My Little Angel

Angel terlihat tidak semangat. Seharian, ia hanya menghabiskan waktu di kelas tanpa melakukan apapun. Dan hal itu membuat teman sebangkunya, Aluna merasa aneh, apalagi beberapa kali ia melihat Angel seolah menjaga jarak dengan Jerry. Padahal ia sangat tahu jika Angel sangat menyukai pria itu. Apa telah terjadi sesuatu?

"Angel, nanti kau akan melihat Jerry bertanding, kan? Lihat!! Aku sudah membeli camilan dan juga minuman untuk nanti," ujar Aluna sambil meletakkan kantong plastik di depan Angel.

"Tidak Lun, hari ini aku tidak bisa menonton pertandingan Jerry," ucap Angel lesu.

"Kenapa? Biasanya kau paling bersemangat jika tahu Jerry bertanding. Dan juga, kenapa kau seperti menghindar dari Jerry? Ada apa angel?" tanya Aluna

Angel hanya melirik sekilas Aluna, dan kembali memejamkan matanya. "Aku hanya sedang mengurangi waktu bermainku karena sebentar lagi kita akan ujian."

"Astaga Angel." Aluna menarik bahu Angel hingga posisi Angel menjadi tegak. Ia menatap Angel dan berkata, "itu bukan alasan, Angel. Memangnya hanya karena kita melihat pertandingan basket akan membuat nilai kita jelek? Tidak Angel. Justru kita harus mencari sesuatu sebagai hiburan untuk mengistirahatkan otak kita."

"Lagipula, sejak kapan kau perduli akan semua itu? Kau selalu mengatakan padaku untuk tidak terlalu serius dalam belajar, karena sekeras apapun kita belajar jika kita tertekan, kita tidak akan bisa mengerjakan soal," lanjut Aluna

Angel hanya diam saja. Memang benar, ia selalu berfikir seperti yang Aluna katakan. Tapi itu dulu saat dia belum terikat dengan Marvel.

Sekarang ia sudah menikah dan dia sudah tidak sebebas dulu. Walaupun ia membenci Marvel, tapi tetap saja dia harus menuruti perintah suaminya.

Tapi tunggu dulu, Marvel kan hanya melarangnya dekat dengan Jerry, tidak melarangnya melihat pertandingan basket. Lagipula, kenapa dia harus repot-repot menuruti perintah Marvel? Pria itu saja tidak peduli padanya.

"Angel!!" panggil Aluna yang membuyarkan lamunan Angel

"I-iya, ada apa?" tanya Angel kaget

"Astaga, Kau mendengarkan ku, tidak?"

"Iya, aku dengar. Baiklah, nanti aku mau melihat pertandingan basket," ujar Angel

"Nah, itu baru benar."

...****************...

Waktu terus berlalu, hampir waktunya untuk Angel pulang. Dan seperti yang sudah Marvel katakan jika hari ini Alan yang akan menjemput Angel karena Marvel ada meeting yang tidak bisa di wakilkan.

Dan saat ini, Alan sudah standby di depan gerbang sekolah, menunggu Angel keluar. Namun sudah hampir satu jam ia berada di sana, gadis itu tak muncul juga.

"Hari hampir sore, semua siswa juga sudah pulang. Tapi kenapa nona Angel belum kelihatan? Apa dia ada les tambahan?" gumam Alan. Takut terjadi sesuatu, Alan memilih turun dari mobil dan bertanya pada siswa yang kebetulan berpapasan dengannya.

"Maaf, aku mau tanya. Apa kau mengenal Angel? Apa dia sudah pulang?" tanya Alan

"Oh, Angel kelas Xll ya. Dia belum pulang. Sekarang kan ada pertandingan basket. Pasti dia ada di sana untuk melihat Jerry bermain," ujar siswa itu.

"Ng? Jerry? Siapa dia?" tanya Alan penasaran

"Dia adalah kapten basket idola semua wanita di sekolah ini. Tapi dengar-dengar, dia menyukai Angel, begitu juga sebaliknya," terang si siswa.

"Oh, begitu. Terima kasih ya." Alan merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana dan menghubungi Marvel. Setidaknya dia harus tahu apa yang harus ia lakukan, menunggu Angel atau meninggalkannya. Jika bukan karena perintah Marvel, pasti ia akan memilih tidak peduli dan pergi dari sana.

"Ada apa?" tanya Marvel setelah ia mengangkat sambungan telepon dari Alan.

"Em, nona Angel masih ada kegiatan di sekolah. Jadi, aku harus menunggu atau ... "

"Kegiatan apa?" sela Marvel

"Itu, kata temannya, nona Angel sedang melihat pertandingan basket. Jadi ... "

"Seret dia ke sini!!!"

Tut Tut Tut

Alan berdecak kesal karena Marvel memutuskan sambungan telepon begitu saja. "Aku bahkan belum selesai berbicara, tapi kau seenaknya mematikan telepon dari ku. Jika kau bukan anak dari tuan Nicholas, aku pasti sudah .... Aish sudahlah!!!" Alan menyimpan kembali ponsel nya dan masuk ke sekolah milik keluarga Dirgantara itu.

Ia bertanya dimana letak lapangan basket yang di gunakan untuk bertanding, pada siswa yang kebetulan berpapasan dengan nya.

"WUUUU .... JERRYYY ...!!!"

"GO JERRY!!!!"

"YEEEYY JERRYYY!!!"

Terdengar sorak siswa yang meneriakkan nama Jerry, begitu juga dengan Angel yang berada di bangku bagian depan. Dia berteriak tidak kalah keras saat Jerry berhasil mencetak poin.

"Itu dia." Alan menghampiri Angel dan berdiri tepat di depan gadis itu. "Nona, mari kita pulang," ajak Alan.

"Ng? Kau siapa?" tanya Angel. Begitu juga dengan Aluna yang duduk di samping Angel, ia juga penasaran dengan pria yang saat ini berdiri di depan sahabatnya. Dan jangan lupa, pria tadi memanggil Angel dengan sebutan nona.

"Saya Alan, nona. Saya di minta tu ... Hmmpptt!!" Ucapan Alan terhenti saat tiba-tiba Angel membekap mulutnya dengan telapak tangan dan mendorongnya, menjauh dari lapangan.

"Ada apa nona? Kenapa kau ... "

"Sstt!!!" Angel meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, memberi isyarat Alan untuk diam. Dia menoleh kesana kemari, memastikan jika tidak ada siapapun di sana.

"Jadi kau yang bernama Alan?" tanya Angel yang dijawab anggukan oleh Alan.

"Aku belum mau pulang. Aku masih ingin melihat pertandingan basket. Jadi ... "

"Tapi tuan Marvel meminta anda untuk pulang," sela Alan.

"Ck, bilang saja kau sudah menjemput ku, jadi ... "

"Tuan memintaku untuk membawa nona ke perusahaan."

"WHAT?" pekik Angel. "Untuk apa dia menyuruh ku kesana?"

"Saya tidak tahu karena saya hanya menjalankan perintah saja. Jadi saya mohon jangan membuat saya repot," pinta Alan.

Angel mendengus kesal. Dia tidak mau pulang karena masih ingin melihat pertandingan basket. Harusnya Marvel mengerti jika dia juga butuh hiburan. Apa karena sudah menikah, ia tidak bisa bermain-main seperti dulu?

"Begini ya, katakan padanya jika aku akan pulang. Tapi nanti setelah pertandingan nya selesai, bye!!" Angel kembali ke kursi penonton, meninggalkan Alan yang terlihat frustasi.

"Astaga, sampai kapan kalian akan menyusahkan ku, hah? Dulu Kevin dan Flora, dan sekarang Marvel dan Angel," gerutu Alan. "Tidak ada pilihan lain." Alan kembali menghubungi Marvel dan akan mengatakan apa yang Angel katakan padanya tadi

"Ada apa lagi, hah? Apa kau tidak tahu jika aku sedang ... "

"Nona Angel menolak pulang, tuan." sela Alan. "Dia ..."

"JERRYYYY!!"

"Suara apa itu?" tanya Marvel.

"Oh, itu suara siswa yang melihat pertandingan basket. Sepertinya pria yang bernama Jerry itu sangat populer di sini. Bahkan nona berada di kursi paling depan dan .... "

Tut Tut Tut

"Ng? Di matikan?" Alan hanya bisa menghela nafas panjang. Dia menyimpan kembali ponselnya dan ikut menyaksikan pertandingan tersebut.

Sementara itu, Angel seolah tidak peduli dengan keberadaan Alan di sana. Dia masih menikmati pertandingan yang sedang berlangsung.

"Angel, yang tadi itu siapa?" Tanya Aluna

"Yang tadi? O-oh maksudnya pria tadi," ucap Angel yang dijawab anggukan oleh Aluna.

"Di-dia ... Dia teman kakakku. Dia datang untuk menjemput ku. Tapi aku bilang kalau aku masih ingin melihat pertandingan basket," seru Angel

"Oh teman kakak mu ya. Tampan juga." Aluna terkikik sambil sesekali melirik ke belakang, dimana Alan berada.

"Tampan apanya? Jelas Jerry lebih tampan dari siapapun," ucap Angel yang terus melihat pergerakan Jerry dalam mengolah bola. Dan saat Jerry berhasil mencetak poin, Angel langsung berdiri dan berteriak kencang.

"JERRYY!!!"

"Angel, duduklah!! Apa kau tidak lihat jika dari tadi teman kakakmu terus memperhatikan mu," ucap Aluna

"Sudah tidak usah pedulikan dia. Aku sudah bilang setelah pertandingan ini selesai, aku akan pulang. Jadi kau tidak perlu khawatir," sahut Angel tanpa melepas pandangannya dari Jerry.

"Astaga, Jerry tampan sekali saat menyibak rambutnya seperti itu," ucap Angel yang terpesona dengan ketampanan Jerry.

"Siapa yang tampan?"

"Tentu saja Jer ... " ucapan Angel terhenti, ia menelan ludahnya kasar saat mengenali suara yang baru saja bertanya padanya.

"Tidak mungkin dia, kan?" batin Angel ketakutan. Perlahan ia menoleh dan ...

Deg