TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
BAB 1-103
Alin tidak menyangka bahwa hari dimana ia menjadi tamu saat pernikahan anak majikannya justru hari itu pula menjadi hari pernikahannya. Alin harus menggantikan mempelai wanita lantaran sang mempelai wanita kabur entah kemana, untuk menjaga nama baik keluarganya majikannya, mereka menikahkan Alin dengan pria yang sama sekali tidak Alin kenal sebelumnya.
Bagaimana kisah Alin? Apakah Alin akan bahagia?
Atau justru Alin akan menderita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Axel
.
Disisi lain, Axel yang baru saja keluar dari kamar pun memutuskan untuk pergi berenang, ia memang suka berenang saat malam hari terutama saat sedang banyak pikiran karena pekerjaan ataupun karena hal lain.
Bagi Axel berenang adalah obat untuk menenangkan diri dari segala masalah yang ia hadapi saat ini.
Axel hanya mengenakan celana pendek dengan bertelanjang dada tentunya, ia mulai berenang beberapa putaran.
"Sialan lo Nadia, gue udah kasih kesempatan buat lo dan ternyata kejadian yang pernah lo lakuin terulang lagi. Tapi, kali ini lo buat kesalahan fatal, dengan kebodohan lo, gue harus nikah sama perempuan yang gak gue kenal, lo akan merasakan apa itu balas dendam dari seorang Axel," gumam Axel.
Ketika Axel tengah berenang tiba-tiba ia mendengar seseorang memanggilnya dan Axel berhenti untuk melihat orang tersebut.
"Udah gue tebak sih pasti lo lagi berenang," ucap Chiko sahabat Axel.
"Kenapa?" tanya Axel.
"Harusnya gue yang tanya ke lo, lo kenapa?" tanya Chiko dan duduk di kursi panjang yang ada di pinggir kolam renang.
"Gue gak kenapa-kenapa," ucap Axel.
"Lo lagi mikirin istri lo?" tanya Chiko.
"Gak, buat apa gue mikirin dia?" tanya Axel dan keluar dari kolam renang lalu duduk di kursi panjang lain.
"Gue tau lo pasti terpukul dengan apa yang dilakukan Nadia, tapi istri lo gak salah dalam hal ini. Jadi gue harap lo gak melampiaskan semuanya ke istri lo," ucap Chiko.
"Tanpa lo bilang kayak gitu, gue juga udah tau Ko. Gue bukan cowok b*rengsek yang melampiaskan masalah gue ke orang lain, gue juga mau menikah sekali seumur hidup," ucap Axel.
"Gue percaya sama lo," ucap Chiko.
"Udah sana masuk ke kamar, kasihan istri lo tidur sendirian pas malam pertama," ucap Chiko.
"Hem," jawab Axel.
"Inget loh Xel, buat malam pertama wajar kalau istri lo sakit, tapi gapapa gas aja biar bisa punya Axel junior," goda Chiko.
"Bacot," maki Axel lalu pergi meninggalkan Chiko.
Axel masuk ke dalam kamar dan melihat Alin yang sudah terlelap, setelah itu Axel pun naik ke atas ranjang dan mengikuti Alin tidur.
.
Pagi harinya, Alin merasakan pelukan yang begitu erat hingga tidurnya terganggu. Dengan setengah sadar, Alin membuka matanya dan melihat tangan kekar melingkar pada perutnya, baru saja Alin akan berteriak tiba-tiba ia teringat jika ia telah menikah kemarin.
Dengan pelan-pelan, Alin mengubah posisinya dan menatap wajah damai sang suami, 'Kalau dipikir-pikir Tuan Axel ini memang ganteng kayak kata Mbak Gita, tapi nakutin kalau lagi bicara, aku aja gak berani lihat mata tajamnya, soalnya Tuan Axel kayak mau makan orang,' ucap batin Alin, yang tersenyum karena pemikirannya tentang Axel.
"Jangan senyum-senyum sendiri, ini masih pagi," ucap Axel dan membuka matanya.
Dengan cepat Alin pun melepaskan pelukan tersebut, "Maaf Tuan, saya tidak tau kalau Tuan tidur di sini. Maaf karena saya sudah lancang," ucap Alin.
"Gak usah lebay, kita pulang sekarang. Sebelum itu kita sarapan di bawah," ucap Axel.
"Iya, Tuan," jawab Alin.
Beberapa saat kemudian, Axel dan Alin pun keluar dari kamar dan menuju restoran untuk sarapan dimana keluarga lainnya sudah berada di sana.
"Ayo," ucap Axel karena ia merasa kesal dengan langkah kaki Alin yang terbilang lambat.
"Iya, Tuan," jawab Alin.
Sesampainya di restoran, disana sudah banyak keluarga yang tengah makan dengan diselingi obrolan tentunya.
"Oh pengantin baru udah datang, kamu temenin istri kamu ambil sarapan dulu, Xel," ucap Mama Leticia.
"Iya, Ma," jawab Axel.
Alin pun mengikuti Axel, "Suka sayur?" tanya Axel.
"Iya, Tuan," ucap Alin.
"Yaudah ambil yang kamu suka," ucap Axel lalu ia pun mengambil apa yang akan ia makan.
Alin menatap satu persatu makanan yang disediakan di hadapannya, 'Ini pasti mahal deh, aku gak pernah makan makanan kayak gini,' batin Alin.
Setelah mengambil beberapa makanan, Alin menghampirinya Axel yang duduk di samping Mama Leticia.
"Loh, kamu kok cuma ambil telur sama sayur aja sih, kamu ambil roti sama lainnya juga," ucap Mama Leticia.
"Iya, Nyonya. Ini juga sudah cukup," ucap Alin.
"Kok Nyonya sih, mulai sekarang panggil Mama ya biar sama kayak Axel. Masa menantu sendiri manggil Nyonya kan gak enak di dengernya," ucap Mama Leticia
"I-iya Nyonya, eh Mama maksudnya," ucap Alin
"Nah bagus, inget ya bukan hanya Mama, tapi Papa juga. Jangan manggil Tuan atau apapun itu," ucap Mama Leticia.
"Iya, Ma," jawab Alin.
'Apa pantes aku manggil Nyonya Leticia dan Tuan Abraham dengan sebutan Mama dan Papa?' batin Alin.
"Oh iya, Nenek Asri sama yang lainnya udah pulang pagi-pagi tadi, jadi setelah sarapan, kita juga langsung pulang," ucap Mama Leticia.
"Axel ada urusan, nanti biar Alin ikut sama Mama," ucap Axel.
"Kamu mau kemana?" tanya Mama Leticia.
"Axel ada urusan, Ma. Beberapa proyek pembangunan yang kemarin gagal harus di diskusikan lagi," ucap Axel.
"Apa gak bisa besok aja? Kamu kan yang punya perusahaan harusnya gapapa dong, kamu kan bisa suruh anak buah kamu buat urus semuanya," ucap Mama Leticia.
"Gak bisa, Ma. Untuk masalah proyek ini Axel gak mau gagal lagi makanya Axel harus turun tangan secara langsung," ucap Axel.
"Ish, kan kasihan istri kamu harus sendirian di rumah," ucap Mama Leticia.
"Mama mau keluar?" tanya Axel.
"Gak sih, maksud Mama kan kalian pengantin baru harusnya berduaan gitu, masa kamunya langsung kerja," ucap Mama Leticia.
"Mama tau kan alasan aku sama Alin menikah, jadi Mama jangan mikir yang macem-macem ya," ucap Axel dan membuat Mama Leticia terdiam tidak bisa berkata-kata.
Sesampainya di rumah, Alin hendak pergi ke kamar belakang. Namun, langsung di cegah Mama Leticia.
"Kamu mau kemana?" tanya Mama Leticia.
"Mau ke kamar, Ma," ucap Alin.
"Kok ke belakang?" tanya Mama Leticia.
"Terus Alin harus kemana?" tanya Alin.
"Kamu kan istrinya Axel, itu artinya kamar kamu ya di kamarnya Axel," ucap Mama Leticia.
"Ta-tapi...," ucapan Alin terhenti lantaran Mama Leticia yang menyela perkataannya.
"Udah kamu ke kamar sekarang, kamu tau kan kamarnya Axel?" tanya Mama Leticia dan Alin menggelengkan kepalanya.
"Kamu gak tau?" tanya Mama Leticia dan diangguki Alin.
"Astaga, ayo Mama antar ke kamarnya Axel," ucap Mama Leticia dan mengantarkan Alin pergi ke kamar Axel.
Sesampainya di depan kamar Axel, Mama Leticia menyuruh Alin untuk masuk ke dalam kamar tersebut.
"Masuk sayang, ini kamarnya Axel," ucap Mama Leticia.
"Terimakasih, Ma," ucap Alin dan diangguki Mama Leticia.
Setelah itu, Mama Leticia pergi, sedangkan Alin masih berdiri dan menatap lekat pintu kamar didepannya itu, "Apa aku harus masuk ke dalam? Apa Tuan Axel gak marah ya kalau aku masuk ke kamarnya? Apalagi selama aku kerja disini, ini adalah pertama kalinya aku ke kamar ini," gumam Alin.
.
.
.
Bersambung.....
gak Sido ternyata.
bilang aja inget Pa, biar selamat.
pergi lah.