"Kamu kenal dengan saya?" tanya Kapten Zayden Khaled kepada gadis itu seraya menatapnya tajam
"Iya,kamu sepupu satu kali saya,kamu anak dari Puang Dewi Anjani,adik Bapak saya,jadi kita bersepupu kan" jawab Ayra tanpa ragu
"Kalau sudah tahu sepupu,kenapa masih mau menikah? kamu memang cinta sama saya?" tanya Zayden Khaled lagi
"Tidak ji,saya tidak cinta sama kamu,tapi Puang Dewi Anjani yang mau,jadi saya menuruti saja" jawab Gadis itu lagi
Zayden Khaled hanya menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Ayra Mikayla gadis yang cantik itu fakta yang tidak bisa dipungkiri,tapi jika harus membayangkan menikahi adik sepupunya sendiri,membuat Zayden Khaled pusing. dia frustasi dengan keputusan sang Mama tercinta,tapi apa daya dia, apa yang menjadi keinginan Mamanya itulah yang akan terjadi.
"Bagaimana dengan Emiliana,apa yang harus kusampaikan kepadanya" gumam Zayden Khaled
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Kapten Zayden dan Ayra pun tiba dari pasar. saat memasuki rumah,mereka pun sedikit terkejut saat melihat Ibu Dewi Anjani duduk didepan tv dengan wajah tegang dan tatapan kosong.
"Assalamualaikum" ucap Kapten Zayden dan Ayra serentak
Namun Ibu Dewi Anjani tetap urung menjawab.
"Waalaikumussalam" akhirnya Wa' Tati yang menyambut mereka
"Kenapa ki' Puang Wa'?" bisik Kapten Zayden
Wa' Tati memberi kode untuk diam.
Ayra dan Kapten Zayden pun bingung dan saling pandang satu sama lain. Kapten Zayden mencoba mendekati sang Mama perlahan. sedangkan Ayra tetap berdiri didepan gerbang dapur.
"Kenapa ki' Ma? ada masalah tiba-tiba kah? atau Etta' yang sakit?" ucap Kapten Zayden seraya menyentuh pundak sang Mama dengan lembut lalu berlutut dihadapan sang Mama.
Air mata Ibu Dewi Anjani pun tak tertahankan lagi. Ibu Dewi Anjani menangis seraya mengusap wajah Kapten Zayden.
"Zayden Nak,jujur ki' sama Mama Nak,apa sebenarnya yang terjadi di Korea kemarin? ketemu ki' sama Emiliana?" tanya Ibu Dewi Anjani dengan suara serak
Kapten Zayden hanya diam seribu bahasa. ditatapnya sang Mama,lalu menarik nafas panjang
"Minta putus komunikasi ki' Emiliana Ma" jawab Kapten Zayden pelan
"Terus,kapan ki' na' bilangi begitu? kemarin itu waktu di Korea?" tanya Ibu Dewi Anjani lagi
"Sebelum ka' ke Korea Ma,cuma mau ka' kalau ku perbaiki kodong hubungan ku Ma sama Emiliana makanya kususul ki' kesana" ucap Kapten Zayden
"Ketemu ji' ki'?" tanya Ibu Dewi Anjani lagi
Kapten Zayden pun menggeleng,lidahnya keluh untuk mengatakan kepada sang Mama kalau Emiliana bersama pria lain.
"Kenapa pale' masih kita susul ki' kesana Zayden, kalau memang tidak mau mi',tidak usah ki' kejar Nak,biarkan mi' pergi,bukan ji' itu satu-satunya wanita di dunia ini" ucap Ibu Dewi Anjani masih menangis
Kapten Zayden sangat pilu melihat Ibu Dewi Anjani menangis.
"Ada apa sebenarnya Ma,jujur ki',kenapa tiba-tiba ki' begini?" tanya Kapten Zayden lagi
"Coba kutahu Zayden Nak,kalau minta putus mi' itu Emiliana,na' tidak kuijinkan memang mi' ki' susul ki' itu wanita ke Korea,biar tidak datang ki' Mamanya Emiliana kesini,cuma untuk hina-hina ki' kodong" lirih Ibu Dewi Anjani
"Haaa... apa maksud ta' Ma? Mamanya Emiliana datang ki' ke sini? kapan? apa na' bilangi ki'?" ucap Kapten Zayden dengan sangat terkejut.
"Intinya Nak,na' minta ki' mulai sekarang kita jauhi itu anak gadisnya,yang bikin Mama sakit hati Nak, na' hina ki' Zayden na' bilangi ki' tidak selevel sama anak gadisnya,na' bilangi ki' bukan calon suami ideal buat Emiliana,apa haknya bilang begitu,kamu anak laki-laki Mama Zayden,Mama saja tidak pernah pi' kodong sekali dalam hidup Mama sampai na' detik ini,ada rasa dalam hati na' Mama mau anggap enteng ki' Nak,kamu mi' kebanggannya Mama sama Etta' ta' Nak,bagaimana bisa ada ki' orang luar yang berani datang na' bilangi ki' tidak sepadan,auwwe'... seperti na' mi' ini dipotong-potong hati na' Mama Zayden Nak,Mama minta-minta jangan mi' lagi ada hubungan apapun antara kamu dan Emiliana walau cuma sekedar berteman biasa ji', tidak mau Mama Zayden Nak" ucap Ibu Dewi Anjani lagi
Kapten Zayden pun terhenyak,senekad itu Mamanya Emiliana sampai harus datang ke rumah nya.
Kapten Zayden pun kembali menarik nafas panjang.
"Tenang mi' Ma,in shaa Allah tidak ada mi' hubungan ku lagi sama Emiliana sesuai apa yang kita bilang Ma,maafkan ka' Ma,gara-gara saya mi' jadi malu ki' begini" ucap Kapten Zayden seraya memeluk sang Mama dengan erat.
Ibu Dewi Anjani pun menarik nafas panjang dan mulai berhenti menangis.
Ayra pun datang membawa dua gelas air putih dingin.
"Minum ki' dulu Puang,kita juga Kak,minum ki' dulu biar tenang perasaan ta',jangan ki' lupa istighfar " ucap Ayra
Ibu Dewi Anjani dan Kapten Zayden pun meraih gelas itu dan meminumnya hingga habis.
"Alhamdulillah... Astaghfirullah" ucap Ibu Dewi Anjani diikuti Kapten Zayden
Setelah sedikit tenang. Ibu Dewi Anjani menarik nafas panjang dan memperbaiki posisinya.
"Zayden,menikah mi' segera Nak,Mama minta ini dengan sangat Nak" ucap Ibu Dewi Anjani dengan nada memohon
"Haaa... menikah? kenapa na' tiba-tiba ki' ada lagi dibahas itu pernikahan Ma" ucap Kapten Zayden lebih terkejut lagi seraya menatap wajah sembab sang Mama
'Mama serius ki' ini Zayden Nak,Mama mau kamu menikah dalam waktu cepat ini" ucap Ibu Dewi Anjani
"Ma,tidak gampang ki' itu langsung tiba-tiba mau menikah,dimana ada wanita yang siap langsung mau saya nikahi dalam waktu cepat,butuh proses itu,belum perkenalannya,belum keluarganya tidak kita tahu,kan bilang ki' harus jelas garis keturunannya,memangnya mau ki' asal comot saja baru dibawa ke KUA" sarkas Kapten Zayden
Tanpa sadar,Ibu Dewi Anjani menjewer kuping Kapten Zayden.
"Heiii... diam-diam ki' sebentar,makanya dengar dulu omongannya Mama sampai selesai,jangan ki' langsung potong" ucap Ibu Dewi Anjani dengan nada jengkel
Kapten Zayden pun terdiam.
"Mama sudah putuskan ki' secara bulat dan seksama,kalau putra kebanggan Mama ini Kapten penerbang Zayden Khaled harus ki' menikah segera dengan Ayra Mikayla keponakan Mama sendiri yang tidak perlu lagi dicari tahu garis keturunannya,tidak perlu lagi perkenalan kan, bisa langsung dibawa ke KUA" ucap Ibu Dewi Anjani dengan tegas.
Kapten Zayden pun kehabisan kata-kata hanya menatap sang Mama dan Ayra secara bergantian, sedangkan Ayra yang sedari tadi diam, refleks berdiri dari duduknya.
"Puang... itu... saya..." ucap Ayra terbata-bata.
