hubungan apapun. Jadi jangan campuri urusanku."

Mendengar larangan dari Karina, amarah yang sedari tadi ditahan oleh lelaki itu sudah hampir meledak. Gala geram karena Karina tak mendengarkannya. Padahal Gala sudah merasa berbaik hati untuk memperingatkan Karina.

Dengan gerakan cepat, Gala bangkit dan menarik tangan Karina sehingga perempuan itu ikut bangkit dari duduknya.

"Apa-apaan ini? Kamu mau berbuat jahat sama aku?" pekik Karina tak terima.

Sementara Gala yang sudah gelap mata karena Karina tak menghiraukan peringatannya, tak menjawab sepatah katapun dan tetap melanjutkan aksinya, menarik Karina masuk ke dalam kamar wanita itu dan melempar Karina ke atas kasurnya dengan kasar.

"Jangan kurang ajar kamu!!" Karina ingin bangkit tapi Gala sudah lebih dulu menahannya dengan menindih wanita itu.

"Dari pada menjadi jalang diluar sana, lebih baik kamu layani aku sekarang."

"Apa maksud kamu?" Karina terus berusaha meronta. Seketika, ingatan tentang kejadian serupa dengan orang yang sama saat 14 tahun silam, berputar di memori otaknya.

"Kalau kamu layani aku sekarang, aku akan nikahi kamu. Tapi kalau kamu jual diri diluar sana, kamu akan semakin terjerumus ke dalam lembah kotor."

"Dasar brengsek!! Aku nggak mau menikah sama kamu, apalagi melayani kamu." Karina tak berhenti memberontak.

"Kenapa, hem? Kamu lebih senang jual diri diluar sana, begitu? Tenang saja, aku kan membayar kamu berapapun yang kamu minta kalau kamu mau melayani aku."

"Dasar laki-laki sinting!! Terobsesi sekali kamu dengan aku? Kamu pikir aku ini wanita murahan?"

"Apa kamu merasa seberharga itu?" Gala menyeringai. "Kalau kamu menghargai diri kamu sendiri, kamu nggak akan berniat jual diri di luar sana."

"Siapa yang jual diri? Kamu ini kesurupan atau kenapa?" Karina berteriak.

"Diam!! Jangan berisik atau tetanggamu akan kesini, lalu kita dinikahkan." ancam Gala.

Seketika, mulut Karina terdiam, tapi tubuhnya tak bisa berhenti berusaha melepaskan diri dari Gala.

"Dasar bajingan!! Kamu mau melecehkan aku lagi?" suara Karina lebih pelan.

"Kalau iya kenapa? Menghidupkan satu janin lagi di rahimmu sepertinya tidak akan jadi masalah karena tanpa aku lecehkan pun, kamu akan melecehkan dirimu sendiri."

"Sebenarnya kamu ini kenapa?"

"Aku mau mencegah kamu melakukan hal buruk. Dan karena kamu tak mendengarkan ucapanku, maka aku akan mencegahnya dengan cara lain."

Setelah berkata seperti itu, Gala mulai mencium wajah Karina. Ya, memang sekenanya, tapi dia benar-benar memulai aksi jahatnya.

Karina sudah merasa sangat terdesak. Usahanya melepaskan diri sejak tadi, tak ada gunanya. Tenaga Gala, masih sama kuatnya dengan 14 tahun silam. Karina tak kehilangan akal. Dia masih terus berusaha meloloskan diri, dan kali ini Karina lebih memilih menggerakkan kakinya dengan kasar. Lantas, saat ia mendapatkan kesempatan, Karina menendang organ sensitif Gala dengan lututnya.

"Argh!!" Seketika Gala terguling ke samping Karina. Saat itulah Karina gunakan untuk meloloskan diri dari Gala.

"Tanggung jawab kamu, Rin!!"

Gala berteriak sambil terus memegangi 'anu'nya yang terasa sakit luar biasa. Tapi, Karina justru mengambil tasnya dan langsung pergi dari rumah secepatnya.

Ya, dia akan pergi ke hotel tempat temannya kemarin. Seorang teman yang tak lain dan tak bukan adalah pelanggan kue yang kemarin memesan kue-kuenya untuk meeting. Karena merasa sangat iba dangan cerita Karina, pelanggannya kemarin yang menjadi seorang manager kepegawaian sebuah hotel bintang lima, mengajaknya bekerja disana.

Memang, Karina belum memiliki ijazah. Tapi dengan kekuatan orang dalam seperti Bu Nova sang manager, Karina diperbolehkan masuk tapi dengan syarat harus segera melengkapi surat lamaran pekerjaan secepatnya sebelum kecurangan itu terdeteksi oleh atasan mereka.

Sedangkan Gala yang sudah cukup menenangkan diri karena rasa sakitnya pada 'anu'nya, berniat mengikuti Karina dengan harapan Karina mau mengurungkan niatnya.

Dddrrrttt drrttt drrttt, baru saja Gala bangkit, tiba-tiba ada panggilan masuk di ponselnya.

"Ya"

"Bapak dimana? Meeting lanjutan kemarin akan segera dilakukan setengah jam lagi."

"Ya, saya akan segera kesana."

Gala menghela napas pasrah. Sepertinya dia tak bisa mencegah Karina untuk melakukan pekerjaan kotor yang Gala pikirkan itu. Pada akhirnya, Gala memilih untuk meeting dengan para karyawannya, membahas inovasi baru untuk hotel sang Papa, yang beberapa hari ini ia jalankan karena menurunnya kondisi kesehatan sang Papa.