NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 35

Semua peran sedang sibuk menyesuaikan diri dan berkembang dengan cara masing-masing. Waktu sibuk membuat isi kepala penuh dengan penyelesaian tak sempat disadari sudah bergulir begitu saja. Sudah lebih dari tiga hari sejak Delilah menggoda Fera dan menggelitik hati sendiri. Namun, Nanda justru sudah tak berada di rumah dua hari. Si dokter memilih menginap dan memberi materi tambahan pada sang asisten dokter di meja operasi.

Kali ini Nanda sudah bersiap dengan seragam tempur berdiri di depan Matthew. Manik biru yang ditatap Nanda sudah tak lagi bergetar. Napas si dokter juga sama teratur, hanya posisi mereka belum benar. Deheman dari Nanda membuat semua atensi berpusat padanya.

“Matthew, kenapa kau berdiri di sana?” Nanda terus mengunci tatapan.

“Hm?” Si manik biru memiringkan kepala, sedang Nanda mengangguk lalu berjalan memutar hingga tiba di sampingnya.

Mereka bersitatap sejenak, sebelum Nanda memberi kode bertukar tempat dengan menyentakkan dagu.

Gleg! Matthew menelan ludah kasar. Ini dia, hari dimana dia debut sebagai dokter utama dalam sebuah operasi besar. Akhir yang selalu dinantikan, tetapi tangan si dokter utama terlihat gemetar sekarang. Nanda menangkap tangan Matthew.

“Halo, ingat kau selalu menginginkan ini seluruh hidupmu. Kau tidak sedang menyelamatkan orang lain, tapi dirimu sendiri, Matthew. Fokus!” Pesan Nanda sesaat sebelum dia melepaskan lagi cekalan dari tangan Matthew.

“Baik, Dok.” Matthew mengangguk, kemudian melanjutkan tugas.

Meski dimulai dengan sedikit gugup. Operasi terlihat berjalan dengan baik. Tentu hati Matthew terasa ringan, berkat Nanda yang masih berada di sisi. Senyum Nanda terkembang ketika sang sahabat berhasil menyelesaikan tugas pertama dengan rapidan teratur serta hasil yang baik.

“Ingat, kau harus mengawasinya.” Nanda berpesan lagi pada Matthew.

“Siap, Dok.” Matthew memberi hormat pada sahabat yang berjalan melewatinya.

Lalu, si manik biru segera mengekori Nanda. “Aku hebat, ‘kan? Katakan aku hebat!”

“Cih, aku akan memujimu jika kau melakukannya sendirian nanti, tanpaku. Oke?” Nanda menyeringai.

“Ck, bedebah menyebalkan!” Matthew berteriak di lorong.

***

Raka membuka pintu setelah bel berbunyi. Sesuai dugaan, bukan Delilah yang datang. Dia sudah berpesan pada sang adik ipar untuk tak perlu datang. Raka tidak menyangka, si perempuan manis berhasil menaklukkan Fera di hari kedua mereka berjumpa. Dia kemudian bergegas ke kantor meninggalkan Fera dan pengasuhnya.

“Jenie, telepon saya segera jika kau dalam kesulitan, paham?” Raka mewanti-wanti si perempuan.

“Anda sudah mengatakannya tiga kali pagi ini, Tuan. Tidak perlu khawatir dan berangkat saja. Anda sudah sangat terlambat.” Jenie menyodorkan tas kerja Raka.

Dia melepas kepergian majikannya hingga pintu, si manis bahkan membuat Fera ikut melambaikan tangan pada sang ayah.

“Hhhh … akhirnya, dia berangkat. Baiklah, kita akan bermain apa hari ini bayi kecil? Ah, akan kuceritakan dongeng. Ayo kita buat susu dulu.” Jenie terlihat bersemangat menyeduh susu lalu membaringkan Fera di keranjang sambil menggoyangkan perlahan.

Tak beberapa lama, si bayi kecil yang memang bangun saat ayam belum berkokok itu pun memejamkan mata. Lalu dengkuran halus terdengar khas bayi. Jenie membenarkan posisi selimut tipis agar menutupi tubuh Fera, si manis tersenyum memandangi wajah mungil Fera.

“Aku turut berduka untuk ibumu, Fera. Maaf, aku harus memisahkanmu juga dari Delilah. Tapi jangan khawatir, aku akan menyayangimu sama seperti mereka, ya?” Jenie berbisik sangat lirih sambil menepuk-nepuk pantat Fera dengan pelan.

Setidaknya, hanya ini yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku, monolog hati Jenie.

Setelah berdebat hebat dan berakhir ditinggalkan oleh sang sahabat kala itu. Jenie terus menggali informasi tentang keluarga Dirgantara. Hingga berhasil menemukan kontak bahkan alamat tempat tinggal sang ayah bayi—Raka. Dia tak menunggu lama, segera melamar pekerjaan yang memang sedang dibutuhkan oleh Raka, ketimbang terus merepotkan Delilah. Kemudian dia tak mengulur waktu untuk segera mengajukan surat pengunduran diri setelah Raka menghubunginya. Sampai saat ini dia menilai cara yang dilakukan sangat efektif karena dia belum berjumpa dengan Delilah sama sekali.

“Aku berharap hubunganmu dan Nanda membaik, Deli.” Netra si manis berkaca-kaca.

Ditempat lain, Raka baru saja menyelesaikan tugas yang dimandatkan dari sang kakek. Dia kemudian melangkah ke ruangan sang adik. Tak biasanya, Raka yang menyambangi ruang si dokter. Namun, kali ini dia sudah tak sabar ingin menemui Nanda. Bayangan Delilah kerap mengusik kewarasan Raka, entah dalam kasus apa dia terus mengkhawatirkan si jelita yang beberapa waktu terlihat lesu. Lalu mereka sudah tidak berjumpa dalam beberapa hari.

“Masuk.” Suara Nanda terdengar dari balik pintu. “Ah, tidak biasanya kau kemari. Apakah itu sangat penting?” Nanda terkejut melihat Raka dibalik pintu.

“Kau sibuk? Kita harus bicara.” Suara Raka terdengar begitu serius.

Nanda menutup buku dan mematikan layar monitor, “kau tidak ingin duduk? Aku sudah selesai.”

Raka kemudian duduk di depan Nanda, “bagaimana kabar Delilah?”

“Hhhh … tidak ada pertanyaan lain?” Nanda melepas kacamata dan memijat ujung dalam mata.

“Tidak bisakah kau menjawabnya saja?” Raka menimpali.

“Kenapa kau begitu perhatian pada istriku?” Nanda menatap tajam pada sang kakak.

“Aku hanya ingin tau, aku sudah tidak berjumpa dengannya beberapa hari.”

“Tentu saja, itu hal yang wajar.” Nanda menyahut cepat tanpa ekspresi, mereka bersitatap hening.

“Jadi, apa kau bisa mengurusnya dengan baik selama ini? Dia terlihat tidak baik terakhir berjumpa.” Raka menaikkan sebelah alis.

“Hah? Apa sekarang kau mulai gila, Raka? Kau mengkhawatirkan siapa?” Nanda mulai tersulut emosi.

Raka mengedikkan bahu. “Cinta pertamaku.”

“Brengsek!” Nanda meraih kemeja Raka dengan mata berkilat, “dia istriku!” Nanda menggeram. “Kau menolaknya, kau melukainya, Bajingan!” Nanda menatap penuh amarah dengan gertakan gigi.

Raka kemudian berdiri menepis cengkraman Nanda, “aku melakukannya karena kau terlihat tidak mampu, Sialan! Kau bahkan hanya bisa terus mengganggunya, sekarang kau hanya menjadikan dia syarat untuk menerima warisan!”

“Apa?” Suara Delilah terdengar dari arah pintu.

Mereka bertukar tatap bergantian. Udara seolah menguap di sekitar Delilah. Napas si jelita tercekat di ujung tenggorokan. Dia tak menyangka akan melihat dua bersaudara sedang beradu kalimat dengan mata merah pada masing-masing. Namun, dia masih berusaha diam dan menahan pergerakan. Kemudian, si jelita mulai terusik karena dia menjadi sumber pembahasan. Kalimat terakhir yang terdengar begitu menyayat hati Delilah.

Dia tak pernah menyangka, jika Nanda ternyata memiliki tujuan saat meminangnya. Padahal hati si jelita mulai melunak dan bersiap membuka diri. Akan tetapi, kali ini dia kembali terluka. Netra Delilah mulai memanas, genangan air bening membuat tatapan Delilah mengabur. Tak ada kalimat yang terdengar lagi, tetapi sangat terlihat jika Nanda begitu gugup. Keheningan diantara mereka terasa begitu mencekam.

***

Readers-nya juga ikut merasakan hawa mencekam sampai author up part selanjutnya ... Hasekkk! :3 lanjutin yukk, jangan bosyan beri like dan komentar yaa, tencu tencuuuu 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!