Bercita-cita menjadi seorang menantu idaman adalah harapan semua perempuan yang sudah menikah.Menganggap orangtua pasangan seprti orangtua kandung adalah hal yang sulit yang pernah dirasakan.Selalu dianggap salah dan tak berguna menjadi penyebab hancurnya sebuah kepercayaan dari diri seorang istri.Hidup jauh dari suami dan harus bertahan dengan mertua yang bermulut pedas itu adalah ujian yang sangat sulit.Mampukan Ranti bertahan dengan pernikahannya ditengah keluarga suami yang toxic?
Ikuti kisahnya dalam cerita yang akan aku tulis ini ya gais.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Wiji diberhentikan tanpa pesangon karna masih banyak hutang yang masih belum ia bayar pada bosnya.
" Sial! Hidup gini amat si,ini semua pasty gara-gara Ranti.Dia pasty udah dendam sama aku dan mendoakan kesialan untukku.Awas kamu Ranti! Kamu akan bayar mahal semua ini."
Brak
Wiji melempar pintu kamar kostnya dengan sangat keras hingga menimbulkan kegaduhan.
Disaat yang bersamaan ibu kost yang sedang melintas mendengar.
" Hai,kamu sudah gila? Apa kamu mau merusak kost-kostan saya ha!" Bentaknya.
" Diam Bu! Kostan kumuh gini aja bangga,rusak ya ganti." Cicit Wiji membuat ibu kost tersulut emosinya.
Wiji dengan tidak tau dirinya malah masuk dan kembali menutup pintu kost tersebut padahal ibu kost masih berdiri didepan pintu.
" Dasar anak kampung gak tau diri,kumuh begitu juga kamu tidur gratis.Bayar sini kalau memang kamu mampu! Gembel aja belagu."
Brak brak brak
" Keluar sini gembel! Jangan sampai saya teriak dan warga akan datang mendobrak pintu ini!"
Brak brak brak
Sementara didalam kamar Wiji kalang kabut dan merasa menyesal sudah membuat ibu kost marah.Wiji mondar mandir kesan kesini memikirkan bagaimana caranya dia membujuk ibu kost agar Wiji tak diusir dari kost-kostan tersebut.
...****************...
Berbeda dengan Wiji yang sudah mulai masuk ketahap kehidupannya yang hancur,Ranti justru memulai hidup barunya.Bersama Widuri Ranti bisa bangkit dan bahkan terlihat sangat antusias untuk bekerja.
Tempat kerjanya yang baru sangatlah Nayaman,apa lagi teman-temannya yang sempat ia temui sebentar juga sangat baik.
Pagi-pagi sekali Aminah sudah datang bersama suaminya.Aminah sengaja menjemput Arga untuk ia bawa pulang kekampungnya sementara Ranti dibiarkan tinggal bersama Widuri dan budhenya.
Berat rasanya hidup harus berjauhan dengan anak,tapi tekat Ranti sudah bulat.Ranti ingin sekali memperbaiki hidupnya,membuka lembaran baru dan berjuang menjadi orangtua tinggal untuk sang putra.
" Bu,ibu yakin gapapa kalau Ranti nitip Arga?Sebenarnya Ranti ingin Arga tetap bersama Ranti bu,tapi menimbang bagaimana Arga kedepannya memang lebih baik Arga bersama ibu.Nanti satu atau dua Minggu sekali Ranti akan pulang!" ucap Ranti.
Matanya sudah berkaca-kaca namun sebisa mungkin ia tahan agar air matanya tak sampai jatuh.
Grep
Aminah meraih tangan rantiz,menggenggamnya erat seolah ia tengah menyalurkan energi positif untuk Ranti.Membuat Ranti yakin jika keputusannya adalah tepat.
" Sayang,ibu sangat yakin.Ibu akan merawat Arga dengan tulus sepenuh hati ibu.Dia cucu ibu,darah daging kamu ran.Percayakan saja Arga sama ibu,ibu tidak akan mengecewakan kamu.Arga aman bersama ibu,jangan merasa bersalah ataupun merasa tidak enak hati.Ini atas kemauan ibu,ibu ikhlas nak!"
Tangis Ranti yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah juga.Air mata yang sengaja ia tahan jatuh tak terbendung lagi.Hatinya begitu sakit sekaligus merasa sangat beruntung memiliki ibu seprti Aminah.
" Terimakasih Bu,terimakasih banyak.Dulu ibu berjuang mengurusku,membesarkannky merawatku dengan baik.Sekarang diusia senja ibu masih harus merawat anakku.Sungguh Ranti sangat bersyukur terlahir dari rahim ibu yang brhati mulia.Hanya Tuhan yang akan membalas kebaikan ibu,satu gunung emaspun Ranti persembahkan takan mampu membalas jasa-jasa ibu,pengorbanan ibu dan juga tetes darah ibu!"
" Sudah sayang sudah,ibu ikhlas nak." Aminah mengambil alih Arga yang sedang terlelap dipangkuan Ranti.
" Arga sayang,bangun nak!"